Mohon tunggu...
Sigit Budi
Sigit Budi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Content Creator

Pembuat konten video, host podcast , selebihnya pengangguran banyak acara

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pasar Tradisional di Bawah "Tangan Dingin" Menteri Perdagangan

16 Maret 2018   12:57 Diperbarui: 6 April 2018   10:19 1365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sisi lain, panen beras di Indonesia baru dimulai pertengahan Februari 2018 dan berakhir pada Maret 2018 (panen raya). Total konsumsi beras per tahun di Indonesia 37.700.000 ton. Artinya, konsumsi beras per bulan mencapai sekitar 3,1 juta ton. Hitung-hitungan pemerintah pun, 500.000 ton beras hasil impor itu akan menjadi cadangan  sekitar satu hingga dua pekan saja. Jika merujuk pada waktu panen, impor beras itu pun diyakini tidak akan "memukul" petani.

Membuka  Pasar - Pasar Baru Internasional

Menteri Enggartiasto menyatakan bahwa Indonesia saat ini menikmati angka ekspor tertinggi dibandingkan periode pemerintahan sebelumnya, benarkah demikian ?. Saya penasaran juga dengan pernyataan ini, mengingat pernyataan ini berbasis data saya mencari data pembanding dari  situs katadata untuk membuktikan, hasilnya :

Nilai ekspor pada Agustus mencapai US$ 15,21 miliar sementara impor hanya mencapai US$ 13,49 miliar. Alhasil, neraca perdagangan pada bulan lalu surplus US$ 1,72 miliar dibanding bulan sebelumnya mengalami defisit US$ 274 juta. Capaian ini merupakan yang terbesar sejak Desember 2011 atau hampir dalam tujuh tahun terakhir.

Neraca perdagangan sepanjang Januari-Agustus 2017 naik 77,6 persen menjadi US$ 9,11 miliar dibanding periode yang sama tahun sebelumnya hanya US$ 5,13 miliar. Neraca perdagangan dalam delapan bulan tahun ini hampir menyamai surplus perdagangan sepanjang 2016, yakni senilai US$ 9,53 miliar.

Neraca Perdagangan Indonesia 2014 - 2018
Neraca Perdagangan Indonesia 2014 - 2018
Pernyataan dari Menteri Perdagangan berdasarkan rekamana data dari situs katadata memang benar, namun Enggartiasto masih menyatakan kondisi ini berbahaya bagi perekonomian nasional. Komoditas unggulan tertinggi masih berbasis komoditas bahan mentah, yakni minyak bumi dan kelapa sawit (CPO). Kasus "Bonanza" ekspor  minyak bumi pada era tahun 70-an bisa terulang lagi di Indonesia bila  tidak menyiapkan sektor ekonomi lain sebagai penopangnya.  

Upaya
Upaya
Kementerian Perdagangan kini mendorong ekspor barang jadi sebagai unggulan alternatif, mengingat komuditas ini masih belum optimal.  Selain itu membuka pasar - pasar baru seperti negara - negara Afrika,  dan mempertahankan pasar yang surplus di neraca perdagangan seperti India. Lebih lanjut Enggar menyatakan, strategi untuk mengembangan pasar internasional baru adalah memperbanyak perjanjian perdagangan internasional,karena dalam 7 tahun terakhir Indonesia baru 1(satu) perjanjian yang baru direalisasikan, yakni dengan negara Chili. 

Solusi Memperbaiki Pasar Tradisional

Pasar tradisional kini makin terpinggirkan oleh gerai ritel modern, bahkan di banyak pasar tradisional keberadaan gerai tersebut mengepung lokasi pasar. Kondisi kedua tempat belanja tersebut berbanding terbalik, pasar tradisional kondisinya masih becek dan bau sementara kondisi gerai ritel modern bersih, wangi dan dingin.

Apa solusi mengatasi kesenjangan tersebut ? Apakah dengan menutup gerai - gerai tersebut ? Mendag Enggartiasto memiliki solusi,bukan dengan menutupnya, sebab ada sekitar 400 ribu anak - anak muda bekerja di sana. Hingga saat ini, Kemendag sedang melakukan uji coba (pilot project) sebagai inisiasi perbaikan pasar tradisional dan meningkatkan daya saingnya. 

"Ada 3 hal yang perlu diperbaiki pada pasar tradisional, yaitu bangunan fisik, akses kepada barang dagangan agar sama dengan pasar modern, akses kepada modal berusaha", ujar Mendag Enggartiasto Lukito dalam acara Perspektif Kompasiana.com.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun