*Alasan Pertama, kandidat kerap melakukan bluffing aplikasi lamaran kerja dan rekruter dapat mendeteksinya*
Ya, bluffing aplikasi lamaran kerja ini adalah semacam tindakan merekayasa data lamaran kerja dan termasuk memalsukan data lamaran kerja yang tidak sesuai dengan yang semestinya.
Biasanya rekruter dapat mendeteksinya setelah kemudian melakukan tahap cek dan ricek secara mendetil terhadap biodata kandidat, dan pada umumnya para rekruter juga saling berbagi informasi dan rekomendasi dengan sesama rekruter terkait kandidat-kandidat yang akan mereka rekrut.
Oleh karenanya, sebaiknya dalam hal aplikasi lamaran kerja ini, maka kandidat enggak perlu sampai melakukan tindakan bluffing, tampilkan yang aslinya saja sesuai kompetensi yang dimiliki.
Yang jelas, rekruter itu sudah berpengalaman menghadapi kandidat dan pasti bukan kemarin sore, rekruter yang berpengalaman pasti akan dengan mudah mendeteksi aksi bluffing aplikasi lamaran kerja kandidat.
*Alasan kedua, bad attitude dan melakukan flirting saat prosesi wawancara kerja, sehingga menimbulkan kesan pertama yang tidak baik kepada rekruter*
Nah, ketika rekruter merasa memperoleh kesan pertama yang kurang baik akibat bad attitude kandidat, maka inilah yang bakal menjadi rekomendasi blacklist kepada sesama rekruter lainnya.
Apalagi bila kandidat melakukan tindakan flirting, atau melakukan trik tindakan semacam menggoda rekruter, maka rekruter bisa saja tidak berkenan akan tindakan flirting tersebut karena dianggap meremehkan dan melecehkan rekruter.
Oleh karenanya, sebaiknya kandidat dapat menempatkan diri dan tahu diri saat prosesi wawancara, jaga attitude dengan bijak, enggak usah pakai trik flirting segala, percuma, karena bakal memberikan kesan yang tidak berkenan oleh rekruter.
Lebih baik tampilkan diri atau "jual diri" dengan mengedepankan attitude yang baik, bijak, dan elegan. Berikan kesan yang menjual dan memesona rekruter berdasar kompetensi yang dimiliki.