Eksplorasi terhadap jenis-jenis dasar mengaitkan morfolog linguistik atau sikap terhadap alam semesta tanpa menghasilkan kesimpulan yang objektif.Â
Pada zaman sekarang drama memiliki dasar yang berbeda dari epik, menurut pendapat Aristoteles dan orang-orang Yunani, penyampaian secara lisan atau di muka umu merupakan ciri epik, dan juga drama memiliki sifat sastra, tetapi juga terdiri dari "tontonan" yang memanfaatkan keahlian actor, sutradara, penanggung jawab kostum, dan ahli listrik.
Menurut Scaliger epik sebagai genre tertinggi, apabila epik dan novel adalah bentuk gabungan yang terbagi menjadi narasi langsung dan narasi dialog untuk mencari definisi penggolongan jenis yang pokok.
Pada abad ke-18 Thomas Hankins, menuliskan tentang drama Inggris yang terbagi menjadi beberapa spesies, pada abad ke-18 juga prosa dianggap terdiri atas dua spesies, sehingga pembagian seperti itulah yang sebaiknya disebut genre.
Para kritikus pada abad ke-17 dan ke-18 menganggap genre sesuatu yang serius dan sebagian genre diambil dari tradisi Yunani.
Teori neoklasik tidak menerangkan, menguraikan, atau mempertahankan doktrin perbedaan jenis atau dasar perbedaan, akan tetapi neoklasik membahas tentang topik-topik seperti kepatuhan pada jenis, hierarki jenis, lamanya suatu jenis berlangsung, dan penambahan jenis-jenis baru.
Aliran neoklasik adalah percampuran antara rasionalisme dan sikap otoriter, kecenderungan, yang bersifat konservatif, mempertahankan sejauh mungkin jenis-jenis yang berasal dari tradisi kuno, terutama jenis tradisi puitis.
Tragedi Prancis menjadi pelopor doktrin kesetiaan pada jenis yang tidak menyukai kebiasaan pada tragedi Elizabeth dengan memasukkan adegan lucu, doktrin-doktrin ini berasal dari teori Horace yang dogmatis dan doktrin Aristoteles yang menekankan pada pengalaman dan hedonisme berpendidikan.
Dalam doktrin-doktrin klasik skala kesenangan tidak bersifat kuantitatif sehingga doktrin tersebut merupakan campuran dari doktrin sosial, moral, estetis, hedonistis, dan tradisional yang insensitas pembaca dan pendengarnya juga tidak terukur.
Puisi memiliki nada dan cara membaca yang berbeda yang tidak hanya terletak pada tata letak berbasis dimensi, akan tetapi juga pada sesuatu yang lebih "luas" dan "dalam".
Pengelompokkan genre secara teoritis berdasarkan bentuk luar dan bentuk dalam, dasar yang paling jelas terdapat pada salah satu kedua bentuk tersebut.