Mohon tunggu...
Sim Chung Wei
Sim Chung Wei Mohon Tunggu... Guru - Guru

blog : castleofwisdom7.blogspot.com youtube : https://www.youtube.com/@castleofwisdom2442 ig : @simchungwei Saya pria, lahir di kota Tahu, Sumedang, Jawa Barat, pada tanggal 24 Desember , anak pertama dari dua bersaudara. Saat ini berprofesi sebagai tenaga pendidik di salah satu sekolah swasta di Jakarta, dan merintis sebagai seorang penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sarung untuk Awei

29 Juli 2022   00:00 Diperbarui: 2 Januari 2024   22:28 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi-Sarung Untuk Awei-dokpri

Awei merengek-rengek minta dibelikan sarung, karena dia melihat orang-orang yang berjalan hendak Sholat di Mesjid yang ada di lingkungan tempat tinggal om dan tantenya. Tentu saja  hal ini membuat om dan tante nya binggung. Karena dalam keluarga mereka tidak ada yang menggunakan atau bahkan memiliki sarung.  Awei dibesarkan dalam keluargan Tionghoa, yang sudah cukup moderat. Namun penggunaan sarung di keluarga mereka, dirasakan sesuatu yang tidak biasa dan aneh.

Om dan tante yang tinggal di Jakarta, untuk sementara ini merawat Awei, karena mamahnya Awei baru melahirkan adiknya Awei. Om dan tante Awei, menang belum dikaruniai anak, sehingga mereka dengan senang hati merawat Awei untk sementara waktu, hingga kondisi mamah Awei sudah pulih.

Om berusaha menjelaskan bahwa sarung itu untuk bisanya untuk laki-laki Muslim mejalankan ibadah Sholat. Om berharap dengan pejelasan itu Awei mengerti. di luar dugaan, Awei malah bilang " yah dah Awei juga mau sholat"

"loh? " om heran, niatnya untuk menghalagi, malah jadi seperti tantangan, dan Awei mulai tambah ingin memiliki sarung.

"mana bisa, nanti papah mamah lu marah, apalagi kalau mau sholat lu kan kudu disunat." Om mulai memberi beberapa argumen, dengan sedikit menaku-nakuti, agar Awei tidak terus merengek minta sarung. 

Awei malah dengan semangat bilang " ok, Awei mau sunat"

om tambah binggung, niat hati menakut-nakuti Awei, malah Awei semakin berani.

" Awei, Awei, kamu tau apa itu sunat?" tanya om memastikan.

" ga" jawabnya polos " tapi yang penting Awei bisa dapat sarung"

"sunat itu sakit loh, om aja ga berani" om melihat kesempatan untuk menakut-nakuti.

" Ga apa-apa, Awei berani" suaranya semakin mantab

Om Awei semakin binggung, semakin dihalangi malah semakin dia bertekad. Setiap kali Awei merengek ingin sarung, om selalu mengalihkan perhatian Awei. Bahkan terkadang menaku-nakuti Awei untuk disunat. Namn saat, Awei melihat orang sholat, ia teringat kembali akan keinginannya memiliki sarung.

Akhirnya om mengajak  Awei jalan-jalan dengan mengendarai motor, untuk mengalihkan perhatiannya. Awei bisa juga dibujuk untuk diam dan tidak merengek lagi. Om mengajaknya berjalan-jalan ke pasar, dan membawanya ke toko sarung, om bilang Awei coba pilih dulu ma yang mana, tapi om kasih nanti yah kalau Awei dah disunat.  Awei dengan senang melihat-lihat berbagai motif sarung di toko tersebut.

Akhirnya setelah sebulan, Papahnya Awei datang menjemputnya dan membawa Awei kembali ke rumah. Om sempat membisikan sesuatu kepada papah sebelum berpamitan.

Papah : " ayo awei kita pulang, di rumah ada dede loh, bilang terima kasih sama om dan tante"

Awei : "Terima kasih om, terima kasih tante, Awei pulang yah"

Om :" lain kali main lagi yah ke Jakarta"


Sesampai di rumah Awei, senang melihat adik laki-lakinya yang baru lahir, kegembiraan ini telah mengalihkan keinginan untuk memiliki sarung.
Namun, ketika kembali saat Azhan Magrib berkumandang dari pengeras Mesjid, dan beberapa tetangga yang hendak berangkat ke mesjid lewat dengan menggunakan sarung, Awei pun teringat lagi kalau dia menginginkan sarung.
Awei pun menceritakan keinginannya untuk memiliki sarung. Papah tidak langsung menyetujui, dia hanya "Nanti yah coba papah diskusikan dengan mamah." dengan tujuan untuk menenangkannya.  
setelah itu Papah bertanya "Awei yakin mau disunat?"
Awei :"yakin pah, Awei pokoknya pengen sarung"
Papah : " ya sudah kalau begitu, nanti kamu dapat sarungnya kalau dah sunat yah"

Seminggu kemudian ternyata ada acara Sunatan massal di kampungnya Awei. Dia juga didaftarakan untuk ikut, bersama rekan rekan sebayanya. Tujuan nya satu untuk memperoleh sarung. Awalnya pak RT merasa binggung karena ayah Awei mendaftarakan anaknya untuk ikut sunataan massal, tetapi setelah mendapat penjelasan, Pak RT pun mendaftarakn Awei sebagai salah satu perserta,dan kebetulan saat itu masih ada jatahnya.

Lagu Sunatan Massal, karya Iwan Fals berkumandang menyambut kedatangan anak-anak peserta sunatan massal di kantor keluarahan.  

Ternyata setelah melihat peserta lain keluar dari ruangan dan mendengar teriakan serta tangisan peserta lain. Sempat membuat niat Awei ciut. Namn luar biasa, karena tekad nya ingin memiliki sarung, maka dia tetap memberanikan diri.

Akhirnya giliran Awei pun tiba, dengan diantar papah, Awei masuk ke ruang eksekusi.

Ketika dokter memeriksa ternyata kulit kulub Awei cukup panjang.
Dokter berkata "wah, meskipun non Muslim, untung kamu mau disunat nih,dengan kulit kulub yang panjang seperti ini kalau tidak disunat, akan menimbulkan banyak masalah."
dokter bertanya :" tidak takut kan?"
Awei : " tidak dok"
Dokter : "hebat, yah sudah kalau sudah siap, mau berdoa dulu?"
"iya"  jawab Awei sambil kemudian terlihat mulutnya seperti komat-kamit melantunkan doa Bapa Kami, dengan setengah suara, bahkan nyaris tidak terdengar.

Setelah proses sunatnya selesai,
dokter sempat bercanda kepada papah "Ini bapanya  mau sekalian sunat juga?" sembil sedikit tersenyum.
Papah " Tidak terima kasih dok."

Awei tampak senang telebih oleh panitia dia diberi sarung, yang selama ini dia idamkan. Sesampainya di rumah papah memberinya bingkisan, ternayta isinya sarung pemberian dari om. Sakit yang dirasa tiba-tiba hilang karena senangnya bertambah dengan adanya tambahan sarung. Ternyata diam-diam om sudah membelikan sarung dan menitipkannya pada Papah saat menjemput Awei.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun