Mohon tunggu...
Sigit R
Sigit R Mohon Tunggu... Freelancer - masjid lurus, belok kiri gang kedua

Pedagang tanaman hias, menulis di waktu senggang, prefer dari teh daripada kopi, tinggal di Batam

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Hang Nadim, Urat Nadi Industri Manufaktur Indonesia di Masa Depan

26 November 2019   13:14 Diperbarui: 26 November 2019   19:27 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tampilan greeting screen salah satu ponsel bikinan Sat Nusa Persada, Batam. Foto/Joko Sulistyo
Tampilan greeting screen salah satu ponsel bikinan Sat Nusa Persada, Batam. Foto/Joko Sulistyo
Sementara, Kepala BP Batam saat itu Lukita Dinarsyah Tuwo menyebut, SIS adalah langkah penting, dan Batam harus siap menyambut gelombang masuknya investasi ke Batam. Dia berharap, posisi industri manufaktur di Batam terus menguat dengan hadirnya pabrik-pabrik baru.

Pada gilirannya, produk jadi akan lebih terjangkau ketika sampai ke tangan konsumen karena industri hulu ke hilir sudah dapat dilakukan di satu wilayah, sehingga menekan biaya pada rantai pasokan.

Lukita sangat serius berupaya menggenjot industri manufaktur baru di Batam. Dia mengajak para pemasok untuk mengunjungi Pelabuhan Batuampar dan Bandara Kargo Hang Nadim untuk meyakinkan kesiapan fasilitas Iogistik di Batam kepada para calon investor itu selepas SIS.

lainnya, Lukita juga membawa rombongan berkeliling untuk melihat langsung sejumlah kawasan industri yang telah ada di Batam.

Saat itu, BP Batam berniat mengubah strategi pengembangan Bandara Hang Nadim. Bandara terbesar ketiga di Indonesia itu sebelumnya merupakan hub penerbangan wilayah barat Indonesia.

Dengan landasan pacu sepanjang 4025 meter, Hang Nadim dapat melayani pesawat berbadan besar. Bandara ini memiliki runway lebih panjang dari Changi di Singapura dan Narita di Jepang.

Sebelumnya, Hang Nadim didesain untuk menerima limpahan pesawat saat Changi kepenuhan. Bandara dengan kode panggil BTH versi International Air Transport Association (IATA) dan WIDD versi International Civil Aviation Organization (ICAO) itu banyak menjadi pilihan pesawat kargo internasional untuk refueling karena harga BBM yang kompetitif.

Seiring perkembangan bisnis transportasi udara yang ditandai dengan bertumbuhnya layanan maskapai berbiaya murah atau Low Cost Carrier (LCC),  Hang Nadim dilirik untuk menjadi hub penerbangan wilayah barat Indonesia.

ebuah pesawat kargo jenis Antonov AN-32B milik Valan Air Company, Moldova melintas di landasan pacu Bandara Internasional Hang Nadim, Batam beberapa waktu lalu. Foto/Joko Sulistyo
ebuah pesawat kargo jenis Antonov AN-32B milik Valan Air Company, Moldova melintas di landasan pacu Bandara Internasional Hang Nadim, Batam beberapa waktu lalu. Foto/Joko Sulistyo
Selain itu, sisa lahan yang belum dimanfaatkan di Bandara Hang Nadim masih cukup memadai untuk pengembangan gudang kargo.

Sebelumnya, Lion Air juga telah menanamkan Rp 10 triliun melalui anak usahanya PT Batam Aero Technic (BAT). Mereka membangun fasilitas hanggar Maintenance Repair and Overhoul (MRO) terbesarnya. BAT akan berada di Batam setidaknya selama 50 tahun, sesuai izin pemakaian lahan yang diberikan BP Batam.

Kunjungan tersebut akan memberikan akses langsung bagi para supplier untuk mengeksplorasl dan mempelajari peluang investasi, berbagai insentif yang ditawarkan oleh BP Batam dan pemerintah lokal, kebijakan investasi asing Iangsung, kebijakan Industri, dan berbagai kebijakan pemerintah lainnya yang diterapkan untuk investor asing di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun