Gajah Mada yang sudah membaca gejolak politik ini akan berujung chaos, segera menyelamatkan Raja Jayanegara dengan mengungsikannya ke
daerah Badander di Pamotan, Lamongan, Jawa
Timur.
Selanjutnya, setelah kembali menyusun kekuatan dan menyadarkan berbagai kalangan elite Kerajaan Majapahit yang sebelumnya memihak Ra Kuti karena termakan oleh Hasutan, Gajah Mada segera menumpas pemberontakan Ra Kuti.
Boleh baca Kudeta Berdarah Ra Kuti Hingga Berhasil Jadi Raja Majapahit.
2. Patih Kahuripan dan Daha.
Atas jasanya menyelamatkan Raja Jayanegara dan keberhasilannya dalam menumpas pemberontakan Ra Kuti, pada akhirnya Gajah Mada diangkat sebagai patih di Kahuripan yaitu pada tahun 1319 M.
Dalam hal ini, Gajah Mada mendampingi Rani Kahuripan, yang pada saat itu yang duduk di singgahsana Kahuripan adalah Tribhuwana Tunggadewi.
Setelah menjadi Patih Kahuripan selama kurang lebih dua tahun, kemudian pada tahun 1321 M, Gajah Mada diangkat menjadi Patih Daha, dalam rangka menggantikan Patih Arya Tilam yang telah mangkat.
Dalam hal ini, Gajah Mada mendampingi Rani Dyah Rajadewi, yang merupakan putri bungsu Raden Wijaya hasil pernikahan dengan Dyah Gayatri, adik dari Tribhuwana Tunggadewi.
Menjadi Patih Daha pada tahun 1321 M, merupakan suatu peningkatan yang luar biasa bagi Gajah Mada, ini karena pada saat itu, wilayah Daha atau Kediri, merupakan wilayah yang sangat penting dan strategis bagi Kerajaan Majapahit dibandingkan dengan wilayah Kahuripan.
Berakhirnya kekuasaan Raja Jayanegara, ternyata tidak membuat karier politik Gajah Mada sebagai orang kepercayaan dan terpercaya serta dapat dipercaya di Kerajaan Majapahit meredup.
Kariernya justru semakin melesat karena mampu menggenggam kepercayaan Tribhuwana Tunggadewi dan Dyah Rajadewi, atau dengan kata lain, Kerajaan Majapahit tetap membutuhkan Gajah Mada secara utuh.