Tidak ada kenikmatan yang mengatasi kepuasan dari keinginan yang lenyap, saat tak ada lagi kisah yang ingin diceritakan oleh hati. Keadaan ini sungguh luar biasa, lebih dari sekadar merelakan dengan ikhlas apa yang belum kita miliki, namun masih ada keinginan yang tersirat di dalam relung hati. Setelah momen ini, mari kita temukan makna yang tersembunyi. Akhirnya, aku menemukan identitas sejatiku yang hilang, sebelum engkau mewarnai jalan hidupku.
Kejujuran terasa mencekam sebelum kata-kata ini terucap. Namun, ketika kisah ini tercipta, aku merasakan kelegaan membebaskan diri. Terima kasih tak terhingga atas kesabaran membaca hingga ujung, dan maaf jika terjadi ketidaknyamanan. Semoga setiap peristiwa yang menyertai membawa keberkahan. Kenangan berdiam di relung hati, biarkan ia menyala dalam kesunyian. Suatu saat, kita akan terbiasa mengenangnya sebagai sesuatu yang lumrah. Kesabaran adalah karya seni hidup yang tinggi, bentuk syukur yang meresap dalam, dan ikhlas yang tulus. Percayalah, segala sesuatu akan kembali baik-baik saja. Terima kasih banyak, semoga Tuhan melimpahkan berkat-Nya pada kita.
Pengakuan Sastra, 2024.
Blora, 04 Januari 2024.
Sigit Hariyanto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H