Mohon tunggu...
Si Murai
Si Murai Mohon Tunggu... Editor - Itu, burung kecil berekor panjang yang senang berkicau!

“Do not ask who I am and do not ask me to remain the same. More than one person, doubtless like me, writes in order to have no face.” ― Michel Foucault

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepasang Laron di Bulan

9 Agustus 2019   15:12 Diperbarui: 9 Agustus 2019   15:18 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber: Pinterest.com
Sumber: Pinterest.com

Seekor laron kemudian terbang di atas kami. Dia menempel di jendela, tepat di titik bulan yang ada di luar sana terlihat dari kamar kami yang gelap. Aku dan dia menyaksikan, bagaimana kisah takdir cinta seekor laron ditemukan.

Tak beberapa lama, seekor lainnya entah dari mana terbang menghampiri jendela. Kami pun saling menebak, yang mana jantan yang mana betina. Mereka bergerak saling mendekat hingga tepat di lingkaran teratas bulan, mereka bertemu. Tubuh mereka lantas menempel dan menyatu. Benarkah ini takdirku?

Aku tersenyum menyaksikan adegan itu, "Akhirnya..."

Sepasang laron di bulan. Bioskop kehidupan berlayarkan jendela kamar sedang berjalan. Siapa menonton siapa?

Kami menjadi saksi kisah cinta dua laron berlatarkan bulan yang terang. Bulan mengamati dari atas sana adegan demi adegan dua pasang manusia dan laron yang berkasih-kasihan. Sepasang laron menikmati perannya malam ini sebagai penonton dan pemain sekaligus. Keduanya bahagia karena menjadi begitu berharga, setidaknya bagi kami yang karena kehadiran mereka, lantas memutuskan untuk mematikan cahaya di dalam rumah ini, merebahkan diri di kamar yang gelap, memandangisatu-satunya cahaya yang ada di sekitar kami semua: bulan. 

Kami semua bersyukur atas kehadiran serombongan laron malam ini. Dengan begitu, semua orang jadi menyadari kehadiran bulan; menyadari keberadaan orang-orang terdekat di sekitar kami, betapa sesungguhnya orang-orang itu sangat berarti.

*

Mendadak, kami seolah telah melesap jauh, meninggalkan ruang dan waktu, berubah menjadi dua gelandangan yang sibuk mengamati dunia lewat bulan dalam kegelapan. Dungu dan keheranan. Bahwa kegelapan mampu menampakkan apa saja yang mungkin dilihat tentang dunia, itu benar. Kegelapan bahkan mampu mewujudkan setiap mimpi dengan cara yang mudah, menciptakan koloni rayap baru tanpa harus mengerubungi cahaya, dan segalanya bisa saja terjadi sekejap mata dalam ketiadaan batas penglihatan. Sungguh, coba saja bila kau tak percaya.

Kami bahkan bisa membayangkan sungai yang mengalir di bulan, mengairi jejak Neil Armstrong puluhan tahun yang lalu, hendak menyeberangi angkasa menuju samudra di bumi. Semua yang mengalir pasti akan bermuara di satu titik yang sama seperti halnya rayap pecinta berkumpul di satu pusat cahaya. Kami mencoba takjub pada apa yang kemudian terjadi dengan kami, tapi tak berhasil saking seringnya kebetulan terjadi di antara aku dan dia.

Tak ada kebetulan itu, tapi cara kami sungguh tak berbeda saat menyanyikan sebuah lagu...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun