Mohon tunggu...
Silvha Darmayani
Silvha Darmayani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Sastra Indonesia Universitas Andalas

Everything will be fine

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bulan Ibu

22 Maret 2021   16:20 Diperbarui: 22 Maret 2021   16:34 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana mungkin penjaja koran sepertiku tidak tahu, berita tewasnya supir truk perempuan, sebab kecelakaan pasca mengantarkan barang ke pasar induk? saat dini hari, sebulan yang lalu. Bagaimana mungkin aku sebegitu kejam, berprasangka tentang apa yang ia kerjakan setiap malam? Bagaimana mungkin aku tidak pernah menyadari betapa tegar dan kuat hatinya, untuk tidak menangisi kehidupan ini. Semua telah selesai, ketakutan-ketakutan itu tidak ada lagi, seperti kata ibu.

"Kita sudah bertemu ibu Dik,"

"Sungguh? di mana kak?" mata Riuh membulat, berharap aku berkata yang sebenarnya.

"Kau lihat purnama itu Dik? Itu adalah ibu kita. Di rembang malam, di antara awan-awan lamur dan langit pekat hitam. Ibu sudah menjadi bulan di sana."

Riuh tersenyum menilik bulan. Aku memicingkan mata, menyilakan angin yang berdesir halus, menyibakkan rambut kusutku, menjamah hatiku, meninggalkan aroma perih. Tak lagi kupikirkan besok akan seperti apa, aku hanya ingin menghayati sinar ibu, begitu lembut dan damai memeluk kami berdua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun