Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyoal Perilaku Masa Bodoh Masyarakat

24 November 2019   19:59 Diperbarui: 24 November 2019   20:00 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar Apatis dan Masa bodoh | Dokumen gambar milik Knip Semarang.com

Dalam keseharian kerap kali kita dirugikan ataupun direpotkan, dengan tindakan atau perilaku pada sebagian masyarakat yang tidak peka atau tidak perduli dengan lingkungan sekitar.

Ketidak pekaan dan ketidak perdulian tersebut pada akhirnya menjadikan sebagian masyarakat menjadi apatis dan masa bodoh, baik pada sesama maupun lingkungan sekitar.

Sepertinya tingkat toleransi, keperdulian, tepo saliro, instrospeksi diri ataupun sadar diri pada sesama dan lingkungan sekitar oleh sebagian masyarakat nampaknya makin jatuh kedalam jurang degradasi.

Perilaku apatis dan masa bodoh semakin meraja lela dan kian marak menjadi suatu hal yang biasa dalam keseharian.

Sikap arogansi, menang sendiri, benar sendiri, merasa paling benar, tidak mau disalahkan, gengsi dan egois menjadi realita nyata yang kian marak terjadi.

Kerapkali kita harus beradu argumen atau hanya bisa mengalah sabar dan mengelus dada ketika berhadapan dengan perilaku apatis dan masa bodoh tersebut.

Berbagai perilaku seperti, perilaku melanggar rambu lalulintas dan tertib lalulintas, melawan arus lalulintas, menutup jalan karena ada hajatan, parkir di badan jalan, parkir di pinggiran jalan gang, parkir di depan pekarangan rumah kita, buang sampah di tanah orang atau buang sampah di sembarang tempat dan sebagainya.

Mungkin pernah suatu kali, baik anda maupun saya sendiri, harus berhadapan dan beradu argumen dengan berbagai perilaku apatis dan masa bodoh diatas.

Bahkan tindakan tidak menyenangkan tersebut dilakukan dengan begitu percaya diri, tak merasa bersalah sedikitpun, acuh tak acuh dan ketika ditegur atau dikritik, kerapkali yang terjadi malah balik memarahi kita.

Justru malah kita yang dianggap menghalangi kepentingan, padahal sudah jelas bahwa kita pada posisi yang benar tapi tetap saja tidak digubris dan dengan penuh arogansi ngotot merasa paling benar.

Padahal semua masyarakat memiliki hak yang sama dan semua juga sama-sama punya kepentingan masing-masing. Berbagai alasan pembenaran dilakukan hanya untuk demi kepentingan pribadi, padahal kepentingan yang di pertahankan mati-matian tersebut merugikan orang lain dan merebut hak orang lain.

Tak pelak hal ini sering membuat keributan , dan justru yang banyak mengalah malah kita yang memiliki hak tersebut.

Inilah yang sangat memperihatinkan, sikap apatis dan masa bodoh pada sebagian masyarakat semakin membentuk gaya dan sikap arogansi ataupun premanisme, dan masih mengedepankan otot dan menegangkan urat saraf dari pada pakai otak.

Entah kenapa perilaku ini semakin menjadi-jadi, dan malah jadi pembenaran, padahal masyarakat banyak yang mengerti terkait aturan yang diberlakukan dan sangat mengerti ketika ada di posisi yang salah, tapi mengapa malah seolah-olah menjadi bodoh dan tak tau diri dan tetap keras hati mempertahankan kepentingannya.

Dengan rasa ego yang tinggi hanya mengedepankan kepentingan pribadi semata tak perduli dengan kepentingan orang lain yang dirugikan, sikap saling menghargai dan saling menghormati yang menjadi bagian dari pondasi toleransi semakin luntur.

Sepertinya ini juga menjadi bukti yang menunjukan adanya tren menurunnya nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

Padahal kalau bicara Pancasila, didalam masyarakat, sudah selalu didoktrin atau digaungkan oleh pemerintah dan pihak berwenang lainnya, bahkan masyarakat juga malah ramai-ramai berstatus saya Pancasila.

Namun faktanya dilapangan banyak hal-hal yang pada prakteknya banyak tindakan dan perilaku yang justru malah bertentangan dengan Pancasila.

Inilah yang mengherankan kenapa sebagian  masyarakat malah jadi cuek, acuh tak acuh atau dengan kata lain apatis dan masa bodoh, dan berprinsip yang penting apa yang menjadi niat, keinginan, tujuan dan kepentingannya tercapai dan tak perduli apa yang diderita orang lain dan sekitarnya.

Sehingga ketika banyak masyarakat berperilaku apatis dan masa bodoh, nampaknya ada sesuatu karakter yang hilang didalam sebagian masyarakat.

Satu berbuat salah karena dibiarkan atau pembiaran, seolah itu benar dan malah ikut-ikutan mendukung perbuatan yang tidak benar tersebut.

Tren latah, ikut-ikutan berperilaku salah yang dibenarkan karena apatis dan masa bodoh, karena kebetulan sekelompok kecil memiliki kepentingan dan tujuan sama malah mengalahkan kepentingan lain.

Ini sebenarnya tidak bisa dibiarkan, sejatinya budaya luhur masayarakat Indonesia tidak seperti itu, budaya mayarakat Indonesia akan selalu mengedepankan toleransi dalam prakteknya di kehidupan sehari-hari.

Sebenarnya harus bagaimana sejatinya masyarakat sudah mengetahuinya ketika berbicara dengan hati dengan jawaban nurani, inilah sesungguhnya jawaban mengapa sikap apatis dan masa bodoh kian marak hingga saat ini.

Ketika hati dan nurani sudah memberikan jawaban sejujur-jujurnya apakah tindakan atau perilaku itu salah atau benar tetapi malah di kebelakangkan karena apatis dan masa bodoh.

Tentunya pemerintah juga turut andil untuk mengatasi fenomena kian maraknya perilaku apatis dan masa bodoh ini, maka pemerintah harus turun tangan untuk dapat mengembalikan karakter sejati masyarakat Indonesia

Memang sudah banyak praktek dan tindakan pemerintah untuk terus mendidik masyarakat namun dengan melihat realita dalam kehidupan sehari hari, maka pemerintah harus lebih intens dan mawas diri juga dalam membawa kembali kepada karakter sejati masyarakat Indonesia.

Karena di sinyalir perilaku apatis dan masa bodoh masyarakat juga ada dampak dari sikap skeptisme dan pesimisme masyarakat kepada pemerintah.

Mengapa, ini karena keberlangsungan pola pemerintahan, pola pendidikan ideologi politik, ataupun pola pendidikan karakter yang diharapkan jadi contoh yang baik dalam masyarakat malah condong mencontohkan pola yang kurang mendidik.

Lihat saja, masyarakat dihadapkan dengan realita banyaknya kasus korupsi para pejabat pemerintah, birokrasi yang menyulitkan masyarakat, gambaran hukum yang stagnasi, penyelesaian kasus HAM yang mandek, undang undang yang lebih banyak menekan masyarakat, adegan-adegan pendidikan politik yang kurang edukatif dan sebagainya.

Inilah juga yang melatar belakangi terjadinya perubahan karakter sejati masyarakat Indonesia, ketika skeptisme dan pesimisme masyarakat pada pemerintah sudah membuncah pada akhirnya turut andil menyebabkan perilaku apatis dan masa bodoh masyarakat.

Masyarakat jadi sakit hati dengan korupsi para pejabat, masyarakat jadi sakit hati karena hukum dan undang-undang lebih tajam kebawah, masyarakat jadi sakit hati karena birokrasi makin diperumit, yang intinya masyarakat jadi sakit hati pada pemerintah.

Ini bukan berarti menyalahkan pemerintah karena secara umumnya pemerintah sudah berbuat yang terbaik sesuai konditenya, tapi karena adanya oknum dan perbuatan tidak mendidik orang-orang yang ada didalam pemerintahan menjadi penyebab utama dalam pola keberlangsungan pemerintahan.

Tentunya ketika sudah dihadapkan realita yang seperti ini, maka pemerintah agar dapatnya lebih mawas diri, dalam memberikan edukasi dan contoh yang elegan dalam pola  pemerintahan.

Seluruh bangsa ini mesti legowo, baik pemerintah ataupun masyarakat, keduanya harus seiring sejalan, bagaimana pemerintah dapat menjadi pengayom masyarakat dan bagaimana masyarakat mengayominya dalam kehidupan sehari hari.

Semoga ada harapan baik, tentang kembalinya karakter sejati masyarakat Indonesia, yang penuh toleransi, berdasarkan ideologi Pancasila.

Semoga bermanfaat.

Sigit eka pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun