Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ketika "Pakar Medis Palsu" Memandemi di Tengah Pandemi

8 Agustus 2020   14:00 Diperbarui: 21 Agustus 2020   01:04 1129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar pakar medis | Dokumen foto via Kompas.com


Pandemi corona masih memandemi dan satu-satunya cara untuk mengatasinya adalah dengan menemukan vaksin virus corona.


Seiring pandemi corona ini, ternyata fenomena-fenomena baru juga turut memandemi, diantaranya seperti, memandeminya berbagai sebaran berita hoaks tentang obat dan vaksin virus corona.

Dan yang lebih fenomenal lagi adalah, ketika para "pakar medis palsu" turut memandemi di tengah pandemi.


Dengan sebegitu yakin dan pongahnya para "pakar medis palsu" ini mengklaim bahwa mereka telah menemukan vaksin ataupun obat yang mampu menangkal dan mengobati virus corona.

Entah apa yang melatar belakangi dan yang menjadi dasar pemikirannya, sampai para pakar medis palsu ini, berani tampil mengklaim bahwa mereka telah menemukan obat ataupun vaksin anti virus corona.

Sementara itu, vaksin corona masih dalam penelitian dan pengujian oleh berbagai pihak yang berwenang dan berkompeten.

Padahal juga, kalau sudah berkaitan dengan ilmu medis, tentunya tidaklah boleh sembarangan mengklaim diri sebagai pakar medis dan juga termasuk penemuannya.


Karena yang jelas, para pakar medis yang sejati, pasti akan sangat jelas tentang siapakah jati dirinya yang sebenarnya berkaitan dengan kepakaran medisnya dan penemuan medisnya sesuai disiplin ilmunya.


Namun ironinya, di tengah pandemi corona ini, ternyata tak sedikit oknum-oknum yang mengaku ataupun mengklaim diri sebagai pakar medis.

Ya, bisa dilihat faktanya bagaimana sebaran pesan hoaks berantai di WAG yang menginformasikan berbagai rujukan klinis, baik itu soal vaksin, obat, herbal, jamu dan sejenisnya.

Bahkan informasi yang belum bisa dipertanggung jawabkan ini seringkali mengatas namakan orang-orang yang berkompeten sebagai tokoh medis ataupun pakar medis, padahal belum tentu semua itu benar.

Begitu juga bila dikaitkan dengan "Hadi Pranoto" yang mengklaim bahwa dirinya telah menemukan sejenis obat herbal antibodi yang dapat menangkal virus corona dan menyatakan bahwa penemuannya tersebut telah diteliti dan diuji secara klinis.


Ya, seperti diketahui, kanal you tube artis kawakan Erdian Aji Prihartanto alias Anji, yang menyiarkan tentang penemuan Hadi Pranoto terkait antibodi virus corona, menjadi polemik dan kontroversi.

Yang artinya juga disini, meski dalam wawancaranya di kanal you tube Anji tersebut, Hadi Pranoto tidak mengaku diri sebagai pakar medis baik itu sebagai profesor ataupun dokter, tapi bila dikaitkan secara langsung dari pernyataannya tentang penemuannya dan pihak terkait yang disebutkan soal penemuanya tersebut, maka dalam hal ini bisa dikatakan bahwa Hadi Pranoto telah mengklaim diri sebagai pakar medis.

Terakhir sesuai informasi yang didapatkan penulis, Hadi Pranoto merilis pada publik, bahwa dirinya adalah bagian dari sebuah tim riset independen yang mempelajari dan memperdalam tentang mikrobiologi.

Melalui tim riset independen itu, Hadi berhasil menemukan sebuah ramuan yang dinamai Antibodi covid-19 yang diklaim bisa menyembuhkan covid-19 hingga 100 persen.

Yang pasti, terkait penemuan Hadi Pranoto soal obat virus corona ini, dari berbagai pihak terkait yang disebutkan dalam wawancara tersebut, seperti BPOM, PT. Saraka, hingga pihak RS. Wisma Alet membantah berbagai klaim Hadi Pranoto.

Bahkan terkait soal penemuan Hadi Pranoto tersebut, secara tegas dan keras dibantah juga oleh pihak IDI dan Kemenristekdikti RI, baik itu soal riset dan uji klinisnya yang artinya disini, bahwa pememuan yang diklaim Hadi Pranoto berdasar riset independennya tersebut, belum bisa dipertanggung jawabkan, masih disinformasi ataupun masih informasi palsu.

Jadi, bila berdasarkan bantahan pihak BPOM, PT. Saraka dan RS. Wisma Atlet serta pihak IDI dan Pihak Kemenristekdikti RI, maka Hadi Pranoto telah secara jelas melanggar hukum, karena menyebarkan informasi palsu.


Dan pada akhirnya, baik itu Anjie dan Hadi Pranoto harus berurusan dengan pihak kepolisian, untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya, karena sebab delik aduan dari masyarakat dan pihak terkait lainnya yang kompeten dibidang medis.

Yang jelas bagi Anji, meski sudah meminta maaf dan mengklarifikasi apa yang menjadi keterlibatannya soal polemik dan kontroversi pada kanal you tube nya kepada publik, maka demi supremasi hukum, Anji harus tetap diproses secara hukum.

Karena yang jelas, Anji terlibat dalam penyebaran informasi palsu dari Hadi Pranoto tersebut, yang artinya ada dasar yang dapat menuntut anji secara hukum yaitu UU ITE.

Ya, semoga dalam hal ini Anji bisa berlapang dada dan menjadi pelajaran berharga bagi dirinya untuk lebih introspeksi diri.

Begitu halnya juga, untuk Hadi Pranoto, maka dirinyapun harus mempertanggung jawabkan secara hukum terkait penemuannya dan informasi palsu yang disebarkannya tersebut

Lalu bagaimana bila menyoal produk kalung corona yang dirilis oleh Kementan RI?

Yang jelas bila menyoal produk kalung corona Kementan RI tersebut penulis mendapatkan informasi bahwa produk tersebut telah melewati hasil laboratorium di Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) dan dinyatakan teruji ampuh membunuh virus corona dalam 15-30 menit pemakaian.

Seperti yang dinyatakan oleh Fadjry Djufry Kabalitbangtan RI menyatakan bahwa telah dilakukan pengujian terhadap eucalyptus oleh Balai Besar Penelitian Veteriner (BB Litvet) terhadap kemampuan anti virus pada virus influenza dan virus corona model beta dan gamma.

Produk tersebut digunakan dengan cara dihirup, pengguna dapat menghirup setiap 2-3 jam sekali 5-15 menit. Dihirup dengan cara mendekatkan kalung ke hidung agar mampu menginaktivasi virus yang berada di rongga hidung.

Disebutkan juga bahwa, Aroma terapi yang dihasilkan mengandung bahan aktif 1,8-cineole yang akan merusak struktur  Mpro (Main Protein) dari virus sehingga virus akan sulit bereplikasi dan akhirnya terus berkurang jumlahnya.

Namun demikian dalam hal ini, maka ada yang perlu jadi catatan, bahwa produk Kementan RI tersebut, tak spesifik menyebut dapat mengatasi virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19.

Tapi setidaknya bisa menjadi anti virus pada virus influenza dan virus corona model beta dan gamma, yang artinya ada cegah tangkal dini terhadap SARS-CoV-2.

Jadi intinya, terkait produk Kementan RI ini, ada pihak yang bertanggung jawab, baik itu soal riset dan uji klinisnya, yang artinya disini, produk tersebut dapat dipertanggung jawabkan dan informasi yang terkait didalamnya soal khasiat produknya, bukan informasi palsu.
------

Mencuatnya dan memandeminya disinformasi soal ketokohan medis palsu ataupun kepakaran medis palsu oleh Hadi Pranoto ini jelas sangat meresahkan.

Sebab apa, yang jadi korban adalah masyarakat, karena semakin teracuni informasi-informasi palsu obat dan vaksin virus corona dan secara umumnya soal pandemi corona.

Hadi secara jelas "menjual nama" berbagai pihak yang disebutkannya terkait klaim penemuan miliknya, sehingga menimbulkan "rasa aman palsu" ataupun "rasa percaya palsu" di masyarakat.

Sehingga diharapkan, berlatar belakang ini semua, dengan masih dihadapkannya kondisi pandemi ini, agar dapat mencegah fenomena memandeminya ketokohan medis dan pakar medis palsu ditengah masyarakat, maka pemerintah dan pihak terkait lainnya harus bisa dan dapat tegas memberantas disinformasi pandemi corona di tengah masyarakat.

Masyarakat harus selalu dikawal dengan cara terus diberikan edukasi yang masif dan preventif terkait pandemi corona.

Sehingga masyarakat tidak mudah percaya begitu saja terhadap informasi yang belum bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya soal obat ataupun vaksin corona yang tersebar sedemikian masifnya.

Termasuk juga tidak melunturkan kesadaran masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan ditenggah pandemi.

Sampai nanti benar-benar ada vaksin yang bisa membantai habis virus corona ini, dan sampai nanti pada akhirnya pandemi ini bisa segera diatasi.

Demikianlah artikel ini penulis tuangkan, semoga kiranya dapat bermanfaat.

Salam hangat.
Sigit Eka Pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun