Mohon tunggu...
Sinar RahayuPutri
Sinar RahayuPutri Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Menulis dan membaca untuk mengenal dunia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Insomnia

16 November 2021   10:24 Diperbarui: 16 November 2021   10:30 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jari-jari runcing itu perlahan menyentuh rambutku. Ku pejamkan mata dan bersembunyi dibalik selimut. Berusaha menenangkan diri agar tidak diliputi rasa takut dan ku lafalkan segala doa yang pernah diajarkan bapak. Hingga akhirnya kamarku menjadi hening, lagi.

Ku tarik napas dan menghembuskan perlahan. Sebisa mungkin aku berusaha tenang meskipun jantung masih berdetak kencang. Baju ku semakin basah oleh keringat, juga rambut ku. Cukup lama aku bersembunyi dibalik selimut hingga akhirnya aku memberanikan diri kembali membuka celah kecil dari selimut untuk menghirup udara dan tentu saja memastikan keadaan sekitar.

Kamar ku kembali hening, dengkuran bapak dari kamar sebelah juga sudah tidak terdengar lagi. Dan disini aku benar-benar sendiri. Sosok menyeramkan itu juga sudah tidak menampakkan diri. Perlahan ku buka selimut yang menutupi seluruh tubuh. Ku hirup sebanyak mungkin udara segar agar perasaanku tenang.

Detak jantungku perlahan normal, juga napas ku sudah mulai beraturan. Perasaanku benar-benar sudah lebih tenang meskipun masih merasa was-was. Baju yang basah karena keringat membuatku tidak nyaman. Aku pun beranjak untuk mengganti pakaian. Namun, baru saja kaki ku menyentuh lantai, terdengar ada suara yang sangat keras mengetuk jendela kamarku.

Duk Duk Duk

Suara itu tidak seperti suara ketukan, tapi lebih mirip suara benda yang dibenturkan. Bulu kuduk ku kembali berdiri dan jantungku kembali berdetak sangat kencang. Tubuhku pun seperti membatu ditempat. Jendela kamar berada tepat dibelakangku. dan suara itu semakin keras menghantam jendela.

Ingin rasanya aku berlari keluar tapi sekujur tubuhku tidak bisa digerakkan. Badanku menggigil, aku ketakutan.

Duk Duk Duk

Suara itu semakin keras dan aku masih berdiam ditempat.

Duk Duk Duk Duk

Tubuhku semakin lemas dan napasku semakin cepat. Hingga akhirnya ku memberanikan diri untuk melihat kearah jendela. Dibawah lampu kamar yang temaram, ku lihat dengan jelas satu sosok yang dibalut dengan kain kafan lusuh berlumuran tanah dan darah sedang membenturkan kepalanya ke jendela. Wajahnya yang hitam seperti gosong, dan matanya.. makluk itu tidak memiliki mata, lubang matanya benar-benar bolong.  Seperti berusaha untuk masuk, pocong itu membenturkan kepalanya dan terlihat darah kental mengalir disela-sela ikatan kepalanya. Lagi-lagi suaraku tidak bisa keluar. Sedangkan sosok itu terus membenturkan kepalanya ke jendela.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun