Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Soal Stafsus Milenial, Bisakah Publik Memakluminya?

15 April 2020   13:46 Diperbarui: 15 April 2020   13:47 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stafsus milenial, salah satunya Andi Taufan saat di perkenalkan Presiden RI Jokowi | Dokumen via Kompas.com/Amartha

Sebenarnya Presiden RI Jokowi mengangkat 7 staf khusus milenial dari kalangan milenial merupakan kesempatan baik bagi generasi milenial, untuk turut memiliki andil dan berperan serta di dalam pemerintahan.

Penulis sangat apresiasi atas kepercayaan yang diberikan Presiden RI Jokowi dengan memberi tempat kepada stafsus milineal ini di pemerintahan.

Sebab, dalam rangka proses regenerasi, maka memang menjadi teramat perlu dan penting untuk melibatkan peran serta generasi milenial di dalam pemerintahan.

Karena siapa lagi yang akan menggantikan peran para pemimpin bangsa dan negara ini kalau bukan mereka para milenial generasi muda bangsa ini.

Apalagi kedepan, masa depan bangsa dan negara ini ada dipundak para generasi muda, termasuk para generasi milenial dan stafsus menial ini.

Peran serta stafsus milenial di pemerintahan sejatinya dapat memberi legacy bahwa sebenarnya generasi milenial itu juga dapat berbuat yang terbaik untuk negara.

Adanya 7 stafsus milenial di pemerintahan sebenarnya dapat menampung keterwakilan generasi milenial di dalam pemerintahan.

Bahkan bisa memberi contoh, semangat dan motivasi bagi generasi milenial lainnya, bahwasanya sebenarnya mereka bisa berbuat dan dapat dipercaya menjadi pewaris bangsa dan negara ini di masa yang akan datang.

Memang, tidaklah mudah untuk menciptakan legacy tersebut, butuh proses, butuh tempaan pengalaman, butuh jam terbang dan butuh proses yang cukup panjang serta mendalam, untuk memelajari, membangun dan mengemban amanah dan kepercayaan yang diberikan tersebut.

Sehingga para stafsus milenial ini, memang dituntut dapat adaptif atau dapat menyesuaikan diri dalam lingkup sistem birokrasi pemerintahan, mereka yang dalam keseharian biasanya memiliki inovasi dan kreatifitas yang bebas dituntut bisa menyesuaikan diri dalam pemerintahan.

Jiwa muda dan energik mereka yang sedang meledak-ledak tersebut, terkadang membuat mereka secara sadar ataupun tidak sadar menabrak sistem yang diterapkan oleh birokrasi pemerintahan ataupun khilaf melakukan blunder.

Seperti halnya apa yang terjadi pada stafsus milenial Andi Taufan Garuda yang juga merupakan Ceo PT. Amartha Mikro fintek.

Sebenarnya niatnya untuk mengulurkan bantuan bagi masyarakat dalam menghadapi bencana nasional pandemi korona ini sangatlah baik dan patut diapresiasi.

Hanya saja, Andi memang agak teledor dan sedikit gegabah karena terlalu terburu-buru mengambil keputusan terkait dengan niatannya tersebut.

Dan penulis sangat yakin, bahwa niatan baiknya tersebut nampaknya memang murni datang dari hatinya, tanpa adanya muatan kepentingan politis didalamnya.

Mungkin saja dalam hal ini, Andi agak sedikit lupa untuk koordinasi dan konsultasi terlebih dahulu, kalau berkaitan dengan menerbitkan surat dengan berkop sekretariat kabinet negara itu tidaklah boleh sembrono dan sembarangan.

Perlu memenuhi syarat dan aturan keadministrasian surat menyurat yang memang harus birokratif, seperti berkaitan siapa yang boleh menerbitkan surat tersebut, siapa yang tanda tangan, kepada siapa dulu dikirimkan, tembusan itu kepada pihak siapa-siapa saja dan syarat aturan lainnya.

Mungkin juga ini karena Andi terbiasa dengan birokrasi yang selama ini dijalankannya sehari-hari di perusahaannya yang bisa jadi tidak terlalu formal dan birokratif, makanya Andi menganggapnya kurang lebihnya sama saja.

Sehingga dalam hal ini, Andi Taufan memang harus berlapang dada, kalau surat yang sempat diterbitkannya tersebut banyak menuai kritikan, karena memang benar adanya surat tersebut maladministrasi bahkan cukup fatal juga sebenarnya blunder Andi Taufan ini.

Terlalu jauh sebenarnya Andi Taufan melompat, padahal ada ketentuan siapa yang boleh menerbitkan surat berkop sekretariat kabinet negara tersebut, masih ada unsur pihak birokrasi lainnya yang harus dilewati terlebih dahulu.

Terkait blundernya ini, Andi Taufan sudah menyadari bahwa ini adalah kesalahannya dan sudah mengklarifikasinya dengan meminta maaf kepada publik melalui pernyataannya di Medsos pribadinya.

Namun sayangnya karena sudah terlanjur viral dan menuai banyak kritikan terkait apa yang dilakukan Andi Taufan ini, tuntutan mundur dari jabatannya sebagai stafsus milenial banyak sekali ditujukan kepadanya, memang wajar namanya juga aspirasi, maka bebas saja diungkapkan.

Namun sebenarnya tak hanya Andi saja yang pernah blunder dan menuai kritikan, stafsus lainnya seperti stafsus milenial Billy Mambrasar juga sempat blunder di medsosnya atas pernyataannya yang menuai kritikan karena dianggap tendensius dan memicu disparitas kelompok, dan akhirnya Billy telah memberi klarifikasi dan meminta maaf juga melalui medsosnya.

Blunder juga pernah dilakukan oleh stafsus milenial Angki Yudistia yang sempat ikut terbawa menyebarkan hoaks akibat postingannya terkait korona dimedsosnya, menyadari apa yang diposting tersebut hoaks Angki langsung menghapusnya dan memberi klarifikasi dan minta maaf juga di medsosnya.

Sayangnya komunikasi publik para staf milenial ini yang melakukan klarifikasi melalui medsos tersebut merupakan langkah yang agak kurang pas juga sebenarnya, sebab sudah terlanjur viral dan stafsus milenial tergolong juga sebagai pejabat publik.

Sehingga baik itu Mas Andi, Mas Billy dan Mbak Angki sebagai pejabat publik, mesti perlu juga memberi semacam klarifikasi ataupun permohonan maafnya secara resmi kepada publik seperti misal melalui konferensi pers atau cara lainnya yang intinya klarifikasinya dikategorikan resmi diakui secara publik.

Maka, kalau berlatar belakang dari ini semua, secara umumnya para staf khusus milenial ini memang butuh waktu dan butuh berproses dan banyak belajar, untuk dapat adaptif sebagai pejabat publik dan terjun dipemerintahan.

Kalau menurut penulis, hal ini sebenarnya masih bisa di maklumi, namanya juga masih muda dan sedang panas-panasnya, jadi mereka masih perlu proses adaptif dalam pemerintahan.

Bahkan, kalau bercermin pada para pejabat negara senior yang lainnya yang juga kerap melakukan blunder memberi pernyataan, maka secara umumnya memang perlu evaluasi yang lebih mendalam lagi terkait komunikasi publik pemerintah ini.

Jadi, kalau menyangkut tuntutan mundur kepada Mas Andi Taufan nampaknya agak terlalu menghakimi dan berlebihan juga sebenarnya, kalau Mas Andi dituntut mundur maka pejabat negara senior lainnya yang juga sering blunder dan belepotan komunikasi publiknya mestinya juga harus dituntut mundur.

Menurut penulis mereka adalah generasi yang sangat berpotensial untuk dapat berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negaranya.

Yah, yang namanya manusia itu tidak sempurna, kekhilafan dan kesalahan pasti ada, begitu juga kaitannya dengan para stafsus milenial ini.

Kalau menurut penulis, harusnya mereka tetap didukung, terus dimotivasi, berikan kesempatan buat mereka untuk berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negaranya.

Mudah-mudahan saja dengan semakin banyak ditempa pengalaman di pemerintahan dan banyak belajar dari kesalahannya, mereka bisa berproses dan semakin berkualitas serta semakin matang.

Sehingga bisa mendorong dan memberikan contoh pada generasi milenial lainnya untuk dapat berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.

Khusus untuk Mas Andi, keputusan mundur tidaknya ada di Mas Andi sendiri dan ada pada hak preograrif Presiden Jokowi.

Kalau menurut penulis, Mas Andi Taufan jangan patah semangat, jangan mundur, hadapi kritikan tersebut dan buktikan dengan kinerja, kecuali bila memang akhirnya Pak Jokowi yang menginginkan Mas Andi mundur, maka mau tidak mau memang harus mundur.

Tapi selama Pak Jokowi tetap memberi kepercyaannya, maka Mas Andi harus menjaga amanah itu dengan baik, mudah-mudahan Pak Jokowi masih memberi kesempatan dan memaafkan Mas Andi, seperti keyakinan penulis kalau Pak Jokowi pasti akan memberi maaf pada Mas Andi.

Karena kalau hanya Mas Andi saja yang dipecat, maka penulis bakal protes keras kepada Pak Jokowi, sebab para pejabat negara senior lainnya yang sering bikin blunder juga harus ikut dipecat atau bahkan lebih dulu dipecat, karena mereka inilah yang mestinya jadi figur contoh bagi Mas Andi dan kawan-kawan distafsus milenial.

Oleh karenanya Mas Andi dan kawan-kawan stafsus milenial lainnya, harus tetap semangat, maju terus jangan menyerah, jangan takut, buktikan kalau stafsus milenial ini, atau generasi milenial itu dapat berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.

Semoga bermanfaat.
Sigit Eka Pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun