"Tak bisa kubiarkan." Pikirku
***
"Perkataanmu hari ini sangat tidak pantas - ambil saja bolanya, kalau belum bisa beli bola, dan bahwa kamu masih punya banyak uang untuk bisa beli bola.
Pertama-tama kejadian ini BUKAN tentang bola basket dan uangmu. Tapi tentang kamu dan temanmu, menghindarkan kalian dari cedera.
Dulu sudah pernah ada kejadian patah tulang terpeseleset sampai harus dibawa ke rumah sakit. Masa harus kejadian lagi? Saya sangat kecewa dan prihatin dengan sikapmu itu. Kamu boleh punya banyak uang, tapi kalau tidak dibarengi karakter, uangmu tidak akan banyak membantu kamu.
Money is power but character is more. Saya perlu bertemu kamu. Senin saya mintakan kamu ijin ke guru di kelas untuk bicarakan hal ini."
Pesan itu kubaca ulang dan kukirim ke nomor Irwan. Semoga ia baca. Setidaknya ia tahu ada hal yang jauh lebih penting dibandingkan uang yang ia miliki.
"Let see on Monday." Gumamku seraya meraih tas ransel bersiap meninggalkan kantor guru, juga bola basket Irwan di pojok bawah meja erjaku.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H