Seorang ulama bernama Ki Angga Derpa tidak terima dengan perlakuan Belanda. Ia mengadakan perlawanan. Belanda marah. Ki Angga Derpa ditangkap dan dihukum di kapal yang berisi dokumen penting tersebut.
Kapal itu kemudian terdampai hingga  daerah Curug, di tempat sekarang. Tempat yang jauh dari pesisir pantai.
Ki Angga Derpa kemudian mengambil cambuk dan memukulkan ke kapal.
"Kapal dicambuk. Kapal, sira dicambuk bosok salawase (kapal, kamu dicambuk busuk selamanya)." Demikian kira-kira nama Kapal Bosok berasal.
Anda bisa menjumpai makam Ki Angga Derpa di sini. Dari parkiran, Anda dapat langsung mendapati lokasi makam. Tepatnya di sebelah kiri pintu masuk. Di waktu-waktu tertentu, tempat ini ramai dikunjungi peziarah.
Jadi, di  taman wisata religi ini terdapat bangunan Kapal Bosok, makan Syeh Abdullah Angga Derpa,  musola, dan kompleks pemakaman.
 Tempatnya adem, bersih, rapi. Tidak ada tiket masuk. Pengunjung hanya dikenakan biaya parkir mobil dan motor.
Jika lapar melanda, tak perlu khawatir. Di sekitar tempat wisata terdapat warung warung sederhana yang menjajakan kopi dan camilan. Kami juga menjumpai  sesama goweser yang beristirahat di sini.
Bagi Anda yang ingin  gowes, tempat ini cocok jadi pilihan. Lokasinya di antara lahan persawahan dan jalan masuknya menyempit, jadi trek yang asyik.
Penasaran? Coba deh ke sini. Nikmati suasana kampung sekaligus menelusuri sejarah Ki Angga Derpa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H