Mohon tunggu...
Gandi
Gandi Mohon Tunggu... -

Seorang yang senang menulis dan mendesain

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Perancis dan Dua Kenangan Manis

16 Januari 2016   12:23 Diperbarui: 16 Januari 2016   13:09 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua paragraf (sok) puitis di atas barangkali adalah semangat yang coba direngkuh Perancis menyongsong gelaran Piala Eropa edisi sekian (2016) yang akan digelar kembali di ‘halaman rumah’ mereka. Tak pelak, meski kenangan 1984 dan 1998 memberi mereka berjuta hasrat, semangat, dan harapan, tapi kenangan itu juga bisa menjadi beban. Karena jadi seperti ada keharusan menjadi juara.

Pada 1998, Perancis mencoba mengambil hasrat dan semangat tahun 1984 dengan desain jersey yang dibuat (nyaris) serupa. Hasilnya, sungguh luar biasa. Semangat dan hasrat itu tersalin sempurna bahkan nuansanya lebih membanggakan lantaran salinan hasrat dan semangat itu menghasilkan Piala Dunia.

Sekarang sepertinya Perancis tidak ‘menyalin’ hasrat dan semangat 1984 dan 1998 dengan desain jersey. Mungkin mereka menyalin dalam bentuk lain. Tak bisa dipungkiri bahwa sebuah tim akan membuka memori para senior saat merengkuh keberhasilan di masa lampau. Mencoba mengambil semangatnya dan mengulang kesuksesannya. Dan Perancis sedang (kembali) mencoba melakukannya.

Di lain tempat, ada pula Jerman yang sedang membuka kembali buku album seniornya. Gerd Muller dan Franz Beckenbauer sukses membawa Jerman (Barat kala itu) merengkuh trofi Eropa 1972 dan menyandingkannya dengan gelar Piala Dunia dua tahun berikutnya di tanah Bavaria.

Jerman juga pasti tergoda untuk mengulang sukses itu meski terbalik posisinya jika bisa. Seperti Perancis dan Spanyol (yang lebih gila) yang pernah melakukannya. Merebut Piala Dunia, dan menjuarai Eropa dua tahun berikutnya. Setelah sukses di Piala Dunia Brasil 2014, Jerman tentu ingin menyandingkannya dengan gelar Eropa.

Bukan hanya tuan rumah dan Jerman yang ingin sukses. Belgia yang sedang panen generasi emas juga mengincar gelar pertama. Dan lain-lain, dan lain-lain, termasuk negara-negara yang baru ikut turnamen untuk kali pertama. Jika ada sedikit yang mengganjal, barangkali adalah karena tidak hadirnya Belanda yang gagal lolos dan banyak orang yang menyayangkan hal ini karena Belanda memang favorit banyak penggemar sepak bola. Uniknya, juara Piala Eropa 1988 itu juga absen di tahun 1984 lalu saat Perancis sukses.

Apakah ketidakhadiran Belanda (lagi) ini pertanda Perancis akan kembali sukses? Tidak tahu.

Jelasnya, Piala Eropa tahun ini yang tinggal beberapa bulan lagi akan kembali menghadirkan ‘musim bola’, musim begadang, musim taruhan (kumat lagi), musim rejeki pedagang jersey replika, musim ngantuk dan loyo di waktu kerja, dan lain sebagainya. Topik pembicaraan mengenai bola akan ada di rumah-rumah, kantor, pos (pos kamling, pos perbatasan, pos satpam, pos polisi, pos tentara, pos ojek, dll), penjara, sekolahan, pondok, warung, sawah, kebun, ladang, jalanan, terminal, bahkan mungkin tempat pros*****i (kalau masih ada). Bahkan saling ejek antar pendukung tim anu dengan tim itu.

Bagi Perancis, Jerman, dan para peserta lainnya, Piala Eropa adalah hasrat dan semangat mereka menjadi penguasa sepak bola di jagad Eropa. Bagi kita, Piala Eropa adalah hiburan untuk melepas kepenatan (jika disiarkan dan masih bisa ditonton gratis), dan sejenak membebaskan tivi dari serbuan sinetron dan bermacam acara guyon yang tak mendidik serta monoton.

Jadi, mari kita tunggu apakah Perancis kembali mengulang kenangan manis, atau Jerman yang sukses mengawinkan gelar Dunia dan Eropa, meniru Perancis dan Spanyol dengan sama  persis, atau negara lain yang akhirnya sukses di tanah Perancis.

Salam manis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun