Mohon tunggu...
Silvany Dianita
Silvany Dianita Mohon Tunggu... Psikolog - Pranata Humas Ahli Muda BPSDM Kemendagri dan Psikolog Klinis

When you care for yourself first, the world will also find your worthy of care.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Penting Mengenali Dukungan Psikososial bagi Penyintas Pasca Bencana

17 Desember 2021   07:05 Diperbarui: 20 Desember 2021   02:51 1152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan negara yang memiliki kondisi geografis yang rawan berbagai bencana alam mulai dari gempa bumi, banjir, letusan gunung yang belum lama ini terjadi di Semeru, Jawa Timur. 

Kondisi bencana yang terjadi di Indonesia tentunya dapat memberikan dampak luar biasa bukan hanya menyebabkan kerusakan secara fisik seperti kerusakan bangunan, infrastruktur, namun juga dapat mengakibatkan kepada kondisi psikologis para penyintasnya.

Selain bencana alam yang terjadi silih berganti dari tahun ke tahun, dua tahun belakangan ini yaitu dari tahun 2020 -- 2021 saat ini kejadian bencana non alam pun melanda ke seluruh dunia termasuk di Indonesia.

Bencana non alam yang terjadi adalah pandemic Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang pertama kali kasus ini terjadi di Wuhan, China pada tahun 2019. 

Sudah banyak orang yang terkonfirmasi positif akibat Covid-19, belum ditambah lagi menghadapi jutaan kematian akibat ganasnya pandemik ini. 

Akibat meluasnya dampak yang disebabkan oleh penyebaran Covid-19, bencana non alam ini dinyatakan Global Pandemic oleh World Health Organization (WHO) pada tanggal 11 Maret 2020.

Berkenaan dengan munculnya bencana yang selalu hadir dari tahun ke tahun pada berbagai wilayah di Indonesia, diharapkan adanya kepedulian dari para pemangku kepentingan mulai dari pemerintah, masyarakat, sektor swasta, maupun lembaga masyarakat non profit perlu turut serta memberikan perhatian secara khusus atas beragam bencana yang terjadi. Salah satu fokusnya adalah penanganan pasca bencana terhadap kondisi psikologis para penyintas. 

Dampak yang terjadi akibat pasca bencana tidak hanya meninggalkan luka secara fisik, tetapi juga menimbulkan perasaan takut, cemas, marah, depresi, kehilangan yang mendalam, bahkan menimbulkan trauma. 

Dukungan psikososial diperlukan dalam penanganan pasca bencana diperlukan secara komprehensif dan intervensi yang dibutuhkan juga perlu dilakukan secara tepat oleh berbagai pihak utamanya adalah berasal dari tenaga kesehatan seperti dokter, psikolog, psikiater, perawat, pelaku kemanusiaan seperti relawan.

Dampak Pasca Bencana pada Individu

Dampak pasca bencana setiap individu sangat bervariasi sebagian orang mengalami kehilangan kerabat, kehilangan sahabat, kehilangan tempat tinggal, kehilangan harta benda, kehilangan makna hidup, kehilangan masa depan bahkan kehilangan rasa aman. 

Namun, apakah kita mengetahui dampak yang dialami oleh para penyintas ini juga terjadi beberapa tahapan, antara lain:

  1. Tahapan tanggap darurat (terjadi beberapa jam / hari setelah bencana). Pada tahapan ini, dampak yang biasanya terjadi bagi para penyintas adalah pengalaman numbing yaitu suatu kondisi mati rasa secara psikis, kemudian hal lainnya penyintas juga akan mengalami perasaan linglung, rasa bersalah, ketidastabilan emosi, histeris dan lainnya)
  2. Tahapan pemulihan (terjadi saat situasi telah stabil). Pada tahapan ini, penyintas akan mengalami gejala Pasca Trauma Stress Disorder (PTSD), kecemasan berlebihan secara menyeluruh, duka cita yang ekstrem, depresi berkepanjangan, bahkan kesulitan untuk tidur.
  3. Tahapan rekonstruksi (1 tahun atau lebih setelah bencana). Pada tahapan ini, pola kehidupan penyintas berangsur stabil, mungkn yang lain akan mengalami perubahan kepribadian secara permanen.

Dengan mengenali tahapan-tahapan atas dampak psikologis yang terjadi terhadap para penyintas maka tentunya kondisi kebutuhan dukungan psikososial perlu segera dipenuhi agar dapat mempersiapkan para penyintas menjalani kehidupannya di kemudian hari.

Mengenal Bentuk Dukungan Psikososial melalui Psychological First Aid

Dukungan psikososial mencakup dua hal utama yang perlu diperhatikan yaitu mengacu pada jiwa yaitu kemampuan pikiran, emosi, dan perilaku yang tentunya akan memberikan pengaruh pembentukan kualitas diri sesesorang ke depannya. 

Hal yang kedua adalah terkait konsep sosisal di mana merujuk pada lingkungan sosial, norma, sistem kemasyarakatan, keagamaan, kekeluargan, hingga keyakinan yang membentuk tatanan masyarakat itu sendiri. 

Kegiatan psikososial bertujuan untuk membangun kembali keyakinan individu dan kelompok masyarakat pasca bencana sehingga dapat kembali pulih, bangkit, dan kuat secara pribadi hingga kelompok dan mampu berfungsi secara maksimal hingga dapat produktif keseharian.

Bentuk dukungan psikosial yang paling dapat dilakukan dikenal dengan Pertolongan Pertama Psikologis atau dikenal dengan sebutan Psychological First Aid (PFA). 

Menurut WHO, PFA adalah suatu kegiatan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang untuk menguatkan kesehatan mental yang mengalami krisis. 

Hal krisis ini dimaksudkan berdasarkan tekanan dan pengalaman traumatis yang dialami. PFA berperan untuk memperhatikan kebutuhan para penyintas yang mengalami tekanan secara mental hingga kepada mereka yang tidak dapat mengurus dirinya sendiri.

Melalui PFA maka diharapkan dapat memberikan dukungan kepada mental penyintas untuk lebih tenang dan menimbulkan rasa aman. 

Namun, tidak semua orang dapat diberikan PFA karena kerentanan psikologis setiap orang tidaklah sama. Hal ini dapat dilihat dari beberapa faktor antara lain: 

Pertama, tingkat keparahan (dimana bisa dilihat berdasarkan keparahan bencana yang terjadi, semakin buruk bencana yang dialami, maka semakin buruk juga kemungkinan yang terjadi).

Kedua, jenis bencana (dalam hal ini bencana yang terjadi perlu dibedakan terlebih dahulu apakah bencana yang dialami bedasarkan faktor alam, non alam, atau bencana karena manusia seperti perang, pembakaran, pemerkosaan, dan sebagainya).

Ketiga dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin dan usia (dalam hal ini penting dipahami karena pada faktor jenis kelamin misalnya perempuan lebih berisiko terhadap berkembangnya stres, sedangkan dari faktor usia, seseorang yang berusia madya merupakan kelompok usia yang berisiko terhadap dampak stress).

Faktor keempat adalah kondisi kepribadian (pada faktor ini orang dengan kepribadian yang matang dan positif cenderung menghadapi bencana dari pada yang memiliki pribadi sebaliknya).

Faktor keempat adalah apakah penyintas memiliki pengalaman stres sebelumnya (hal ini menjadi penting menjadi penyebab seseorang memiliki penghayatan yang serius terhadap pengalaman sebelumnya sehingga memberikan risiko batas atas tingkat stres yang dialami) dan faktor kelima adalah adanya atau tidaknya ketersediaan jaringan dan dukungan sosial karena hal ini dapat memberikan risiko mengurangi efek samping jangka panjang kepada penyintas.

Hal lain yang juga perlu dipahami terkait PFA adalah tiga prinsip utama dari PFA dikenal dengan SFA (Safety, Function, dan Action). 

Prinsip pertama yaitu memberikan rasa aman (safety), tujuan utama adalah mengembalikan rasa aman dan menyediakan kebutuhan dasar orang yang memerlukan dukungan. Pada prinsip ini perlu diterapkan agar penyintas dapat terhindar dari rasa bahaya dan menyediakan tempat yang aman.

Prinsip kedua yaitu adanya dorongan terhadap keberfungsian secara optimal (function), prinsip ini bertujuan untuk mengupayakan suatu kondisi yang lebih stabil pada orang yang memerlukan dukungan. 

Dan prinsip ketiga adalah membantu dalam merencanakan tindak lanjut (action), dengan tujuan untuk mendorong penyintas untuk dapat terlibat dalam proses pemulihannya dan menyusun rencana tindak lanjut untuk keberlangsungan kehidupan sehari-hari.

Namun, perlu dipahami bahwa bahwa PFA bukanlah sebuah terapi namun dapat digunakan oleh para pemangku kepentingan untuk membantu penyintas yang sedang mengalami musibah dalam hidup. 

Tentunya, luka batin yang dialami tidak bisa dibiarkan terus mengendap dan mengarah pada tindakan-tindakan negatif. 

Oleh karena itu, sangat penting bagi pemangku kepentingan untuk bisa mengenali potensi yang dimiliki penyintas agar dapat meningkatkan daya kemampuan mereka dalam mengatasi permasalahan pada masa yang akan datang.

Kesiapan Penerapan Psikososial kepada Penyintas

Para pemangku kepentingan maupun para relawan yang siap diterjunkan ke wilayah-wilayah bencana tentunya perlu membekali diri dengan siap terhadap program yang hendak diberikan kepada para penyintas dimana mereka hendaknya mampu memahami program psikososial yang tepat di mana program yang diberikan bukan sekedar rekreasional namun lebih jauh perlu ada intervensi yang perlu didesain secara baik karena banyak para penyintas mengalami kondisi psikologis yang berbeda-beda mulai dari ringan hingga berat. 

Bahkan lebih dari dampak fisik dari bencana, dampak psikologis dapat menyebabkan penderitaan lebih panjang, mereka akan kehilangan semangat hidup, kemampuan sosial dan merusak nilai-nilai luhur yang mereka miliki. Oleh karenanya, perlu program psikososial perlu memperhatikan beberapa hal, antara lain:

1.Membangun koordinasi antar lembaga terkait

Program ini dilakukan untuk memetakan berbagai wilayah yang membutuhkan bantuan psikososial dan menghindari tumpang tindih lembaga. 

Oleh karenanya, penting dilakukan kolaborasi dengan pemangku kepentingan lainnya seperti koordinasi dengan bantuan makanan ataupun medis. Hal ini akan membuat layanan psikososial mudah diterima dan efektif.

2. Membentuk sistem komunikasi yang terarah

Tingkat ketidakpastian yang dialami penyintas akan meningkatkan stres dan dapat menimbulkan ketegangan antar penyintas atau antara penyintas dengan pekerja sosial yang sedang memberikan  bantuan. 

Dengan membentuk sistem komunikasi yang terarah tentunya dapat memberikan informasi yang akurat dan lengkap, misalnya membuat papan pengumuman secara teratur dan ada person in charge yang mudah dihubungi.

3. Memberikan Pendidikan dan pelatihan bagi para tenaga sukarelawan

Memberikan pendidikan dan pelatihan bagi pekerja sosial diartikan untuk memberikan pemahaman dan kapasitas keterampilan menangani penyintas psikologis sehingga kondisi respon emosional dari penyintas trauma tidak disalahartikan. Sebaiknya dilakukan sebelum terjadi bencana, namun juga dapat secara bertahap.

4. Adanya pemberdayaan para penyintas

Salah satu aspek psikologis yang menghancurkan dalam bencana adalah penyintas kehilangan kontrol atas hidupnya. Penyintas perlu didorong untuk dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang akan mempengaruhi kehidupan mereka dan untuk mengambil bagian dalam pelaksanaan keputusan-keputusan. 

Sebagai contoh, untuk orang dewasa, saat mereka kembali bekerja mereka dapat menolog penyintas lain atau tetap berdaya pada kegiatan produktif baik secara pribadi maupun berkelompok akan membantu meningkatkan rasa kontrol dan kompetensi.

5. Menciptakan dukungan sosial terhadap Penyintas

Hal ini diperlukan untuk memulihkan atau menciptakan jaringan dukungan sosial sangat penting dalam menangani tekanan akibat bencana.

Harapan

Peran dukungan psikologis pasca bencana perlu dilakukan sedini mungkin dan perlu mempersiapkan seluruh pihak yang berkepentingan dapat memiliki kapasitas yang baik dalam melaksanakan pendekatan terhadap para penyintas mengingat kondisi bencana di Indonesia silih berganti baik bancana alam maupun non alam. 

Dengan adanya persiapan yang tepat dan baik dari seluruh pemangku kepentingan dapat memberikan pertolongan yang efektif kepada penyintas karena kondisi psikologis seseorang ini ibarat gunung es yang mungkin seperti terlhat baik di permukaan namun ternyata di dalam jiwa mereka kosong.

Pemberdayaan terhadap tenaga kesehatan juga perlu didorong untuk berpartisipasi secara baik, karena penyintas sangat membutuhkan dukungan psikososial dalam membangun kembali masa depannya, maka tim yang dipersiapkan perlu memahami kompetensi masing-masing sumber dayanya dengan pendekatan yang sudah terlatih sebelumnya.

Diperlukan program berkelanjutan terkait pemulihan kondisi psikologis penyintas. Hal ini sangat penting karena sering kali program ini cenderung diabaikan setelah beberapa bulan kejadian. 

Maka perlu disiapkan anggaran yang memadai ke depannya dengan berkolaborasi antara Pemerintah, swasta, dan kelompok masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun