Sebab sering dijumpai kenyataan bahwa kegunaan kata-kata tertentu untuk menyatakan suatu makna ternyata dapat mempengaruhi identitas kelompok sosial dalam masyarakat yang berbeda-beda.
Seperti misalnya, dalam masyarakat atau satu daerah yang penduduknya mayoritas beragama Islam kata babi ataupun anjing, akan berkonotasi sangat negatif.
Tapi di daerah yang bukan Islam kata babi dan anjing itu dapat berkonotasi netral. Malah mungkin ada daerah yang merasa kata babi itu berkonotasi positif, yakni di daerah yang menjadikan ternak babi sebagai ukuran kekayaan.
Lalu, bila menyoal kaitannya dengan nasi kucing dan hot dog, yang sudah lazim karena sudah terbiasa membudaya digunakan dan berlaku, sebab nasi kucing sudah jadi identik bahwa nasi kucing adalah nasi termasuk lauk sambal, ikan, dan tempe, lalu dibungkus daun pisang dengan porsi sedikit, makanan nasi kucing ini sangat akrab dan identik dengan masyarakat yang berasal dari Yogyakarta, Semarang, dan Surakarta.
Begitu juga mengenai hot dog, yang merupakan makanan sosis dengan isi daging cincang yang diberi banyak rempah-rempah lalu diasapi, yang bila dipedankan atau diartikan dalam bahasa Indonesia adalah anjing panas.
Padahal, hot dog tidak secuil pun memakai bahan anjing ataupun ada unsur yang mengandung maksud makna anjing panas dan bukan merupakan makanan yang identik dengan masyarakat Indonesia.
Namun karena penggunaan anjing panas sebagai pedanan hot dog tidaklah cocok dan lazim bila digunakan oleh masyarakat Indonesia, makanya dalam hal ini yang tetap lazim berlaku itu adalah tetap hot dog ataupun sering disebut sosis karena masih merupakan kata umum.
Jadi kesimpulannya berlatar belakang dari apa yang coba penulis uraiankan secara sederhana ini, maka tampaklah jelas kalau kita menerangkan makna kata dengan menggunakan kata lain belum tentu makna kata yang dinyatakan itu menjadi jelas dan dapat lazim diterima.
Begitu pula apabila dijelaskan dengan memberikan penjelasan secara definisinya, sebab terkadang kata-kata yang digunakan dalam definisi itu juga belum dapat dipahami.
Selain itu, ada masalah lain bahwa sebuah kata yang digunakan dalam konteks kalimat yang berbeda mempunyai makna yang tidak sama.
Ataupun juga bermakna konotatif, apabila pada kata itu ada nilai rasa, baik yang bernilai rasa positif, menyenangkan maupun bernilai rasa negatif atau tidak menyenangkan. Konotasi dapat juga berbeda dari waktu ke waktu dan dapat pula berbeda dari kelompok sosial yang lain serta mempertimbangkan faktor wilayah geografis.