"Viral, Seorang Direktur Tewas di Duga Kena Santet!" Â
Seorang pria di temukan tewas di kantornya dengan sekujur tubuhnya menghitam gosong dan kepalanya lembek.
Adalah Utus, OB Kantor yang pertama kali menemukan jenazah pria tersebut membenarkan kejadian itu.
"Ya, itu Pak Jonas, Bos saya, pas saya masuk mau mengantarkan kopi saya kaget, wuih ngeri banget meninggalnya, kayaknya enggak wajar gitu ya, kayanya kena santet atau kena guna-guna gitu ya".
"Ini saya bilangnya sepertinya loh ya, soalnya kan aneh banget juga kan, tiba-tiba kejadian begini. Padahal Pak Jonas itu kelihatannya selama ini sehat-sehat aja sih, dan enggak ada sakit apa apa".
Begitulah dugaan Utus soal kematian tragis dan mendadak Bos nya tersebut, dan bla-bla,,, dan bla-bla,,,
Ya, begitulah kira-kira kabar heboh yang menggemparkan jagad Medsos beberapa hari ini, mulai dari WA, Facebook, Twitter, Instagram, dan Youtube, heboh mengulasnya.
Yah, biasalah namanya juga Medsos, kadang memang kabarnya fakta, kadang lebih banyak enggak benernya, hoaks dijadikan berita, berita dijadikan hoaks. Hedeuuhh.
Jadi ya jangan percaya begitu saja, karena kabar Medsos itu rata-rata masih lebih banyak hoaksnya, perlu dikonfirmasi kebenarannya, di sinilah juga yang membuat saya hati-hati kalau dapat kabar berita tapi sumbernya dari Medsos.
Namun satu kabar viral tersebut cukup membuat saya penasaran, maklumlah, namanya juga saya kerja jadi jurnalis majalah Misteri dan Ghoib, jelas kabar beginilah yang jadi sasaran empuk saya untuk di investigasi.
Tentunya juga tujuan saya jelas, yaitu untuk mengonfirmasi dan memastikan, benar atau enggak sih sebenarnya kabar tersebut, atau setidaknya bisa jadi ulasan menarik bagi majalah.
Seperti ulasan saya dulu soal kabar viral Kades Cantik Tewas Dengan Kepala Meledak, di Duga Gegara Susuk, yang ternyata setelahnya saya investigasi dapat cerita yang sebenarnya seperti apa, dan sukses membuat majalah jadi laris manis bak kacang goreng.
Jadi, usai saya baca tuntas kabar Medsos tersebut, dan sudah saya catat kira-kiranya siapanya, apanya dimananya, kapan, mengapa, dan bagaimananya terkait kabar tersebut, maka segeralah saya bergegas memacu motor saya ke TKP.
Ya, waktu menunjukan pukul 09.30 Wita, tibalah saya di sebuah kantor megah, bahkan paling megah dan mewah di antara kantor-kantor lain di sekitarnya, setelahnya saya mencatat detil lokasi dan nama kantor tersebut dan diizinkan masuk oleh pihak berewenang kantor tersebut, maka tujuan pertama saya adalah ke Pantry menemui Utus.
Sempat agak sulit juga sebenarnya dapat izin, tapi setelah saya melakukan pendekatan-pendekatan dan memperkenalkan diri terkait siapa saya dan tujuan saya akhirnya pihak direksi memperkenankan saya masuk dan termasuk menginvestigasi kabar yang beredar tersebut.
Sesampainya di Pantry saya langsung bertanya pada salah seorang di tempat itu di mana saya bisa menemui Utus.
"Mbak, permisi Mbak, Utusnya ada"
"Masnya siapa dan dari mana?"
"Saya Angkasa dari Majalah Misteri dan Ghoib Mbak, tenang Mbak saya sudah dapat izin kok untuk ketemu Utus soal kabar heboh kemarin"
"Oh, sebentar Mas, saya panggilkan si Utus, Masnya tunggu aja silakan duduk saja dulu di kursi lobby pantry situ Mas".
Ya, Tuti nama karyawati OB tersebut, cantik juga sih sebenarnya kalau menurut saya untuk ukuran karyawati OB, mirip-mirip mulan Jameela gitu sih, hehehe, hussh, jadi ngaco deh saya.
Hm, pantry aja ada lobbynya, ber-AC mewah pula, mantap dan memang berkelas banget kantor ini.
Sejurus kemudian datanglah seorang pria mirip-mirip pasha Ungu bersama Mbak Mulan tadi, eh Mbak Tuty ding, hehehe.
"Ini Mas si Utusnya, tanya aja sama Dianya Mas soal kejadian kemarin yang heboh itu, saya lanjut kerja lagi ya Mas"
"Siap Mbak Mulan, Eh, Mbak Tuty".
Sambil beralu dari hadapan saya Tuty sempat melempar senyum ketika saya sapa begitu, duhai tambah manis banget aja deh, hadeuuh sabar-sabar, sayakan mau tugas ini hadeuuh,,,dasar juga penyakit gak bisa liat yang bening-bening deh, hadeuuhh.
"Gimana Mas, mau tanya apa Mas".
Duh kaget saya, suara berat Utus membuyarkan pandangan saya dari kepergian Mulan Jameela eh Tuty.
"Saya Angkasa Mas, pasti Tuty udah cerita tadikan soal saya, jadi begini Mas Utus yang ganteng mirip Pasha Ungu, gimana soal kabar heboh itu Mas, kira-kira gimana tuh Mas, ceritain dong Mas".
"Baiklah Mas, pertama saya terima kasih kalo dibilang mirip Pasha Ungu, dan sudah banyak yang bilang begitu Mas, dan termasuk pacar saya Tuty tadi Mas, yang Mas bilang mirip Artis Mulan, terima kasih Mas, di sini saya dua sejoli yang bestieh banget Mas. Saya udah lamaran Mas tinggal nikah bulan depan sama Tuty".
"Oh begitu, oke oke lanjut Mas Utus".
Semprul juga si Utus ini, langsung bikin pengumuman gitu, hahaha maksudnya apa coba, cemburu nih ceritanya tadi saya goda si Tuty ya hahaha, hedeuuhh.
"Jadi gini Mas Langit".
"Angkasa Mas".
"Eh Angkasa ya, jadi begini Mas, memang saya yang pertama lihat kejadian itu, dan beneran Mas Sumpah saya Mas, Pak Jonas matinya tragis Mas, nggak wajar banget dan saya yakin Dia itu pasti kena Santet".
"Soalnya Mas, Pak Jonas itu sehat banget Mas, cuman yaitu Mas Pak Jonas sih orangnya gitu sih Mas, suka arogan, sombong, galak alias suka marah-marah, ya kayak otoriter gitulah, termasuk juga playboy dan mata keranjang, tambahnya juga suka main perempuan Dia Mas".
"Enggak saya aja yang bilang begini, mas bisa tanya satu-satu semua karyawan di sini mas, pasti sama Mas dengan yang saya omongin mas".
"Lha my love Tuty aja Mas, hampir kena ulah pelecehan seksual Dia Mas. Untungnya saat itu pas saya datang, hampir juga saya gibeng Dia, kalau enggak my bestieh Tuty cegah, kena gibeng dia, saya udah enggak mikir lagi Dia itu Bos".
"Duhai jadi nggak enak nih, menggunjing orang yang sudah mati nih Mas, sorry-sorry Mas".
"Oh gitu ya, santai Mas, enggak apa-apa, oh jadi Pak Jonas itu intinya juga banyak yang enggak suka ya di kantor ini ya Mas Utus, karena wataknya gitu ya".
"Iya Mas, makanya mungkin Dia banyak musuhnya juga ya karena wataknya yang begitu itu Mas, makanya juga kenapa dugaan saya kuat Dia mati kena santet, ya mungkin aja banyak yang sakit hati sama Dia".
"Segala santet, sihir, teluh, perdukunan itu nyata loh mas, mulai zaman nabi-nabi dulu kan memang sudah ada toh, termasuk penyihir zaman firaun yang bikin ular itu mas, iya enggak Mas".
"Mungkin banyak yang bersyukur Pak Jonas mati tragis kena santet gitu, termasuk saya Mas yang juga sering direndahkan dan dihinakan sama Dia, untungnya saya masih sabar Mas".
"Iya-iya, saya bisa mengerti itu Mas Utus, santai Mas jangan terbawa emosi Mas".
"Astaghfirullah,,, saya jadi khilaf eh, maaf ya Mas Angkasa".
"Iya".
"Ya, saya berusaha betah kerja di sini Mas meski punya Bos kayak gitu wataknya, karena OB aja ya gajinya besar sih Mas, satu lagi saya betah karena Tuty Mas".
"Iya iya, Tuty ya".
"Iya Dong, hehehe".
"Oiya Mas Utus, kira-kira Almarhum Bos paling deket atau orang kepercayaannya siapa ya di kantor ini".
"Hmmm, kalau menurut saya sih si Juki, Supir Pribadinya sekaligus juga Ajudannya. Pokoknya Ada Bos pasti ada Juki, kemanapun dan dimanapun Bos pasti ada Juki".
"Ok Mas Utus, cukuplah kayaknya, sekalian saya minta nomor HP biar nambah data saya nih, boleh kan".
"Oh boleh Mas, Juki juga orangnya terbuka kok Mas, enggak tau juga Dia itu kok tabah banget dampingin almarhum si Bos".
"Tapi sekarang si Juki kerja sama Adiknya almarhum Bos, susah si Juki kalau ketemu di kantor Mas, lebih baik ketemu Juki di rumahnya aja Mas".
"Jadi gini Mas, semenjak almarhum Bos meninggal, sekarang yang ditunjuk sama Bos besar alias Ayahnya almarhum Bos untuk jadi bos di kantor ini ya Adiknya almarhum Bos".
"Oke kalo gitu sekalian alamat rumah Juki ya".
Ya, setelah saya dapat nomor HP dan alamat rumah si Juki, saya segera pamit, yang jelas setelah ini TKP saya adalah ke rumah Juki.
"Ok Mas Utus Pasha Ungu, saya Pamit ya, salam sama Mbak Mulan Tuty Jameela nya ya, semoga langgeng ya, saya tunggu Undangannya loh okeeyy".
"Hahaha, iya Mas, nanti saya kirim ke kantornya Mas".
Setelah ini TKP berikutnya rumah si Juki, seperti yang dibilang juga tadi sama si Utus, Juki biasanya sudah dirumah sekitar jam delapan malam sekarang masih jam setengah sebelas siang berarti saya pulang ke kontrakan dululah, sekalian istirahat kantor.
Bersambung,,,
NB: Cerpen ini hanya fiksi belaka.
Cerpen Recehan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H