Mohon tunggu...
Simon Sutono
Simon Sutono Mohon Tunggu... Guru - Impian bekaskan jejak untuk sua Sang Pemberi Asa

Nada impian Rajut kata bermakna Mengasah rasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ricuh (1)

2 Maret 2021   04:37 Diperbarui: 4 Maret 2021   09:40 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ternyata kamu di sini, Eko," sapanya sambil mendekat. Pak Joni berdiri di samping remaja itu.

"Bisa dipahami kalau kamu kecewa, kesa," katanya hati-hati. Kepala Eko bergerak.

Pak Joni duduk di sampingnya, terdiam sesaat, mencoba memilih kata-kata.

"Kadang bicara sama seseorang bisa menenangkan perasaan. Kamu boleh sharing sama Bapak kalau kamu mau," kataya menawarkan diri.

Eko bergeming. Pak Joni menatap kertas yang sedang ia pegang. Keramaian dari lapang basket menerobos jendela perpustakaan.

"Atau Bapak tinggalkan kertas dan pulpen ya, kalau-kalau kamu ingin menuliskan perasaanmu," lanjutnya perlahan.

"Tinggalkan saja kertasnya di sini atau titipkan ke Pak Andi."

Pak Joni meletakkan kertas dan pulpen di depan Eko. Sejenak ia memandangi Eko yang sedang telungkup di meja sebelum meninggalkannya. (bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun