Lombok.  Dejavu lagi.  Baru saja siang tadi Weni, sahabatku mengajak untuk berlibur ke Pulau Seribu Masjid itu. Tapi tumpukan tugas tak  membuatku mengiyakan ajakannya.  Mustahil bisa cuti, pikirku.
"Betul. Â Apa saja yang disampaikan?"
Suara bariton Pak Bobi seketika membuyarkan lamunanku.
"Eh, itu Pak.  Beliau menyampaikan syarat-syarat menulis cerita fiksi, pembuatan premis, proses kreatif menulis, pengembangan kerangka.  Ngg... lalu pengembangan tulisan utuh, dan proses swasunting," jawabku.  Sempat kulirik catatan di sebelahku tadi.
"Apa syaratnya?"
Pak Bobi menoleh mencari-cari kursi di sekitar mejaku.
Spontan aku berdiri seraya menyodorkannya kursi. Â Setelah itu, aku bersiap menjawab pertanyaannya.
"Syarat menulis cerita fiksi yang Pak Sudomo sampaikan ada 6, Pak. Dibutuhkan (1) komitmen dan niat yang kuat untuk menyelesaikan apa yang telah dimulai; (2) Kemauan dan kemampuan melakukan riset agar cerita fiksi tetap logis; (3) Banyak membaca cerita fiksi sebagai bekal tambahan terkait teknik penulisan; (4) Mempelajari KBBI dan PUEBI; (5) Memahami dasar-dasar menulis fiksi, dan (6) Menjaga komitmen menulis cerita fiksi."
Untung saja tadi aku menyimak dengan baik. Â Jadi aku siap dengan pertanyaan bosku ini, batinku sambal tersenyum.
Pak Bobi manggut-manggut sambal mengusap-usap-jenggotnya yang tebal. Â Â
"Hmm... lalu. Â Apa tadi. Â Premis? Â Apa maksudnya?" tanyanya lagi.