Mohon tunggu...
Sabbihisma Dewi
Sabbihisma Dewi Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Baru lulus

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menikmati Puncak Tertinggi Sumut

19 Januari 2019   16:59 Diperbarui: 19 Januari 2019   17:15 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

"Mau sibuatan bang? Lewat mana bang?"
"jalur pancur batu la ini kayaknya bang. Katanya dari nagalingga tutup bang"
Menuju puncak Sibuatan memang ada dua jalur. Yang pertama jalur Nagalingga dan kedua jalur Pancurbatu.

Sambil bercakap-cakap, akhirnya orang itu dan temannya dengan menaiki sepeda motor langsung tancap gas menuju posko di jalur nagalingga untuk menanyakan kepastiannya. Belum sampai mereka kembali, datang lagi lima pendaki anak laki-laki. Kami pun saling bertanya akan pergi lewat jalur mana. Yang pada akhirnya kelima anak itu lewat pancur batu dan ternyata sudah memanggil becak untuk mengantarkan mereka ke posko.

Kami yang masih bingung lewat mana dan akan naik apa pada akhirnya melobi kang becak untuk mau kembali lagi kesini menjemput kami dan mengantarkan kami ke posko pancur batu. Kami bernegosiasi ongkos hingga akhirnya deal kami pun menunggu setengah jam kemudian giliran kami di antar.

Sampai di posko kami langsung registrasi dan menginap semalam untuk berangkat besok pagi. Dengan khas pendaki yaitu langsung akrab dengan pendaki lainnya, aku pun langsung sok akrab dengan kelima anak yang kami jumpai tadi. Menghabiskan malam dengan bersenda gurau receh ala kami hingga kami terlelap disitu beralaskan tikar yang disediakan. Ditengah malam, antara sadar tak sadar aku mendengar suara sekumpulan orang lagi yang datang. Lima laki-laki dan satu perempuan yang ku lihat. Berkat rasa kantuk ku, aku tak lagi sanggup menyapa mereka.

Paginya, kami memasak dan menyiapkan bekal untuk nanti diperjalanan atau jika tidak yaa untuk saat dipuncak nanti agar tak perlu lagi masak karena alasan kelelahan. Kelima teman pendaki itu pamit untuk berangkat duluan. Setelah makan jam 9 pagi, giliran kami berpamitan dengan sisa pendaki yang ada.

Dimulailah perjalanan kami menuju hutan belantara sibuatan melewati beberapa rumah warga dan kebunnya. Kami disuguhi pemandangan bukit-bukit sebelum lelah berjalan. Tak jauh setelah kami memasuki hutan, kami sampai di pos rimba tempat biasanya pendaki mendirikan tenda. Menuju shelter 1, perjalanan masih landai. 

Diperjalanan kami bertemu dengan pendaki yang lima tadi. Kami berjalan bersama menuju shelter 1 yang ditandai dengan adanya sungai. Kami minum dan mengisi empat jerigen air yang kami bawa. Dan disitulah awal mula penderitaan Yudha. Seorang teman yang membawa tas carrier lalu mengisinya dengan dua dan memegang satu jerigen air. Dan jerigen sisanya di pegang oleh teman ku yang satunya, Alfikri Yudha aka Maruk. Yaa aku memanggilnya Maruk karena teman-teman yang lain memanggilnya begitu.

Kami pun mulai berjalan kembali. Tapi, belum apa-apa kami sudah disuguhi jalan menanjak yang kurang ajar. Seperti layaknya tebing, kami berjalan keatas harus berpegangan dengan akar-akar pohon yang ada. Setelah melewati tanjakan, kami berjalan landai hanya sedikit saja kemudian disuguhi lagi jalanan menanjak, begitulah seterusnya sampai melewati shelter 4. Tanjakan yang tak ada ampunnya.

Selama 5x aku mendaki bersama Yudha baru kali ini aku melihatnya benar-benar kelelahan. Benar-benar kesempatan bagiku untuk menggodanya.
"Hahaha Yudha sengok" kataku girang melihat kesempatan langka ini.

Saat break dia hanya diam tak semangat. Padahal biasanya itu adalah posisiku, lemah tak berdaya rasanya mau pulang saja. Kami lebih sering break sehingga kami disusul dengan pendaki lain dan ditinggal kelima pendaki sebelumnya. Menuju shelter 4, diperjalanan sudah mulai nampak view danau toba yang tak lagi hutan belantara seperti didalam sana. Indahnya. Kami kembali berjalan perlahan hingga sampai pada puncak yang ditandai dengan adanya bendera merah putih pada pukul 5 sore. 8 jam perjalanan. Kami langsung mendirikan tenda.

Setelah membereskan semuanya, kami makan bekal yang sudah kami siapkan. Kemudian berganti baju. Dan sambil menunggu matahari terbenam, aku membuat pokat yang dicampur dengan susu. Ternyata tenda tetangga tau saja makanan yang kami buat. Dan kami berikan saja pada mereka. Aku yang tak terlalu suka karena pokatnya terasa pahit, tak berat memberinya hahaha. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun