Bagaimana suasana yang terbangun dalam teamwork anda di kantor?
Apakah suasananya kurang kondusif karena masing-masing anggota timnya justru saling sikut-menyikut dalam bersaing? Atau malah saling menjatuhkan?
Sehingga karenanya, kinerja dan keutuhan teamwork malah terdampak akibat kondisi tersebut. Teamwork malah berubah jadi tidak berdaya guna bagi kantor.
Padahal teamwork yang kinerjanya high performance, kompak dan solid, serta andal yang tentunya akan sangat diperlukan bagi kinerja kantor.
Ya, tidak jarang persaingan yang tidak sehat seperti yang kami telah gambarkan sebelumnya terjadi dalam dinamika dunia kerja pada teamwork.
Padahal satu tim tapi kok malah bak saling bermusuhan, pake ada musuh dalam selimut pula, terang saja teamwork yang begini ini lambat laun bakal bubar atau "direshuffle" oleh kantor guna perbaikan.
Karena percuma juga kalau temwork yang morat marit kondisinya dipertahankan, enggak kompak, enggak solid, performa buruk, kinerja enggak jelas, ya pasti bakal menyulitkan serta mendampaki manajemen kantor dan teamwork yang begini sangatlah wajib dibenahi.
Lantas, agar suatu teamwork itu bisa high performance atau sesuai apa yang diharapakan oleh kantor itu seperti bagaimana sih?Â
Nah, berkaitan dengan itu, berikut yang bisa kami sampaikan sebagai saran dan masukan yaitu;
1. Saling apresiasi di antara sesama anggota teamwork.
Ya, tanggung jawab memimpin teamwork tentu ada pada team leader, solid dan tidaknya teamwork tergantung bagaimana kepemimpinan team leader.Â
Bagaimana bangunan suasana guyub dan harmonis di dalam suatu teamwork, maka team leader yang jadi penentunya.
Oleh karenanya agar suasana guyub dan harmonis ini dapat terbangun, maka team leader harus bisa menciptakan suasana yang apresiatif dalam teamwork.
Maksudnya di sini adalah bagaimana saling mengapresiasi kinerja masing-masing baik itu antara atasan kepada bawahan, atau antar sesama staf atau bahkan dari bawahan kepada atasan.
Tentu kalau suasana saling apresiatif yang begini terbangun dalam teamwork maka kultur teamwork yang terbentuk pasti akan segar dan humanis.
2. Kalau meeting ataupun briefing harus punya tujuan yang jelas.
Kesalahan mendasar suatu teamwork dalam menggelar meeting atau briefing adalah meeting atau briefing yang digelar jadi enggak jelas.
Meski awalnya punya materi yang ingin dibahas, tapi pada pelaksanaannya justru kerap melenceng jauh dari apa yang harusnya jadi pembahasan.
Malahan meeting dan briefing kerap berubah jadi debat "kusir" yang enggak jelas juntrungannya, masing-masing punya idealisme sendiri.
Oleh karenanya dalam hal meeting ataupun briefing ini harus punya tujuan yang jelas, harus ada "angel" paling krusialnya apa yang penting untuk dibahas.
Nah, setelahnya baru dikeroyok rame-rame untuk memecahkannya secara bersama atau mengerjakannya bersama kalau itu berkaitan dengan produk kerja tim.
Kalau begini kan pasti terlihat, bagaimana performa teamwork, bagaiamana fakta kekompakan dan kesolidan tim bukan "omdo" tapi nyata dipraktikan.
Sebab juga, banyak kasus katanya teamwork-nya solid dan kompak ternyata cuma omdo, kulitnya aja keliatan kuat, tapi realitanya dari dalam adalah rapuh.
3. Diskusi tidak melulu soal kerjaan.
Ini juga perlu jadi bahan diskusi kalau pas lagi meeting, sehingga yang dijadikan materi meeting enggak melulu soal produk kerja.Â
Jelas saja kalau meeting yang dibahas soal kerjaan lagi, tugas lagi, produk lagi, teguran lagi, hingga evaluasi lagi, maka teamwork pasti akan terbawa suasana jenuh dan membosankan.
Sekali-sekali dalam meeting tentu boleh membahas selain produk kerja. Seperti misal, tentang outing teamwork misalnya, tentang perayaan pencapaian teamwork misalnya, dan diskusi lainnya yang kira-kira memotivasi teamwork.
4. Membasmi kesungkanan (pasif-agresif) untuk memperkuat hubungan namun tetap mengedepankan etika.
Ya, membasmi kesungkanan hubungan yang beretika maksudnya di sini adalah menghilangkan "gab" antara atasan dengan bawahan, antara senior dan junior oleh antar sesama staf, termasuk menghilangkan gab usia.
Sebab, permasalahan gab inilah yang kerap semakin memperlebar jarak hubungan di antara sesama anggota teamwork. Selain itu gab ini pulalah yang kerap memicu perseteruan di antara sesama rekan di dalam teamwork
Oleh karenanya kebelakangkan soal gab ini, tidak usah saling sungkan, lebih baik membangun kebersamaan secara profesional sesuai tupoksi masing-masing dalam teamwork.
Bagi yang junior young talent kalau jadi atasan agar menghargai dan mengorangkan bawahnya yang senior old talent begitu juga sebaliknya.
Bagi sesama staf misalnya, yang senior "ngajeni" yang muda ataupun para juniornya, yang junior menghargai seniornya.
Kalau etika hubungan harmonis yang begini ini terbangun di dalam teamwork, niscaya guyub dan solid banget teamwork ini.
Pastinya secara keseluruhan dari keempat hal yang kami sampaikan ini bila dapat diakomodir oleh suatu teamwork untuk diterapkan, maka niscaya high performance teamwork bakal tercapai.
Inilah kiranya yang bisa kami sampaikan melalui artikel ini, semoga bisa menambah wawasan dan manfaat bagi bersama.
Demikian artikel ini.
Artikel ke 111 tahun 2023.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI