Politisi "jekejek-jekejek" kadang-kadang takada logikaahh, yeah,"telolet-telolet".
Ilusi sebuah hasrat dalam hatieehh, "dung-dung plak", "dung-dung plak", inteleknya hanya untuk tersesat eh sesaat at, at, at, t, t. Eyo eyo eyouw ouw, wouwoo uwo iyeiyeiyeiihh.
Waduh, saya kan mau buat artikel, kok malah gubah lagu sih, oiya saya mohon izin ya Mbak AgnezMo, lagunya saya cuplik dan gibah halaahh, saya gubah sedikit maksudnya.
Ya sudahlah, kalau begitu saya lanjut sajalah, jadi, ya kembali ke leptop, eaa, eaa, eaa, tepuk tangan dulu, plok plok plok, hush apaan sih, baiklah serius.
-----
Yah, memang miris dan memprihatinkan kalau menonton Drakor eh menyimak komunikasi politik para politikus di negeri ini.
Statemen atau pernyataan politik sebagai bagian dari komunikasi politik yang sering keluar dari pantat eh dari mulut para politikus, kadang-kadang enggak mikir aspek kelogisan dalam hal tatakrama dan etika politik.
Padahal kan, setiap pernyataan para politikus, baik itu pernyataan secara lisan maupun tertulis, akan selalu bermuatan pesan politis dan ada kepentingan politik.
Sehingga pernyataan para politikus haruslah dikemas dengan bahasa politik yang bertatarama, logis dan berlandaskan etika dan tatakrama politik, bahkan argumen politik yang dibangun melalui pernyataan tersebut haruslah berbobot, berkualitas dan edukatif bukan provokatif dan memecah belah.
Tapi sungguh sayang nian, justru semakin kekinian, ternyata para tikus poli eh politikus malah mengebelakangkan aspek logis, tatakrama dan etika politik dalam merilis pernyataan-pernyataan politiknya.