Dr. Niru Anita Sinaga, SH., MH sama sekali tidak khawatir dan curiga karena melihat suaminya sangat baik, sejak mereka pacaran. Bahkan mereka tinggal di rumah mertua, beberapa bulan setelah menikah. Tujuan mereka adalah menyesuaikan diri dengan adat istiadat keluarga suaminya, serta masyarakat dan Gereja. Justru Niru mengenal kehidupan sosial masyarakat dan kehidupan rohani yang baik melalui keluarga mertuanya.
Niru merasakan betapa mertua laki-laki dan perempuan sangat mengasihinya. Ia tidak pernah merasakan hal-hal negatif seperti tuduhan-tuduhan yang dilontarkan oleh sebagian orang. Selama hampir 30 tahun menikah ia mengalami hal-hal positif. Ia tidak pernah mendengar dan melihat adanya kebiasaan tersebut dalam masyarakat Nias.
Ia mengajak masyarakat Nias agar tidak takut terhadap isu-isu tersebut. Apabila ada teman-temannya dari Suku Batak yang bertanya tentang isu itu, ia selalu bertanya balik, 'apakah mereka bertanya dalam keadaan waras atau tidak?'
Apabila tuduhan miring, terhadap adat pernikahan suku Nias itu benar adanya, maka ia duluan yang melaporkan ke polisi. Ia bahkan menyarankan agar masyarakat Nias tidak perlu menanggapi tuduhan-tuduhan semacam itu.
"Jangan membuang-buang energy yang tidak perlu" kata intelektual itu dengan tegas. Ia menegaskan bahwa tuduhan-tuduhan yang sering dilontarkan itu tidaklah benar dan sangat melukai perasaan orang suku Nias. Maka diharapkan masyarakat berhati-hati dalam menyampaikan pendapat tentang adat istiadat suku Nias.
Sumber:
Buku 'Mengenal Budaya dan Kearifan Lokal Suku Nias', karya Silvester Detianus Gea dan H. Lisman B.S. Zebua (YAKOMINDO, 2018).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H