Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ekstra Hati-hati, Pintu Teater Dibuka, Sarang Baru Pandemi!

1 September 2020   08:31 Diperbarui: 1 September 2020   08:25 3756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar via ebornprojectmedia.com


Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengklaim, bahwa bioskop berkontribusi untuk meningkatkan imunitas masyarakat yang berkaitan dengan penanganan Covid-19.

Apakah benar nonton bioskop itu memang bisa meningkatkan imunitas? Bisa jadi juga sih ada benarnya dan masuk akal!

Sebabnya penulis memang mendapat referensi artikel tentang meningkatkan imunitas ini, dan dari berbagai referensi tersebut menyebutkan beberapa hal yang masih bisa nyambung bila dikaitkan dengan nonton bioskop ini.

Dari referensi tersebut sesuai yang disarankan oleh para ahli gizi berkaitan dengan meningkatkan imunitas tersebut di antaranya adalah;

Imunitas bisa menguat bila ada relaksasi untuk menghindari stres dengan bersikap rileks atau santai dan memperbanyak teman atau bersosialisasi.

Bila berkaitan dengan stres maka memang benar adanya, bahwa semakin tinggi tingkatan stres, maka semakin sedikit antibodi dan sel darah putih yang dihasilkan oleh tubuh.

Memang tidak dipungkiri, pandemi corona ini sudah sangat membuat stres masyarakat, apalagi pandemi tak kunjung juga berakhir, masyarakat semakin stres juga dibuatnya.

Semuanya sudah suntuk, jenuh dan tak ingin terus terusan terkungkung dan terbatasi akibat pandemi ini, semua sudah ingin bebas.

Ya, adaptasi kebiasaan baru, hidup berdampingan dengan virus corona, sampai nanti obat dan vaksin di distribusikan dan diimunisasikan.

Nah, bisa jadi maksudnya dengan nonton bioskop tersebut memang mampu menghilangkan stres, karena kita jadi terhibur, hati senang, gembira maupun ceria.

Lalu, bila kaitannya dengan berteman dan bersosialisasi, jadi artinya bila kita keseringan menyendiri atau tidak ada waktu untuk bertemu dengan kerabat atau bersosialisasi, maka akan mengubah sistem imunitas tubuh menjadi reaktif untuk menurun.

Jadi secara umumnya, berdasar dua hal yang masih nyambung bila dikaitkan dengan nonton bioskop ini, maka artinya dengan nonton bioskop tersebut mampu meningkatkan kesehatan fisik dan mental.

Okelah boleh dibilang nonton bioskop termasuk sarana hiburan yang mujarab dalam ramgka mengobati stress, begitu juga wahana yang baik untuk bersosialisasi.

Ya, masuk akal sih, tapi kan hal ini logis berlaku kalau dalam kondisi yang wajar dan normal, bukannya dihadapkan dengan kondisi pandemi yang membuat segala sesuatunya jadi tidak normal.

Karena dengan dihadapkan realita kondisi yang masih pandemi ini, dengan fakta yang membuktikan bahwa pemerintah masih belum bisa mengendalikan pandemi, tingkat kematian tak kunjung bisa ditekan dan tingkat penularan corona yang masih sangat masif ini, jelas saja nonton bioskop masih sangat berisiko.

Ya, bisa jadi bukannya imun tubuh yang semakin meningkat tapi bisa jadi justru akan semakin menurunkan imun tubuh, karena terlalu seringnya terpapar serangan masif virus corona.

Sebab apa, siapapun kita ataupun semua orang berpotensi sebagai OTG, kita tidak tahu siapa di antaranya yang membawa dan menebarkan virus masuk ke dalam ruang teater bioskop.

Karena apa, bisa dibayangkan saja bagaimana desain dan suasana dalam ruang teater yang kedap suara, ruangan teater dilapisi peredam suara yang rapat, tingkat kelembaban udara dalam ruangan yang kadar oksigennya dan sirkulasi udaranya hanya diatur dengan mengandalkan pendingin ruangan.

Meskipun jumlah penontonnya dibatasi dan dengan menerapkan protokol kesehatan pandemi tapi yakinkah protokol kesehatan tersebut masih efektif bila dihadapkan dengan desain dalam ruangan teater?

Sedangkan dalam ruang terbuka dengan udara bebas saja paparan dan penularan virus corona masih sangat begitu reaktif dan masif

Perlu diingat! virus corona telah mampu bermutasi dengan sedemikian rupa menyesuaikan lingkungan, bahkan yang teranyar, sudah mampu berterbangan menular lewat udara, bahkan sudah bisa menyerang secara silent dengan cara happy hypoxia yang menimbulkan kematian mendadak.

Jadi bisa dibayangkan bagaimana mengerikannya paparan dari risiko penularan yang bisa menjadi potensi kerentanan yang ditimbulkan dari para OTG di antara kita ketika berada dalam satu ruangan teater.

Memang benar sih kita pakai masker, tapi apakah dengan kadar kelembaban udara dalam ruangan tersebut apakah tidak sesak pake masker terus, contohnya saja kalau kita pake masker ketika di dalam mobil yang tertutup rapat dengan menggunakan AC, terasa sesak bukan?

Sehingga sesekali juga kan terkadang kita mesti harus buka masker untuk sedikit menghilangkan rasa sesak dan sesekali membuka kaca jendela mobil untuk sirkulasi udara.

Maka artinya disini, nonton bioskop dihadapkan dengan kondisi yang masih pandemi ini, masihlah sangat berisiko, masih meragukan bila dikatakan bisa meningkatkan imunitas.

Imunitas justru bisa menurun drastis karena seringnya terpapar udara yang bisa jadi ada kemungkinan yang cukup tinggi dicemari oleh virus corona.

Nah, disinilah yang kiranya bisa jadi bahan pertimbangan buat masyarakat, dan memang sih mau nonton atau enggaknya di bioskop pilihan dan keputusannya tinggal terserah di masyarakat, tapi semoga bisa dipikirkan bagaimana tingginya risiko terpapar virus corona dalam ruangan teater ini.

Namun kalau melihat bagaimana menggejalanya kengeyelan secara nasional dan kesetresan secara nasional dari sebagian besar masyarakat terkait pandemi ini, nampaknya akan banyak juga masyarakat yang nekat pergi nonton bioskop.

Yang jelas statemen dari jubir covid yang tentunya mewakili pemerintah tersebut layaknya diksi diksi yang mengambigukan kepentingan yang ada di baliknya.

Pemerintah sepertinya tidak berani terlalu jujur untuk mengatakan tujuan dibukannya bioskop adalah untuk "meningkatkan pendapatan pajak".

Yang artinya disini pemerintah sedang main perseneling di gigi tinggi terus, nginjak pedal gas dan ngegas lagi disektor ekonomi, dan lupa ngerem disektor kesehatan.

Lebih jelasnya boleh baca pada artikel ini;https://www.kompasiana.com/sigit19781986/5f46362cd541df42c771f6c2/lupa-nge-rem-demi-membajak-krisis-di-tengah-amukan-senyap-pandemi

Ya, seperti diketahui, pajak hiburan dikenakan pada sejumlah hiburan, termasuk pajak hiburan nonton bioskop ini yang memang nilainya cukup besar.

Bahkan ada perolehan penghasilan pendapatan pajak juga dari materi promosi maupun iklan pada saat sebelum tayangan film bioskop.

Ya, pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan, meliputi semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.

Jika objek pajak tersebut adalah jasa penyelenggaraan hiburan yang dipungut bayaran, maka subjek pajaknya adalah penikmat hiburan baik itu orang pribadi atau badan yang membayar untuk sebuah hiburan.

Sementara yang bertindak sebagai wajib pajaknya adalah orang atau badan yang menyelenggarakan hiburan.

Dilihat dari jenis pengelolaannya, maka pajak dari penyelenggaraan hiburan ini masuk ke dalam pajak daerah, namun pada dasarnya juga pajak daerah ini juga akan sangat berarti dalam menggenjot sektor pajak secara nasional.

Jadi jelaslah sudah tujuan pemerintah, secara umumnya bila sudah melihat sejumlah tempat hiburan, mall, wisata dan lainnya mulai dibuka, maka tujuan utamanya adalah menggenjot pendapatan pajak.

Nah, inilah yang terkadang disamarkan oleh pemerintah agar tidak kentara banget menomorsatukan sektor ekonomi, seringnya diksi diksi yang samar menyaru di balik tujuan yang sebenarnya seringkali dilakukan oleh pemerintah.

Artinya juga kebijakan dengan  diksi rem dan gas sepertinya hanyalah basa basi belaka, karena memang sudah kentara banget pemerintah terus ngegas.

Ya, lompatan membajak krisis, tapi pemerintah justru lebih terlihat melunjak jadi membajak nyawa rakyat.

Seharusnya meski imunisasi dan vaksinasi corona ini nantinya juga akan bertahap diberlakukan, maka pemerintah agar jangan juga hendaknya membajak nyawa masyarakat dengan makin menyuruh masyarakat keleleran berjibaku dan bertarung melawan monster virus corona dengan modus menyaru di balik diksi diksi bermakna ambigu.

Yang pasti dalam hal ini, pemerintah dan seluruh pengusaha bioskop dan pihak terkait lainnya harus benar benar mempersiapkan dan memberlakukan protokol kesehatan di bioskop dengan seteliti dan seketat mungkin.

Proses edukasi dan penerapan maupun penegakkan disiplin terkait protokol kesehatan pandemi di lingkungan bioskop baik itu kepada seluruh karyawan yang akan bertugas, maupun para pengunjung/penonton harus ditegaskan secara masif dan intensif.

Yang jelas ada yang harus jadi catatan penting, berkaitan dengan gas dan rem ini, kalau penularan virus corona semakin masif, dan tingkat kematian terus bertambah, demi melompat membajak krisis dengan lebih menomorsatukan ekonomi.

Maka dosa besar yang teramat berat bakal dipertanggung jawabakan oleh pemerintah, siapa siapa saja yang bertanggung jawab, yah bisa dilihat sendiri. Camkan!

Semoga bermanfaat.
Sigit Eka Pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun