Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyelisik Perjalanan "Fenomenal" Karir Politik Gajah Mada

2 Januari 2021   14:02 Diperbarui: 2 Januari 2021   14:08 5230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada tiga fase penting dalam karier politik Gajah Mada selama mengabdi di Kerajaan Majapahit, yaitu sebagai Bekel Pasukan Bhayangkara, Patih Daha, dan Mahapatih Amangkubhumi Majapahit.

Perjalanan karier politik Gajah Mada tersebut memang bisa dinilai "fenomenal", karena berkat prestasi dan kinerjanya yang berikrar setia mengabdi kepada Kerajaan Majapahit, Gajah Mada akhirnya dapat memuncaki karier politiknya dengan berhasil menjadi Mahapatih Amangkubhumi Majapahit mendampingi Prabu Hayam Wuruk.

Bahkan bersamanya, Kerajaan Majapahit berhasil mencapai masa keemasan atau berada di puncak kejayaannya dengan berhasil menguasai wilayah nusantara dan sekitarnya.

Bagaimana perjalanan karier politik Gajah Mada, dapat dilihat sebagai berikut;

1. Bekel Pasukan Bhayangkara Majapahit.

Karier politik Gajah Mada di Kerajaan Majapahit pertama kali adalah diawali menjadi Bekel di kesatuan khusus pasukan Bhayangkara.

Kariernya sebagai bekel sangat mengkilap, ini karena Gajah Mada berhasil menumpas pemberontakan Ra Kuti terhadap Raja Jayanegara pada tahun 1319 M.

Sebelum pemberontakan Ra Kuti terjadi, Gajah Mada mengambil sikap tidak mau terlibat atas gejolak politik di internal elite Kerajaan Majapahit yang ternyata banyak menyoal tentang kepemimpinan Raja Jayanegara yang dirasa tidak kompeten.

Dalam hal ini, Gajah Mada tetap memilih berada di dalam barisan Raja Jayanegara karena sebagai Bekel, harus tetap loyal dan setia dengan tugas utamanya mengawal dan mengamankan raja.

Pada akhirnya, gejolak politik tersebut pecah juga menjadi chaos, sehingga memicu pemberontakan Ra Kuti yang ternyata didukung oleh berbagai kalangan elite internal Kerajaan Majapahit.

Gajah Mada yang sudah membaca gejolak politik ini akan berujung chaos, segera menyelamatkan Raja Jayanegara dengan mengungsikannya ke
daerah Badander di Pamotan, Lamongan, Jawa
Timur.

Selanjutnya, setelah kembali menyusun kekuatan dan menyadarkan berbagai kalangan elite Kerajaan Majapahit yang sebelumnya memihak Ra Kuti karena termakan oleh Hasutan, Gajah Mada segera menumpas pemberontakan Ra Kuti.

Boleh baca Kudeta Berdarah Ra Kuti Hingga Berhasil Jadi Raja Majapahit.

2. Patih Kahuripan dan Daha.

Atas jasanya menyelamatkan Raja Jayanegara dan keberhasilannya dalam menumpas pemberontakan Ra Kuti, pada akhirnya Gajah Mada diangkat sebagai patih di Kahuripan yaitu pada tahun 1319 M.

Dalam hal ini, Gajah Mada mendampingi Rani Kahuripan, yang pada saat itu yang duduk di singgahsana Kahuripan adalah Tribhuwana Tunggadewi.

Setelah menjadi Patih Kahuripan selama kurang lebih dua tahun, kemudian pada tahun 1321 M, Gajah Mada diangkat menjadi Patih Daha, dalam rangka menggantikan Patih Arya Tilam yang telah mangkat.

Dalam hal ini, Gajah Mada mendampingi Rani Dyah Rajadewi, yang merupakan putri bungsu Raden Wijaya hasil pernikahan dengan Dyah Gayatri, adik dari Tribhuwana Tunggadewi.

Menjadi Patih Daha pada tahun 1321 M, merupakan suatu peningkatan yang luar biasa bagi Gajah Mada, ini karena pada saat itu, wilayah Daha atau Kediri, merupakan wilayah yang sangat penting dan strategis bagi Kerajaan Majapahit dibandingkan dengan wilayah Kahuripan.

Berakhirnya kekuasaan Raja Jayanegara, ternyata tidak membuat karier politik Gajah Mada sebagai orang kepercayaan dan terpercaya serta dapat dipercaya di Kerajaan Majapahit meredup.

Kariernya justru semakin melesat karena mampu menggenggam kepercayaan Tribhuwana Tunggadewi dan Dyah Rajadewi, atau dengan kata lain, Kerajaan Majapahit tetap membutuhkan Gajah Mada secara utuh.

Sehingga pada tahun 1336 M, saat Tribhuwana Tunggadewi berkuasa di Kerajaan Majapahit, Gajah Mada yang kala itu masih menjabat sebagai Patih Daha diangkat menjadi Mahapatih Amangkubhumi Kerajaan Majapahit.

3. Mahapatih Amangkubhumi Majapahit.

Sebelum diangkat menjadi Mahapatih Amangkubhumi Majapahit, Gajah Mada menunjukan prestasi dan kinerja yang hebat, dengan berhasil menumpas pemberontakan Sadeng pada tahun 1331 M.

Akhirnya, berlatar dari prestasi dan kinerjanya selama mengabdi kepada Kerajaan Majapahit dan modal pengalaman politiknya selama dua tahun menjabat Patih Kahuripan dan sekitar Lima belas tahun menjabat Patih Daha (Kediri), pada tahun 1336 M, Tribhuwana Tunggadewi mengangkat Gajah Mada menjadi Mahapatih Amangkubhumi Majapahit.

Pada kesempatan ini juga, tercatat sangat popular dalam sejarah, ketika Gajah Mada menyataan Sumpah Palapa yang berisi;

"Sira Gajah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada: "Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tajung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa".

Terjemahannya:

"Dia Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Ia Gajah Mada, "Jika telah menundukkan seluruh Nusantara dibawah kekuasaan Majapahit, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa".

Menjadi Mahapatih Amangkubhumi Majapahit adalah puncak pencapaian tertinggi dari seluruh perjalanan karier politik Gajah Mada, yang diraih lewat prestasi, kinerja, kerja keras, ketekunan, dan loyalitas yang tinggi.

Perjalanan karier yang bisa dipandang achived bagi Gajah Mada, progresivitas karir politik Gajah Mada dapat dikatakan cukup cepat dan pesat, tanpa mengalami hambatan yang berarti, mulai dari Bekel Bhayangkara hingga menjadi Mahapatih Majapahit, berhasil dicapainya dalam kurun waktu sekitar tujuh belas tahun.

***

Namun, seiring dengan terjadinya peristiwa Perang Bubat pada tahun 1357 M, karier politik Gajah Mada secara perlahan mulai meredup.

Sejatinya, peristiwa ini dipicu oleh sikap politik Gajah Mada yang terlalu obsesif ingin menaklukan Kerajaan Sunda melalui proses pernikahan antara Prabu Hayam Wuruk dengan Dyah Pitaloka, putri Prabu Maharaja Linggabuana dari Kerajaan Sunda, tapi justru yang terjadi adalah peperangan.

Dalam peristiwa tersebut, terjadi pertempuran yang tidak seimbang antara pasukan Kerajaan Majapahit dengan pasukan Kerajaan Sunda, sehingga mengakibatkan kematian massal dipihak Kerajaan Sunda.

Peristiwa Bubat akhirnya secara perlahan menyirnakan kegemilangan Gajah Mada, hal ini karena, banyak pihak di Kerajaan Majapahit yang menyalahkan Gajah Mada, bahkan Prabu Hayam Wuruk sendiri sangat kecewa dan menyayangkan atas terjadinya peristiwa Bubat tersebut.

Meskipun pada akhirnya karier Politik Gajah Mada semakin meredup pasca peristiwa Bubat, dan secara perlahan mulai menjauh dari pelbagai urusan politik Kerajaan Majapahit, namun Gajah Mada tetap berstatus sebagai Mahapatih hingga akhir hayatnya 1364 M dan tetap tercatat dalam sejarah, bahwa Gajah Mada adalah sosok hebat dan fenomenal selama mengabdi di Kerajaan Majapahit.

Demikianlah kiranya sedikit ulasan penulis mengenai perjalanan "fenomenal" karier politik Gajah Mada di Kerajaan Majapahit.

Penulis mengulasnya kembali tidak lain adalah, dalam rangka menambah wawasan dan bisa jadi bahan bacaan bagi penulis dalam rangka tetap mengingat sejarah, dan semoga artikel ini juga dapat memberi manfaat bagi bersama.

Referensi bacaan didapatkan dari membaca di Historia.id dan Wikipedia.id.

Salam hangat.
Sigit Eka Pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun