Jadi, disinilah kiranya yang bisa direferensikan dari mereka berdua bagaimana untuk menguatkan ke khas-an inner beauty, karakter dan aura pembawaannya masing-masing dalam rangka menerapkan leadership.
Kedua, mengkombinasi dan mengimprovisasi poin pertama dengan kemampuan public speaking dan public relation yang smart.
Sebenarnya kemampuan tata bicara, gaya bicara, tata bahasa atau secara umumnya dalam hal komunikasi yang berkaitan dengan public speaking, sejatinya wanita lebih unggul dari kaum pria.
Begitu juga halnya dalam public relation atau menjalin sinergitas hubungan antara orang per orang sebenarnya wanita lebih mudah mengkondisikan dan membangunnya.
Jadi, tinggal dikombinasikan saja dengan inner beauty dan aura pembawaan diri masing-masing, sehingga disinilah pengaruh dan peforma kepemimpinan itu semakin nampak kuat dan memancarkan energi positif dan power yang semakin kokoh, karena selalu memanfaatkan dan mengoptimalkan keunggulan public speaking dan public relation tersebut dengan bijak dan santun.
Ketiga, selalu self awareness dan visioner.
Ya, seperti yang sudah juga penulis sampaikan, bahwa hati dan perasaan wanita itu sangat peka dan halus, maka girls, untuk menguatkan leadership ini, kamu harus selalu self awareness dan visioner.
Kamu jangan pernah surut dan mudah banget jatuh terbawa ataupun terlampau peka soal hati dan perasaan ini, memang sih ini tidak mudah bagi kamu.
Namun demikian kalau kamu mampu selalu self awareness yaitu bisa merefleksi diri dengan memanajemen hati dan perasaan untuk selalu kuat dan visioner menghadapinya, maka kamu akan bisa mengontrol berbagai tekanan yang mempengaruhi dan membebani emosional dan pikiran kamu agar tidak berdampak pada hati dan perasaan.
Dengan kata lain, self awareness di sini adalah kamu mampu menguasai keadaan, membuat diri sendiri sadar tentang emosi yang sedang di alami dan juga pikiran-pikiran mengenai emosi tersebut dengan cara yang visioner, yaitu berpikir jauh dua tiga langkah kedepan, bahwa tantangan soal hati dan perasaan ini harus di hadapi dengan mental baja.
Bahwa semua tantangan tekanan terhadap hati dan perasaan tersebut bukan sebagai goresan luka, tapi sebagai proses untuk mengembangkan diri, mengenali diri, menjadi diri sendiri, memotivasi diri dan menemukan kepribadian diri dan menyadari bahwa pengaruh faktor-faktor tekanan tersebut adalah berlaku wajar dalam interaksi kepemimpinan.
-----