Mohon tunggu...
Si Murai
Si Murai Mohon Tunggu... Editor - Itu, burung kecil berekor panjang yang senang berkicau!

“Do not ask who I am and do not ask me to remain the same. More than one person, doubtless like me, writes in order to have no face.” ― Michel Foucault

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepasang Laron di Bulan

9 Agustus 2019   15:12 Diperbarui: 9 Agustus 2019   15:18 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Moon... river..." senandung kami nyaris bersamaan dengan irama yang dibuat sengaja mendayu-dayu. Aku geli dibuatnya. Dia malah tertawa.

Kami melanjutkan nyanyian dengan iringan lagu yang sebenarnya. Musisi jazz Amerika Louis Armstrong menggemakan suara beratnya lewat kumpulan musik dalam iPod. Mengingat dua nama itu, Neil dan Louis, membuat pikiran isengku muncul. Apakah keduanya punya hubungan darah? Jika benar, apakah keluarga Armstrong selalu punya ikatan dengan bulan?

moon river wider than a mile
i'm crossing you in style someday
you dream maker, you heart breaker
wherever you are going i'm going your way
two drifters off to see the world
there's such a lot of world to see
were after the same rainbows end
waiting round the band
my huckleberry friend, moon river
and me

Saat itu kami hanya berharap, serombongan laron tak pernah pergi biar segala cahaya tetap mati dan kegelapan terus menyelimuti kami hingga pagi nanti menyapu sayap-sayap yang terlepas di teras rumah; sebab kami masih ingin memandangi bulan lebih panjang lagi. Kami masih ingin rebahan dalam kamar yang gelap ini yang membuat semua terasa lebih lekat. Lalu kami mulai menciptakan banyak mimpi yang tentu mudah terwujud dalam kegelapan.

Tapi, masing-masing laron telah menemukan pasangan. Mereka lalu hilang dalam sekejap dan satu per satu cahaya mulai muncul lagi dari rumah-rumah tetangga. Sudah aman, pikir mereka.

Namun, adakah yang bertanya, ke mana serombongan laron itu pergi selain yang sayapnya terlepas dan tubuh ulat mereka bergeliatan di lantai demi sebuah generasi baru? Apakah mereka hendak mencapai bulan yang cahayanya tak mungkin bisa dimatikan oleh siapa pun itu?Ataukah mereka sudah keburu mati dalam perjalanan menuju bulan oleh cahaya yang mereka kejar sendiri?

"Laron yang gagal menemukan pasangan akan mati. Tapi, setidaknya, mereka adalah pecinta, dan mereka telah bersama cinta, sang cahaya itu sendiri. Tidak menemukan pasangan adalah soal jalan cerita yang lain," katanya lalu mengecup pipiku mesra.

Kami mulai tak peduli dengan kepergian serombongan laron yang tiba-tiba. Kami sedang berpikir keras untuk membuat cahaya di rumah ini tak lagi menyala. Kami hanya ingin rebahan dalam kamar yang gelap sambil memandang ke arah jendela, tempat bulan menggantung jauh di luar sana. Dengan begitu, kami jadi menyadari kehadiran bulan; menyadari keberadaan kami, betapa sesungguhnya kami sangat berarti bagi satu sama lain.

*

Dan, malam-malam sesudahnya, hujan pertama pun turun di tahun ini. Musim telah berganti, namun kami masih rebahan dalam kamar yang gelap. Tak ada lagi serombongan laron, tapi bulan masih sesekali menggantung, dan sungai yang mengalir di atas sana telah berhasil menyeberangi angkasa menuju samudra di bumi.

Kami menjelma rayap pecinta, menjalani takdir reproduksi dalam koloni manusia. Aku dan dia adalah suami istri yang dikultuskan semesta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun