Lucky Hakim mundur dari jabatannya sebagai Wakil Bupati Indramayu dengan alasan tidak mampu mengemban amanah masyarakat dan sejumlah alasan lainnya.
Publik pun menanggapinya dengan berbagai reaksi, ada yang simpati ada juga yang sebaliknya, menghujat keputusan Lucky Hakim.
Yang jelas, kalau menurut penulis, terkait mundurnya Lucky Hakim ini pasti disebabkan karena antara satu sama lainnya ingin ada yang lebih dominan atau rebutan pengaruh dan termasuk adanya rivalitas yang tidak sehat di antara keduanya.
Sehingga menyebabkan keretakan dan ketidak harmonisan hubungan, dan jelas pula dalam hal ini, membuktikan adanya dua matahari kembar dalam organisasi.
Rivalitas Lucky dan Nina, matahari kembar dalam organisasi, begitulah kiranya kalau menggambarkan ketidak harmonisan hubungan di antara keduanya ini.
Lantas, matahari kembar dalam organisasi ini baguskah dan apa dampaknya?
Kepala daerah dan wakilnya itu sejatinya ibarat dua sayap burung, bisa menjadi penyeimbang sesuai dengan tugas pokoknya masing-masing.
Jika salah satu sayapnya sedang sakit maka terbangnya tidak akan sempurna, bilapun bisa terbang akan jatuh lagi atau tidak bisa terbang sama sekali.
Sehingga antara pemimpin dan wakilnya dalam organisasi haruslah saling mengisi, saling memback up demi eksistensi dan jalannya roda organisasi. Tidak bisa ada rivalitas di antara keduanya.
Wakil tetap harus mendukung pemimpinnya, namanya juga wakil, jelas tidak bisa di atas pemimpinnya, wakil tetap harus sejalan dengan pemimpinnya.
Yang jelas, ketika dinamika seni memimpin antara pemimpin dan wakilnya bermetamorfosa menjadi matahari kembar, tidak lagi ada harmonisasi dan sinergi sesuai dengan tupoksinya masing-masing, maka yang akan menjadi korban adalah para bawahannya dan rakyatnya.
Sebab, kalau keberadaan dua pemimpin sederajat bagai matahari kembar, pasti akan menyebabkan kekacauan organisasi, akan terjadi konflik kepentingan yang pada akhirnya terjadi dualisme kepemimpinan.
Dualisme kepemimpinan oleh dua orang pemimpin yang memiliki kewenangan dan otoritas yang sama dan dalam periode kepemimpinan yang sama dalam sebuah organisasi pasti akan menimbulkan dampak negatif.
Karena pada akhirnya, dualisme kepemimpinan berujung pada perebutan pengaruh dengan segala cara, chaos, akibat terdapat konflik kepentingan yang hampir tidak mungkin didamaikan.
Ya, begitulah kiranya gambaran bagaimana kalau dalam suatu organisasi itu ada matahari kembar, organisasi bisa pecah kalau matahari kembar ini tidak ada yang mau mengalah.
Karena apa, ya akan terbentuk dua kubu atau polarisasi dalam organisasi, ada kubu yang mendukung pemimpinnya ada kubu yang mendukung wakilnya.
Mundurnya lucky hakim kalau dicermati dari sisi positifnya sebenarnya ada hikmahnya dan ada bagusnya, yaitu menghindari ataupun mencegah konflik matahari kembar terus terjadi dalam organisasi.
Ini bukan berarti penulis mendukung Lucky, tapi murni mengambil sisi positif dari apa yang menjadi keputusan Lucky tersebut.
-----
Jadi, pemimpin dan wakilnya dalam suatu organisasi itu adalah amanah kepercayaan organisasi, sehingga agar kompak dan solid dalam membawa roda organisasi haruslah satu kemudi.Â
Tidak bisa pemimpin dan wakil memegang kemudinya sendiri-sendiri, pemimpin punya kemudi sendiri wakil punya kemudinya sendiri, jelas kalau begini arahnya akan kacau balau atau tidak jelas.
Kalau pemimpin sedang mengemudi atau sedang menahkodai maka wakilnya menjadi navigator, membantu memberi saran, membantu mengingatkan untuk menyeimbangkan arah kemudi kalau pemimpinnya khilaf begitulah gambarannya.
Sampai disini dapat diambil intisarinya, bahwa dalam suatu organisasi, sekecil apapun itu organisasinya, maka tidak bisa ada matahari kembar, pemimpin itu harus satu, dan dibantu dengan para wakil, serta para punggawa-punggaea organisasi lainnya.
Demikian kiranya artikel ini, semoga dapat bermanfaat.
Artikel ke-38, tahun 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H