Inilah yang kiranya menjadi sorotan penulis, ketika fenomena gawai yang tak bisa lepas dari genggaman sudah jadi hal yang menyebabkan lunturnya rasa menghargai dan menghormati lawan bicara.
Inilah juga kenapa menghargai perasaan orang lain dengan tidak menyakiti hatinya dengan cara menyimak penuturannya dengan seksama menjadi penting.
Apalagi bila berkaitan dengan tata krama di antara sesama, menyimak secara seksama lawan bicara merupakan bentuk penghormatan mengorangkan lawan bicara.
Jadi, mau bagaimananya tentang menyimak ini, tinggal saling membangun kepekaan diri masing masing saja, setidaknya, berikan perhatian dan respon pada lawan bicara bahwa ternyata kita memiliki keperdulian.
Mengutamakan untuk menghindari ketersinggungan dengan tetap fokus dan respek untuk tetap menyimak dengan seksama dari lawan bicara kita.
Memposisikannya sama sebagaimana diri sendiri, karena kita pun sendiri ketika bicara pastilah ingin disimak dengan seksama apa yang jadi penuturan kita.
Yang jelas kalau lebih mengedepankan sisi menghargai dan menghormati lawan bicara, maka janganlah hanya karena fenomena gawai yang tak luput dari perhatian ini, hal menyimak lawan bicara jadi terabaikan, orang lain jadi sakit hati dan merasa dilecehkan.
Karena menyimak penuturan lawan bicara secara seksama merupakan cerminan kehormatan diri juga, kalau mau dihargai ketika kita bicara, maka hargai terlebih dahulu lawan bicara yang bertutur dihadapan kita dengan menyimaknya secara seksama.
Menyimak dengan seksama dengan mendengarkan dan merespon lawan bicara dengan sungguh-sungguh akan membuatnya merasa diperhatikan, dengan begitu, orang akan merasa dihargai, mereka pun akan menghargai kita.
Bukan bermaksud mengajari, semoga kiranya artikel singkat ini dapat bermanfaat, dan bilapun masih banyak kekhilafan dan kekurangannya, mohon dimaklumi.
Salam hangat.
Sigit Eka Pribadi.