Mohon tunggu...
Sigit Budi
Sigit Budi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Content Creator

Pembuat konten video, host podcast , selebihnya pengangguran banyak acara

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pasar Tradisional di Bawah "Tangan Dingin" Menteri Perdagangan

16 Maret 2018   12:57 Diperbarui: 6 April 2018   10:19 1365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Mendag, pengusaha ritel besar memiliki banyak kelebihan dibanding pedagang tradisional, yakni : outlet bagus, mendapatkan barang dagangan lebih murah dari produsen karena membeli dalam kuantitibesar, serta memiliki modal besar yang berlipat ganda bila melakukan Initial Public Offering (IPO) di bursa saham. Bagaimana cara membuat daya saing pedagang pasar tradisional setara dengan gerai – gerai ritel modern ? Menurut Enggar kemitraanpengusaha besar dan pengusaha kecil menengah selama ini sebatas slogan tanpa mediasiserius , disinilah negara harus sebagai mediator antar pedagang kecil dan besar.

Penataan grosir pasar modern (dok. kompas.com)
Penataan grosir pasar modern (dok. kompas.com)
Adapun langkah Kemendag untuk merevitalisasi Pasar Tradisional dan Pedagangnya sebagai berikut :
  1. Untuk mendapatkan akses barang dengan harga sama, Kemendag menghimbau dan mediasi  kepada pedagang grosir modern menjual dengan harga sama kepada pedagang pasar tradisional dan gerai ritel jaringannya. 
  2. Merenovasi warung -warung dengan penataan warung  berbasis sistim outlet dan pengiriman barang lewat aplikasi online.
  3. Mengetuk lembaga perbankan nasional untuk mengucurkan dana ke pedagang pasar tradisional secara harian secara selektif, sistim keanggotaan (membership) dan rekening koran. Pengaturan ini untuk menghindari penyelewengan penggunaan untuk belanja konsumsi lainnya, seperti membeli sepeda motor atau lainnya. Enggar menuturkan, pedagang pasar tradisional meminjam modal uang dengan bunga 5% per 12 jam dari bank keliling.

dok.setkab.go.id
dok.setkab.go.id
Tentang Mendag Enggar

Dari sisi usia, Mendag Enggatiasto Lukito sudah tidak muda lagi, bisa jadi ia adalah sedikit dari sisa aktivis mahasiswa tahun 70-an di lingkar kekuasaan. Dilahirkan Kota Cirebon, mengaku berasal dari keluarga biasa, bukan kalangan pejabat atau pengusaha. Oleh sebab itu, ia merasa "berhutang" pada negeri ini, dan ingin membayarnya kepada rakyat Indonesia dengan berdiri di garis rakyat. 

Tekadnya tersebut dibuktikan ketika berjuang menurunkan harga minya goreng, gula, daging, serta mempertahan kebijakan impor beras untuk menyangga persediaan beras jelang Bulan Ramadhan. Enggar harus melawan para produsen besar minyak goreng,  mereka adalah penyumbang devisa terbesar Indonesia lewat komoditasCPO, produsen gula nasional yang memiliki brandternama, pengimpor daging terbesar. 

Untuk menjaga kestabilan harga, tak ragu - ragu mengajak produsen barang kebutuhan pokok dan menghitung ulang biayanya sampai ketemu Harga Eceran Tertinggi (HET). Dia rela menunggu berhari - hari di ruang Auditorium Kemendag  sampai ada kesepakatan harga antara pemerintah dan  produsen dan pemilik jaringan grosir.

Meski tidak selalu langkahnya mengendalikan harga dan meningkatkan daya saing selalu berjalan mulus, Enggar tak pernah kehilangan akal atau takut menghadapi mafiadi sektor ini. "Urat takut saya sudah putus sejak masih aktifis mahasiswa di Bandung", ujarnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun