Mohon tunggu...
Simon Sutono
Simon Sutono Mohon Tunggu... Guru - Impian bekaskan jejak untuk sua Sang Pemberi Asa

Nada impian Rajut kata bermakna Mengasah rasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Umpatan

24 Februari 2021   17:07 Diperbarui: 27 Februari 2021   23:40 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: shutterstock.com

"Tak bisa kubiarkan." Pikirku

***

"Perkataanmu hari ini sangat tidak pantas - ambil saja bolanya, kalau belum bisa beli bola, dan bahwa kamu masih punya banyak uang untuk bisa beli bola.

Pertama-tama kejadian ini BUKAN tentang bola basket dan uangmu. Tapi tentang kamu dan temanmu, menghindarkan kalian dari cedera.

Dulu sudah pernah ada kejadian patah tulang terpeseleset sampai harus dibawa ke rumah sakit. Masa harus kejadian lagi? Saya sangat kecewa dan prihatin dengan sikapmu itu. Kamu boleh punya banyak uang, tapi kalau tidak dibarengi karakter, uangmu tidak akan banyak membantu kamu.

Money is power but character is more. Saya perlu bertemu kamu. Senin saya mintakan kamu ijin ke guru di kelas untuk bicarakan hal ini."

Pesan itu kubaca ulang dan kukirim ke nomor Irwan. Semoga ia baca. Setidaknya ia tahu ada hal yang jauh lebih penting dibandingkan uang yang ia miliki.

"Let see on Monday." Gumamku seraya meraih tas ransel bersiap meninggalkan kantor guru, juga bola basket Irwan di pojok bawah meja erjaku.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun