Mohon tunggu...
Sim Chung Wei
Sim Chung Wei Mohon Tunggu... Guru - Guru

blog : castleofwisdom7.blogspot.com youtube : https://www.youtube.com/@castleofwisdom2442 ig : @simchungwei Saya pria, lahir di kota Tahu, Sumedang, Jawa Barat, pada tanggal 24 Desember , anak pertama dari dua bersaudara. Saat ini berprofesi sebagai tenaga pendidik di salah satu sekolah swasta di Jakarta, dan merintis sebagai seorang penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sarung untuk Awei

29 Juli 2022   00:00 Diperbarui: 2 Januari 2024   22:28 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi-Sarung Untuk Awei-dokpri

Akhirnya giliran Awei pun tiba, dengan diantar papah, Awei masuk ke ruang eksekusi.

Ketika dokter memeriksa ternyata kulit kulub Awei cukup panjang.
Dokter berkata "wah, meskipun non Muslim, untung kamu mau disunat nih,dengan kulit kulub yang panjang seperti ini kalau tidak disunat, akan menimbulkan banyak masalah."
dokter bertanya :" tidak takut kan?"
Awei : " tidak dok"
Dokter : "hebat, yah sudah kalau sudah siap, mau berdoa dulu?"
"iya"  jawab Awei sambil kemudian terlihat mulutnya seperti komat-kamit melantunkan doa Bapa Kami, dengan setengah suara, bahkan nyaris tidak terdengar.

Setelah proses sunatnya selesai,
dokter sempat bercanda kepada papah "Ini bapanya  mau sekalian sunat juga?" sembil sedikit tersenyum.
Papah " Tidak terima kasih dok."

Awei tampak senang telebih oleh panitia dia diberi sarung, yang selama ini dia idamkan. Sesampainya di rumah papah memberinya bingkisan, ternayta isinya sarung pemberian dari om. Sakit yang dirasa tiba-tiba hilang karena senangnya bertambah dengan adanya tambahan sarung. Ternyata diam-diam om sudah membelikan sarung dan menitipkannya pada Papah saat menjemput Awei.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun