Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jokowi di Pernikahan Atta-Aurel dan Potret Miris Sense of Crisis Pejabat Negara

6 April 2021   10:27 Diperbarui: 6 April 2021   12:27 1080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi di pesta pernikahan Atta dan Aurel | Gambar via Tempo.co

Ya Ampun, ada Pak Presiden Joko Widodo di Pernikahan Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah?

Astaga! Masih di tengah pandemi korona begini, Pak Presiden Jokowi dan beberapa Pejabat Negara lainnya hadir di pernikahan Atta dan Aurel?

Lho, Sense of Crisis nya di mana sih nih?

Kok begitu ya Pak Jokowi dan Pejabat Negara lainnya itu?

Ya, begitulah balada dan rintihan hati penulis melihat paradoks Presiden Jokowi di acara pernikahan mewah dan penuh hingar bingar yang di gelar oleh Atta dan Aurel sekeluarga ini.

Dan bukan hanya penulis saja yang keheranan dam menyoal hal ini, khalayak publik pun jadi bertanya-tanya dan mengkritik kehadiran Presiden Jokowi dan Pejabat Negara lainnya di acara pernikahan Atta dan Aurel tersebut.

Bahkan yang tambah miris lagi, ternyata takhanya Presiden Jokowi saja yang hadir, ada Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto bertindak sebagai saksi dalam akad nikah itu, dan ada juga Ketua MPR Bambang Soesatyo bertindak sebagai keluarga mempelai yang memiliki hajatan sekaligus menyambut kedatangan Presiden Jokowi.

Betapa ini adalah sebuah potret miris, sikap takbijak, takwajar dan takpantas atas kepekaan ataupun Sense of Crisis Pejabat Negara yang antiklimaks terhadap rakyat di tengah masih dihadapkannya negara dengan wabah pandemi corona.

Memang itu hak Presiden Jokowi dan Pejabat Negara lainnya menghadiri acara pernikahan Atta dan Aurel, tapi situasi dan kondisinya itu loh yang tidak tepat, kalau kondisi nggak pandemi corona sih nggak masalah monggo kerso sakarepmu, silakan saja.

Akan tetapi ini loh, kondisi pandemi corona, dan dengan masih di hadapkan kondisi pandemi corona dan masih sulitnya kondisi rakyat karena pandemi corona ini, maka apa yang dipertontonkan oleh Presiden Jokowi dan para Pejabat Negara tersebut sungguhlah sangat menyakiti hati rakyat.

Parahnya lagi, justru dari Setneg sendiri malah memamerkan kehadiran Presiden Jokowi di pernikahan Atta dan Aurel ini kepada khalayak publik, betapa semakin meradangnya rakyat akan hal ini.

Ya, peristiwa tidak mengenakkan ini seharusnya jadi bahan evaluasi dan koreksi pemerintah, terkait bagaimna Sense of Crisis negara dan pejabat negara dengan masih dihadapkannya pandemi korona yang masih melanda negara ini.

Sense of Crisis sendiri adalah merupakan suatu kepekaan terhadap sebuah suasana, situasi dan kondisi yang sedang dihadapi oleh seseorang, kelompok dan masyarakat, termasuk juga pemerintah dan negara.

Dan seperti yang telah diketahui bersama, wabah pandemi corona masih melanda Indonesia, dampaknya dan akibatnya sungguh sangat membuat pilu dan prihatin rakyat.

Jangankan mau bikin acara pernikahan yang memenuhi standar prokes pandemi corona, bisa makan saja dalam sehari sulitnya masih setengah mati.

Kalaupun ada yang bisa bikin resepsi pernikahan, itu pun harus main kucing-kucingan dengan aparat, karena bisa-bisa di bubarkan secara paksa dengan alasan membuat kerumunan dan tidak sesuai prokes pandemi corona.

Presiden Jokowi di Pernikahan Atta dan Aurel | Gambar Via CnnIndonesia
Presiden Jokowi di Pernikahan Atta dan Aurel | Gambar Via CnnIndonesia
Jadi, bila dikaitkan dengan apa yang dipertontonkan oleh Presiden Jokowi dan beberapa Pejabat Negara kepada khalayak publik tersebut, maka jelas dalam hal ini, Presiden Jokowi dan para Pejabat Negara lainnya yang hadir dalam pernikahan Atta dan Aurel tersebut telah mengabaikan Sense of Crisis di tengah pandemi corona ini.

Betapa sungguh sangat tidak elok, ternyata kepekaan atau Sense of Crisis Presiden Jokowi dan Pejabat Negara terhadap derita rakyat yang menderita karena terdampak pandemi corona harus terhempas dengan hingar bingar kemewahan pesta pora pernikahan Atta dan Aurel.

Sebegitu sajakah! Anjay dan bangke banget kalau begini namanya! 

Oh betapa mirisnya, prihatin dan sedih melihatnya, kok Presiden Jokowi dan para bawahannya nggak peka dengan derita rakyat yang masih sulit kondisinya karena pandemi korona ini.

Jadi, ya cukup pantaslah kalau ini harus wajib menjadi evaluasi dan koreksi pemerintah, karena apa, ya jelas saja, ini bisa menimbulkan krisis kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.

Yang jelas, dengan masih dihadapkannya kondisi pandemi corona ini mengutamakan Sense of Crisis itu adalah sangatlah penting bagi pemerintah.

Para Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan dan Pejabat terkait lainnya, mulai dari Presiden hingga unsur pemerintahan terbawah sesuai dengan hierarki kepemerintahannya haruslah memiliki Sense of Crisis yang kuat.

Tidak boleh gegabah dalam mengambil sikap dan keputusan, serta harus bisa mengambil sikap bijaksana, bila suatu negara menghadapi situasi krisis seperti saat pandemi corona ini.

Kalau para punggawa pemerintahan lemah dalam Sense of Crisis, maka hanya akan melahirkan kebingungan dalam bertindak termasuk tentang bagaimana harus menyikapi suatu krisis dan realita, akan melahirkan kebimbangan bersikap secara hierarkis pemerintahan hingga kebawah.

Bahkan, akan berakibat fatal, yaitu hilangnya kemuliaan dan kewibawaan pemerintah dan menimbulkan stigma bagi warganegaranya, karena dianggapnya kalau para pemimpinnya ini sudah tidak lagi peduli atas nasib bangsanya.

Warga negara akan menganggap para pemimpinnya yang harusnya dapat diandalkan tersebut ternyata lebih memilih untuk kepentingan pribadinya saja maupun kepentingan materinya sendiri saja.

Jadi, inilah mengapa Sense of Crisis itu sangat penting bagi Negara dan para punggawanya di pemerintahan, sehingga diharapkan jangan hanya rakyat saja yang dituntut soal Sense of Crisis ini, tapi para Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah, dan Pejabat terkait lainnya juga harus memiliki keprihatinan yang tinggi terkait sikap Sense of Crisis ini.

Kalau kesadaran Sense of Crisis yang kuat selalu di junjung tinggi oleh para punggawa pemerintahan, tentu akan dapat menguatkan kesatuan (unity) kebangsaan secara semesta dalam menghadapi pandemi corona ini.

Demikianlah artikel singkat ini.
Sigit Eka Pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun