Mohon tunggu...
Simon Sutono
Simon Sutono Mohon Tunggu... Guru - Impian bekaskan jejak untuk sua Sang Pemberi Asa

Nada impian Rajut kata bermakna Mengasah rasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Umpatan

24 Februari 2021   17:07 Diperbarui: 27 Februari 2021   23:40 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: shutterstock.com

"Susah amat dibilangin," kataku seraya mendekat ke arah bola. Saat bola itu kuambil, salah satu siswa mendekat.

"Pak, itu bola saya."

"Punyamu? Lantas?" tanyaku

"Jangan disita. Lagian si Rio yang mainin."

"Lha, Bapak lihat kamu sendiri ikut main. Kan sudah Bapak ingatkan. Sudah dibilang lapang basket basah, licin, bisa jatuh, cedera."

"Tapi bolanya jangan disita," pinta anak bernama Irwan bersikukuh.

"Siapa yang nyita. Bapak simpankan. Senin bisa kamu ambil. Daripada nanti dimainkan lagi."

"Apa bedanya? Aah sudahlah. Ambil saja bolanya Pak kalau belum bisa beli bola. Masih punya dua juta ini buat beli baru," katanya seraya berlalu.

Aku terkesiap. Untungnya aku masih bisa menahan diri. Aku menoleh ke beberapa siswa tidak jauh dari lapang.

"Kamu dengar apa yang dia katakan? Pantas bicara seperti itu?"

Mereka tidak menjawab dan saling memandang. Aku membayangkan mukaku yang memerah marah. Sangat tidak sopan perkataan itu. Tapi, marah pun tidak akan memecahkan masalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun