Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Agar Kamu Tidak Kena Blacklist Rekruter, Bagaimana Sebaiknya?

22 Juni 2023   11:26 Diperbarui: 23 Juni 2023   01:45 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar wawancara kerja | Dokumen Foto Via Freepik.com

Aplikasi lamaran kerjamu sering enggak jelas nasibnya?  

Padahal sudah banyak sekali aplikasi lamaran kerja kamu kirimkan sesuai lowongan yang ditentukan, tapi kok belum juga terpanggil untuk interview, kenapakah, ada apakah?

Atau yang ini, kamu sudah sering wawancara dibeberapa tempat yang membuka lowongan kerja, tapi usai wawancara kamu enggak lanjut pada tahapan berikutnya?

Pasti kamu jadi bertanya-tanya dong, kenapa sih kok bisa begini?

Nah, barangkali saja kamu kena blacklist oleh rekruter!

Waduh, Kok bisa, kok kena blacklist sih? Apa penyebabnya? Apa alasannya mereka mem-blacklist para kandidat?

Ya. Tentu saja hal ini bisa terjadi, karena pada umumnya para rekruter dan user suatu perusahaan ataupun kantor itu biasanya saling berjaringan dalam hal meng-interview para pelamar kerja ataupun mencari kandidat karyawannya.

Mereka pasti saling berbagi informasi dan rekomendasi terkait kandidat-kandidat yang akan direkrut dan pasti ada latar belakang alasan yang mendasari rekruter kenapa pada akhirnya melakukan blacklist ini.

Nah, sebagai informasi, penulis ingin membocorkan terkait sebab kenapanya para rekruter memberlakukan blacklist terhadap kandidat yang melamar kerja.

Lantas apa sajakah itu?

*Alasan Pertama, kandidat kerap melakukan bluffing aplikasi lamaran kerja dan rekruter dapat mendeteksinya*

Ya, bluffing aplikasi lamaran kerja ini adalah semacam tindakan merekayasa data lamaran kerja dan termasuk memalsukan data lamaran kerja yang tidak sesuai dengan yang semestinya.

Biasanya rekruter dapat mendeteksinya setelah kemudian melakukan tahap cek dan ricek secara mendetil terhadap biodata kandidat, dan pada umumnya para rekruter juga saling berbagi informasi dan rekomendasi dengan sesama rekruter terkait kandidat-kandidat yang akan mereka rekrut.

Oleh karenanya, sebaiknya dalam hal aplikasi lamaran kerja ini, maka kandidat enggak perlu sampai melakukan tindakan bluffing, tampilkan yang aslinya saja sesuai kompetensi yang dimiliki.

Yang jelas, rekruter itu sudah berpengalaman menghadapi kandidat dan pasti bukan kemarin sore, rekruter yang berpengalaman pasti akan dengan mudah mendeteksi aksi bluffing aplikasi lamaran kerja kandidat.

Ilustrasi gambar wawancara kerja | Dokumen Foto Via Freepik.com
Ilustrasi gambar wawancara kerja | Dokumen Foto Via Freepik.com

*Alasan kedua, bad attitude dan melakukan flirting saat prosesi wawancara kerja, sehingga menimbulkan kesan pertama yang tidak baik kepada rekruter*

Nah, ketika rekruter merasa memperoleh kesan pertama yang kurang baik akibat bad attitude kandidat, maka inilah yang bakal menjadi rekomendasi blacklist kepada sesama rekruter lainnya.

Apalagi bila kandidat melakukan tindakan flirting, atau melakukan trik tindakan semacam menggoda rekruter, maka rekruter bisa saja tidak berkenan akan tindakan flirting tersebut karena dianggap meremehkan dan melecehkan rekruter.

Oleh karenanya, sebaiknya kandidat dapat menempatkan diri dan tahu diri saat prosesi wawancara, jaga attitude dengan bijak, enggak usah pakai trik flirting segala, percuma, karena bakal memberikan kesan yang tidak berkenan oleh rekruter.

Lebih baik tampilkan diri atau "jual diri" dengan mengedepankan attitude yang baik, bijak, dan elegan. Berikan kesan yang menjual dan memesona rekruter berdasar kompetensi yang dimiliki.

*Alasan ketiga, kandidat kerap meng-ghosting rekruter, sehingga ketika kandidat melakukan lamaran kerja di tempat lain atau menjalani prosesi wawancara di tempat lain ternyata kandidat sudah ditandai pernah melakukan ghosting*

Kandidat sudah dimyatakan lulus prosesi wawancara, dan diminta untuk datang lagi dalam rangka melanjutkan seleksi ketahapan yang berikutnya, eh tapinya kandidat hilang tanpa jejak alias meng-ghosting rekruter.

Tentu saja hal yang begini ini sangat membuat kecewa rekruter, jadilah rekruter merekomendasikan blacklist pada kandidat yang begini ini kepada sesama rekruter lainnya.

Oleh karenanya, agar dapatnya jangan melakukan tindakan meng-ghosting rekruter ini, kalau memang kandidat tidak berminat lagi, ketika dihubungi lebih baik katakan baik-baik dan terbuka dengan penjelasan dan alasan yang logis.

Atau setidaknya memberikan informasi sebelum tenggat waktu seleksi tahap selanjutnya, bahwa kandidat tidak lagi berminat dan tentunya dengan penjelasan dan alasan yang logis.

Dengan begini, pihak rekruter akan dapat memakluminya, sehingga tidak akan melakukan blacklist kepada para kandidat.

Nah, itulah kira-kira yang bisa penulis informasikan terkait alasan sebab kenapanya rekruter kerap berlaku mem-blacklist pelamar kerja atau kandidat, termasuk solusinya agar bagaimana sebaiknya kandidat tidak sampai kena blacklist oleh rekruter.

Demikian kiranya artikel ini, semoga bermanfaat.

Artikel ke 131 tahun 2023.

Sigit Eka Pribadi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun