Membaca.
Membaca sebelum beropini sangat bermanfaat dan penting, karena tentu dengan banyak membaca berbagai berita, informasi ataupun konten-konten tulisan diberbagai media, buku dan kepustakaan dapat menambah wawasan ataupun referensi bagi penulisan.
Sekaligus bisa mengambil contoh dan pembelajaran bagaimana struktur dan cara penulisan dari masing-masing konten tersebut, lalu disesuaikan dengan batas kemampuan masing-masing.
Menganalisis.
Setelah membaca, tentunya saat akan dituangkan dalam bentuk tulisan artikel opini maka penulis memiliki analisa sesuai sudut pandang atau angel masing-masing, bahkan  intuisi bisa semakin tajam dalam menemukan angel yang menarik dan tepat.
Tak perlu ragu mau dari sudut pandang mana, mau dihubungkan atau dikatkan kemana, selama masih bisa diterima secara akal pikiran, nalar dan logis, maka bebas saja dan tidaklah haram untuk diungkapkan sesuai opini masing-masing.
Proses menganalisis ini juga boleh ditambahkan berdasar proses mengamati lingkungan kehidupan sosial, kegiatan dan petistiwa sehari-hari yang sering terjadi dalam realita kehidupan dan yang populer jadi pembicaraan.
Mengalami.
Nah, bila opini itu turut disertai juga dengan bekal mengalami sendiri dan dituangkan secara jujur berdasarkan pengalaman yang ingin dituangkan kedalam tulisan artikel opini. Maka, tulisan akan terasa jadi lebih hidup, natural dan bermakna, karena secara alur dalam tulisan lebih terstruktur dan mendalam.
Ketiga hal diatas, kalau selalu jadi pedoman dalam menulis artikel opini, maka akan membuat tulisan yang dituangkan terasa mudah mengalir begitu saja dan terasa mudah segar serta lancar.
Kalau boleh sedikit menguraikan lagi, sebelumnya dulu penulis kesulitan sekali menulis artikel opini, kadang menulis dengan menuangkan  pikiran sekeras-kerasnya dan butuh meyematkan data pendukung seperti kutipan dan tautan justru terasa membelenggu pikiran dan memenjarakan suara hati, bahkan hasilnya biasa saja dan jauh dari kata layak.