Kalau membuang kedua jenis sampah ini jangan asal! Harus bijaksana dengan tidak sembarangan membuangnya begitu saja. Jangan sampai membuat orang lain terluka atau membahayakan orang lain.
Yang pasti, terkait pengalaman saya pernah terluka akibat terkena pecahan beling ini membuat saya lebih berhati-hati dan wawas dalam hal membuang sampah yang punya potensi membahayakan ini.
Yang jelas juga, kita harus memikirkan petugas sampah yang setiap harinya berjibaku dengan tumpukan bermacam sampah ini.
Saya pernah sengaja mengajak ngobrol dengan beberapa petugas sampah soal pengalaman saya ini, ternyata mereka bilang kalau mereka sudah sering terkena pecahan beling atau terkena tusukan sate ini.
Artinya, hampir setiap hari para petugas sampah ini berisiko terkena sampah berbahaya seperti pecahan beling dan tusuk sate ini, termasuk sampah berbahaya lainnya.
Inilah yang semestinya menjadi pertimbangan bijak dan wawas kita bersama dalam membuang sampah yang berpotensi membahayakan ini.
Para petugas sampah meskipum mereka sudah memakai Alat Pelindung Diri (APD) seperti sepatu boots, sarung tangan dan pakaian yang menutup seluruh tubuh, namun potensi terkena sampah benda tajam dan benda berbahaya lainnya masih bisa menimpa.
Ya, tentunya sampah tusuk sate bekas dan pecahan beling tersebut kalau sudah dipembuangan sampah itu pasti sudah terkontaminasi oleh bakteri, kuman, hingga virus dari sampah yang telah tercampur aduk. Sehingga sangatlah berpotensi membahayakan nyawa.
Kita tentu pernah tahu adanya berita tentang seorang petugas kebersihan di Bandung yang meninggal dunia karena terkema infeksi tetanus akibat terluka kena tusuk sate bekas saat bekerja.
Oleh karenanya, marilah kita sama-sama wawas dan bijaksana soal membuang sampah pecahan beling dan tusuk sate bekas ini agar dapatnya dibuang dengan cara yang baik agar tidak membahayakan orang lain. Utamanya petugas sampah yang sehari-hari berjibaku dengan sampah.Â