Mohon tunggu...
Sigit Priatmoko
Sigit Priatmoko Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Peneliti, Penulis Buku, Pegiat Literasi

Selain sebagai dosen, saya juga sehari-hari sebagai Editor in Chief Madrasah: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar. Saya juga aktif dalam komunitas literasi bernama Kita Belajar Menulis (KBM) yang basisnya di Kabupaten Bojonegoro.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengapa Skripsi Sulit?

27 April 2022   22:03 Diperbarui: 1 Mei 2022   09:04 1368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Skripsi sering menjadi batu sandungan yang besar dan tembok penghalang yang tebal nan kukuh bagi mahasiswa semester akhir. Bermacam drama menghiasi proses penyelesaian karya monumental bagi mahasiswa Strata 1 (S1) ini. 

Tak jarang dalam proses pengerjaannya, banyak mahasiswa yang tumbang. Mereka mengibarkan bendera putih dan memilih mengakhiri jalan mereka menuju sarjana. 

Namun, banyak juga yang dengan berdarah-darah dan penuh lika-liku tetap mampu menyelesaikan skripsi dan akhirnya menyandang gelar sarjana.

Benarkah mengerjakan skripsi sesulit itu? TIDAK. Skripsi itu MUDAH.

Dalam proses mengerjakan skripsi (tesis dan disertasi juga), ada banyak faktor yang menjadi kendala. Faktor-faktor itu dapat kita kelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 

Faktor internal merupakan hal-hal yang berasal dari dalam diri kita sendiri yang menjadi penghambat dalam mengerjakan skripsi. Sebaliknya, faktor eksternal merupakan hal-hal yang berasal dari luar diri kita. 

Menurut saya, faktor internal inilah yang harus kita beri pengawasan ekstra, sebab musuh dari dalam justru yang paling sulit dikalahkan. 

Beberapa faktor internal yang menjadi penghambat proses mengerjakan skripsi yaitu:

Niat dan Komitmen Kurang Kuat

Dua hal ini menjadi fondasi sekaligus tiang bagi proses penulisan skripsi. Keduanya harus kuat dan terus dikuatkan. 

Niat dan komitmen merupakan bahan baku motivasi. Jika keduanya lemah, maka kita akan dengan mudah kehilangan motivasi dan pijakan jika suatu waktu dihadapkan dengan kendala dalam menulis skripsi. 

Niat dan komitmen yang kuat dapat menjaga kita untuk tetap pada track yang seharusnya. 

Niat dan komitmen yang tidak kuat membuat kita rentan terjangkit virus malas. Kita menjadi gemar menunda-nunda pekerjaan. 

Bagian skripsi yang semestinya dapat kita selesaikan dalam satu hari, molor menjadi berhari-hari. Belum lagi jika dosen pembimbing masih menyuruh untuk revisi. 

Penyakit malas semakin luas menjalar, kita jadi malas untuk bimbingan. Banyak mahasiswa yang tiba-tiba ghosting karena hal ini.

Terlalu Idealis

Ingin skripsi kita bagus itu baik. Tapi, jika keinginan itu kita pegang dengan kaku dan menyebabkan kita tidak lagi fleksibel, maka justru akan menjadi bumerang bagi diri kita sendiri. D

alam hidup ini, tidak semua harapan sesuai dengan kenyataan. Banyak mahasiswa yang molor lulusnya gara-gara soal ini. 

Pada saat mengerjakan skripsi, mereka terlalu idealis dan lupa bahwa skripsi sebenarnya hanyalah syarat untuk menyelesaikan studi. 

Kadang ada juga yang ide penelitiannya tidak sejalan dengan dosen pembimbing, tapi masih saja kekeuh mempertahankan ide itu. Dosen akan menganggap mahasiswa ini sulit atau enggan untuk dibimbing.

Jika ingin skripsi bagus, tidak ada jalan lain kecuali menguasai metode, sistematika, dan bahan-bahan lain yang diperlukan dalam proses penulisannya. Hasil yang bagus hanya bisa didapat dari proses yang bagus pula. Nah, proses penulisan skripsi yang bagus bisa terwujud jika kita sudah siap dengan semua bahannya.

Bingung Mencari Ide

Sama halnya menulis karya lain seperti buku, novel, dan puisi, menulis skripsi juga rentan terkena writer block atau kebuntuan ide. 

Kendala satu ini bisa datang kapan saja. Bisa di awal-awal penulisan, di tengah, atau menjelang penulisan selesai. Umumnya ketika mahasiswa terserang kendala ini, akan menghentikan proses menulisnya. Mereka mejadi kurang bersemangat.

Kebingungan mencari ide skripsi sering disebabkan karena kurangnya bacaan. Seperti yang dilaporkan PISA (Programme for International Student Assessment) minat baca kita memang rendah. Parahnya, ini juga menimpa kaum terdidik. Banyak mahasiswa yang rendah minat bacanya. Setahun entah mereka membaca satu buku atau tidak. Mereka membaca hanya jika ada tugas. Padahal, membaca merupakan salah satu kunci dalam belajar. 

Untuk kebutuhan skripsi, membaca yang dibutuhkan tidak hanya sebatas membaca teks (buku, artikel, berita), tapi juga konteks. Banyak peristiwa atau fenomena di sekitar yang dapat dijadikan ide skripsi. 

Misalnya di tengah masa pandemi, bagaimana kemandirian belajar siswa? Bagaimana kesiapan IT sekolah, baik dari sisi penguasaan SDMnya maupun device-nya? Dan masih banyak lagi yang lain. 

Bagi yang bingung mencari ide skripsi, kemungkinan kepekaan membaca konteks seperti ini masih kurang.

Menguasai Metode Penelitian

Menulis skripsi itu sebenarnya merupakan proses menulis laporan penelitian. Kita laporkan apa yang sudah kita lakukan di lapangan, bagaimana hasilnya, dan bagaimana kesimpulannya. 

Untuk dapat melakukan penelitian, penguasaan terhadap metode penelitian mutlak dibutuhkan. Metode penelitian inilah alat yang akan kita gunakan di lapangan. Entah itu kuantitatif, kualitatif, R&D, atau campuran. 

Molornya penulisan skripsi sering disebabkan karena kurangnya penguasaan terhadap metode penelitian. Akibatnya, mahasiswa mengalami kebingungan apa yang harus dilakukan ketika di lapangan. 

Metode penelitian yang mereka jelasakan di Bab 3 ketika menyusun proposal kebanyak merupakan hasil copy-paste skripsi kakak tingkat, tanpa benar-benar dipelajari. 

Kurangnya penguasaan metode penelitian juga dapat menyebabkan kesalahan data yang dikumpulkan. Jika sudah demikian, potensi mengulang penelitian terbuka sangat lebar.

Tidak Biasa Menulis

Sering kemacetan dalam penulisan skripsi disebabkan oleh rendahnya kualitas tulisan. Banyak kalimat yang salah ejaan, typo, SPOK tidak jelas, kata tidak baku, salah tanda baca, antar paragraf tidak nyambung, dan lain sebagainya. 

Berkualitas atau tidaknya skripsi, berbanding lurus dengan keterampilan menulis penulisnya. Ingat, skripsi itu karya tulis. Berarti untuk menyelesaikannya dibutuhkan keterampilan menulis.

Sayangnya, menulis tidak banyak dibudayakan oleh mahasiswa. Jangankan menulis, membaca saja tidak. Padahal keterampilan menulis merupakan kemampuan yang penting bagi akademisi. Menulis menjadi sarana untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikan kritik atau saran. 

Selain beberapa faktor internal di atas, faktor eksternal juga menjadi penyebab skripsi sulit diselesaikan. Misalnya, dosen pembimbing yang killer, sulit ditemui karena sibuk dengan kegiatan yang lain, atau dosen pembimbing yang terlalu idealis. 

Selain itu, ketersediaan device seperti laptop atau komputer dan jaringan internet juga turut berperan. Namun, faktor internal lah yang mesti mahasiswa waspadai. Jika mahasiswa mampu mengatasi kendala ini, maka kendala dari luar relatif lebih mudah untuk diatasi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun