Dorojatun hanya menunduk ketakutan, ia sama sekali tidak menatap wajah murdel. Makin lama hanya tetesan air mata membasahi seluruh bagian atas bajunya.
“Sudah hengkie, janganlah engkau menangis. Kami sangat senang kamu berada disini"
Dorojatun kebingungan, ia mulai mengangkat sedikit wajahnya. Mulai bertanya tanya mengapa murdel menyebutnya hengkie. Setelah di jelaskannyalah, bahwa nama itu memiliki arti yang sangat besar bagi dirinya yaitu pangeran. Ia mulai tersenyum lebar, merasa senang.
Walaupun ia di titipkan pada Belanda, pendidikan yang ditempuhnya tidak terlewatkan. Dorojatun memulai bersekolah pada frobe school (taman kanak kanak) dilanjutkannya pada Eerste Europe Lagere School B yang kemudian pindah ke Neutrale Europese Lagere School. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, ia melanjutkan pendidikan ke Hogere Burgerschool di Semarang dan Bandung.
Jenjang pendidikan HBS belum tuntas ditempuh, namun ayahanda memutuskan mengirim dorojatun bersama para saudaranya untuk melanjutkan pendidikan di negara belanda.
“ngger, sudahku putuskan sejak lama. Rama ingin mengirimkanmu ke negara Belanda” ucap sang ayah.
“Tapi mengapa Rama?” dorojatun sedikit kebingungan.
“dengar ngger, sampai kapanpun orang tuamu ini tidak akan pernah memintamu menjadi orang Belanda, Ngger! Rama hanya meminta kamu untuk menyelami kehidupan orang-orang Eropa. Sebab, di masamu nanti, kamu akan banyak berurusan dengan mereka.’’ Jelas sang ayah.
’’Sampai kapan pun, saya tetap orang Jawa, Rama. Belajar di sekolah-sekolah Belanda tidak akan pernah membuat saya kehilangan jati diri sebagai orang Jawa.’’ Tegas dorojatun dengan yakin.
“Terima kasih ngger, hari ini kamu telah membuat Rama bangga! Rama yakin kau anakku dorojatun, kelak akan menjadi penerang bagi bangsa ini!”
Masa masa pendidikan di Belanda dihabiskan oleh Dorojatun dengan baik, walaupun Dorojatun bukanlah siswa istimewa, ia dapat berkenalan dan kemudian menjadi sahabat karib Putri Juliana seseorang yang kelak akan menjadi Ratu Belanda.