Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kontroversi AHY dan Fenomena Statement Para Politikus yang Kadang-kadang Tak Ada Logika

2 Februari 2021   23:02 Diperbarui: 2 Februari 2021   23:41 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Contohnya, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) misalnya, melalui pernyataannya terkait dugaan kudeta atas dirinya yang ditudingkan kepada pihak istana yang telah dirilisnya kepada publik.

Lalu, politikus Ambroncius Nababan misalnya bagaimana tidak bertatarama dan beretikanya dirinya melontarkan pernyataan tidak berlogika bernada rasis yang akhirnya membuat gaduh ruang publik.

Dan masih banyak lagi sebenarnya para politikus yang dalam mengeluarkan pernyataanya mengebelakangkan aspek kelogisan, tidak bertatarama dan tidak beretika, tidak mempertimbangkan dampaknya bagi publik, yang pada akhirnya justru membuat kegaduhan dan keriuhan khalayak publik.

Bahkan jadi perdebatan pro dan kontra di ruang publik yang justru semakin menyulut kebencian dan perpecahan di antara khalayak publik.

Seyogianya, terlepas dari berbagai pertimbangan mengenai faktor muatan dan kepentingan politik yang menjadi latarbelakang pernyataan, maka kaidah-kaidah berpikir logis haruslah tetap diutamakan oleh para politikus.

Sebab, bila berbicara tentang aspek kelogisan pernyataan politik, akan selalu terkait dengan epistemologi, aksiologi dan premis-premis, sehingga pernyataan ataupun argumen politik, haruslah relevan menurut sudut pandang logika yang lex moralis atau bertatakrama dan beretika, bukannya malah memperlihatkan kesesatan berpikir.

Disadari atau tidak, secara umumnya pernyataan-pernyataan ataupun argumen-argumen politik yang dikemukakan oleh para politikus senantiasa ditujukan kepada khalayak publik yang tentunya memiliki tingkat intelektual dan kemampuan pemahaman berbeda-beda.

Dan jelas dalam hal ini, pernyataan politik itu mempunyai kemampuan
untuk mempengaruhi reaksi ataupun respon publik.

Sehingga janganlah pernyataan tersebut justru membawa publik terbawa sesat pikir, seperti, pernyataan berupa tuduhan kepada pihak tertentu misalnya, prasangka dan penafsiran yang bersifat subjektif misalnya, nyinyiran misalnya dan sejenisnya.

Hal ini tentunya akan berdampak juga secara signifikan pada logika berpikir publik dan daya nalar pemahaman publik, bahkan perilaku dan pandangan publik terhadap politik.

Para politikus harusnya bisa bijak, apalagi bagi para politikus yang menjabat sebagai pemimpin organisasi, kalau dalam mengemukakan pernyataan politik saja nggak kompeten dan nggak logis dengan mempertimbangkan dampaknya pada publik, bagaimana bisa mendidik publik lah kalau begini caranya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun