"Jadi gini Mas Langit".
"Angkasa Mas".
"Eh Angkasa ya, jadi begini Mas, memang saya yang pertama lihat kejadian itu, dan beneran Mas Sumpah saya Mas, Pak Jonas matinya tragis Mas, nggak wajar banget dan saya yakin Dia itu pasti kena Santet".
"Soalnya Mas, Pak Jonas itu sehat banget Mas, cuman yaitu Mas Pak Jonas sih orangnya gitu sih Mas, suka arogan, sombong, galak alias suka marah-marah, ya kayak otoriter gitulah, termasuk juga playboy dan mata keranjang, tambahnya juga suka main perempuan Dia Mas".
"Enggak saya aja yang bilang begini, mas bisa tanya satu-satu semua karyawan di sini mas, pasti sama Mas dengan yang saya omongin mas".
"Lha my love Tuty aja Mas, hampir kena ulah pelecehan seksual Dia Mas. Untungnya saat itu pas saya datang, hampir juga saya gibeng Dia, kalau enggak my bestieh Tuty cegah, kena gibeng dia, saya udah enggak mikir lagi Dia itu Bos".
"Duhai jadi nggak enak nih, menggunjing orang yang sudah mati nih Mas, sorry-sorry Mas".
"Oh gitu ya, santai Mas, enggak apa-apa, oh jadi Pak Jonas itu intinya juga banyak yang enggak suka ya di kantor ini ya Mas Utus, karena wataknya gitu ya".
"Iya Mas, makanya mungkin Dia banyak musuhnya juga ya karena wataknya yang begitu itu Mas, makanya juga kenapa dugaan saya kuat Dia mati kena santet, ya mungkin aja banyak yang sakit hati sama Dia".
"Segala santet, sihir, teluh, perdukunan itu nyata loh mas, mulai zaman nabi-nabi dulu kan memang sudah ada toh, termasuk penyihir zaman firaun yang bikin ular itu mas, iya enggak Mas".
"Mungkin banyak yang bersyukur Pak Jonas mati tragis kena santet gitu, termasuk saya Mas yang juga sering direndahkan dan dihinakan sama Dia, untungnya saya masih sabar Mas".