Saya pernah kena naas gegara sampah pecahan beling ini!
Waktu itu saya hendak membuang sampah rumah tangga milik saya ke bak sampah, setelah saya masukan sampah milik saya ke bak sampah, eh entah kenapa saya punya niat ingin memasukan beberapa sampah terbungkus plastik yang tercecer di sekitar bak sampah.
Ada beberapa bungkusan sampah yang tercecer disekitaran area itu, terlihat juga ada puluhan tusuk sate bekas yang berada dalam salah satu bungkus plastik tersebut.Â
Saya pun berhati-hati memasukan sampah yang isinya bungkusan tusuk sate bekas ini supaya enggak tertusuk, karena saya lihat tusuk satenya masih dalam keadaan utuh. Sisi runcingnya masih membahayakan untuk membuat saya terluka.
Namun naas terjadi, ketika saya mengambil salah satu bungkusan plastik sampah yang lain dua jari tangan saya terluka tersayat isi bungkusan plastik sampah tersebut yang ternyata isinya pecahan beling. Darah pun mengucur dari kedua jari tangan saya yang terluka tersebut.Â
Duh sakit bener rasanya, saya malah jadi semakin pusing melihat banyaknya darah yang mengucur dari kedua jari tangan saya.
Mengantisipasi infeksi luka atau hal yang tidak diinginkan, saya segera ke Puskesmas terdekat untuk mengobati luka, dan sesampainya di Puskesmas luka saya yang katanya dokter lukanya cukup dalam tersebut dibersihkan dan diobati serta diperban. Saya pun diberi obat untuk menyembuhkan luka saya tersebut.
Inilah pengalaman tidak menyenangkan saya ketika kena pecahan beling dari bungkusan plastik sampah di sekitar bak sampah.
Lantas kenapa pengalaman ini harus saya ceritakan?
Ya, dari pengalaman saya ini, hendaklah kita bijak bersama soal membuang sampah berbentuk pecahan beling ini dan termasuk juga disini adalah sampah tusuk sate bekas.Â
Kalau membuang kedua jenis sampah ini jangan asal! Harus bijaksana dengan tidak sembarangan membuangnya begitu saja. Jangan sampai membuat orang lain terluka atau membahayakan orang lain.
Yang pasti, terkait pengalaman saya pernah terluka akibat terkena pecahan beling ini membuat saya lebih berhati-hati dan wawas dalam hal membuang sampah yang punya potensi membahayakan ini.
Yang jelas juga, kita harus memikirkan petugas sampah yang setiap harinya berjibaku dengan tumpukan bermacam sampah ini.
Saya pernah sengaja mengajak ngobrol dengan beberapa petugas sampah soal pengalaman saya ini, ternyata mereka bilang kalau mereka sudah sering terkena pecahan beling atau terkena tusukan sate ini.
Artinya, hampir setiap hari para petugas sampah ini berisiko terkena sampah berbahaya seperti pecahan beling dan tusuk sate ini, termasuk sampah berbahaya lainnya.
Inilah yang semestinya menjadi pertimbangan bijak dan wawas kita bersama dalam membuang sampah yang berpotensi membahayakan ini.
Para petugas sampah meskipum mereka sudah memakai Alat Pelindung Diri (APD) seperti sepatu boots, sarung tangan dan pakaian yang menutup seluruh tubuh, namun potensi terkena sampah benda tajam dan benda berbahaya lainnya masih bisa menimpa.
Ya, tentunya sampah tusuk sate bekas dan pecahan beling tersebut kalau sudah dipembuangan sampah itu pasti sudah terkontaminasi oleh bakteri, kuman, hingga virus dari sampah yang telah tercampur aduk. Sehingga sangatlah berpotensi membahayakan nyawa.
Kita tentu pernah tahu adanya berita tentang seorang petugas kebersihan di Bandung yang meninggal dunia karena terkema infeksi tetanus akibat terluka kena tusuk sate bekas saat bekerja.
Oleh karenanya, marilah kita sama-sama wawas dan bijaksana soal membuang sampah pecahan beling dan tusuk sate bekas ini agar dapatnya dibuang dengan cara yang baik agar tidak membahayakan orang lain. Utamanya petugas sampah yang sehari-hari berjibaku dengan sampah.Â
Kita harus empati bagaimana perjuangan petugas sampah yang harus dihadapkan beragam jenis sampah campur aduk yang berpotensi membahayakan fisik dan kesehatan mereka.
Jadi kalau mau membuang sampah pecahan beling seperti pecahan gelas, botol, piring hingga pecahan kaca lainnya haruslah bijaksana. Jangan hanya dibungkus pakai kantong plastik kresek doang.Â
Tapi pecahan beling tersebut perlu dihancurkan dulu menjadi sangat halus dengan palu, sekaligus hal ini juga untuk mempermudah proses daur ulang.
Setelahnya letakkan buntelan plastik yang berisi pecahan beling yang telah dihaluskan tersebut ke dalam kardus, terus bubuhkan keterangan tulisan pada kardus dengan ukuran font jumbo dan bold. “HATI-HATI PECAHAN BELING." Berbuat seperti ini kita bisa empati dan mengingatkan petugas sampah.
Kemudian membuang sampah tusuk sate bekas makan sate ayam, cilok, pentol, sempol atau telur gulung dan atau makanan yanh menggunakan tusukan, agar setelah beres makan, kumpulkan tusukan untuk ditumpulkan ujungnya dengan cara dibengkokkan.
Kalau sudah bengkok atau patah, bungkus dengan kertas dan bungkus kembali dengan plastik bekas dan berikan keterangan isi bungkus sampah adalah bekas tusukan sate.Â
Atau bisa juga dibungkus dengan cara dimasukkan ke dalam botol bekas minuman air mineral dan bubuhkan keterangan sampah bekas tusukan sate. Bisa dilakukan juga adalah memendam sampah bekas tusukan sate ke dalam tanah, karena tusuk sate masuk dalam jenis sampah organik.
Nah, itulah yang bisa saya bagikan dari pengalaman saya yang pernah kena naas terluka akibat sampah pecahan beling ini. Semoga apa yang telah saya bagikan ini bisa menjadi wawasan kita bersama.
Demikian artikel ini.
Artikel ke-2 tahun 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H