Perancis sudah dua kali menjadi tuan rumah Piala Dunia, 1938 dan 1998. Mereka sukses menjadi tuan rumah sekaligus sukses merebut trofi Piala Dunia pertamanya di perhelatan edisi 1998, mengikuti catatan Uruguay yang juga sukses juara saat menjadi tuan rumah di tahun 1930, Italia 1934, Inggris 1966, Jerman (Barat) 1974, dan Argentina 1978. Sukses sebagai penyelenggara dan sukses menjadi juaranya sudah pasti merupakan kebanggaan tersendiri. Brasil yang lima kali juara dunia pun tak pernah mampu melakukannya ketika dua kali menjadi tuan rumah Piala Dunia.
Pada perhelatan mayor lain, yakni Piala Eropa, Perancis juga sudah dua kali menjadi tuan rumah, yaitu edisi perdana tahun 1960 dan 1984, bahkan akan menjadi tuan rumah untuk ketiga kalinya tahun ini pada Euro 2016 Juni-Juli mendatang. Pada edisi kedua menjadi tuan rumah di tahun 1984, Perancis juga sukses sebagai penyelenggara sekaligus juara. Sukses serupa di gelaran Piala Eropa juga pernah dirasakan Spanyol pada edisi 1964 dan Italia pada 1968.
Dua perhelatan terakhir sebagai tuan rumah (Piala Eropa 1984 dan Piala Dunia 1998) dengan dua-duanya menjadi juara adalah kenangan sangat manis untuk Perancis. Apalagi sukses menjadi juara dunia untuk pertama kalinya di rumah sendiri pada 1998 diikuti kesuksesan mereka merebut trofi Eropa keduanya pada Piala Eropa tahun 2000 di Belanda-Belgia. Itu adalah tahun-tahun keperkasaan sepak bola Perancis menguasai sepak bola dunia dan Eropa.
Pada dua ajang berbeda di tanah mereka yang masing-masing berbuah kesuksesan tersebut, pasukan Perancis diisi oleh dua generasi emas mereka. Pada 1984, nama Michel Platini, Jean Tigana, Alain Giresse, dan Luis Fernandez adalah sederet bintang yang merupakan generasi emas Perancis ketika itu. Sementara di tahun 1998 adalah tahun dimana hampir seluruh anggota skuad timnas Perancis adalah pemain bintang yang bermain di klub-klub top Eropa.
Nama-nama seperti Zinedine Zidane, Didier Deschamps, Christian Karembeu, Marcel Desailly, Emanuel Petit, Bixente Lizarazu, Fabien Barthez, Lauren Blanc, dan sederet bintang lain adalah ikon sukses Perancis menguasai Dunia dan Eropa di awal milenium.
Kini, di tahun 2016, tepatnya Juni-Juli nanti, Perancis kembali akan menjadi tuan rumah untuk Piala Eropa. Sebagaimana di dua edisi terakhir sebagai tuan rumah (Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 1984) yang dua-duanya berakhir manis, tentu mereka ingin mengulang hal itu tahun ini. Kenangan manis itu adalah energi tersendiri untuk Perancis. Nikmat menjadi juara di kandang sendiri bagi Si Ayam Jantan barangkali lebih nikmat dari masakan Perancis yang (katanya) paling nikmat sejagad, atau, (mungkin) malah lebih nikmat dari ‘sekedar’ org**m!
Jadi, siapa yang tak ingin mengulanginya lagi? Betapa tidak, begitu diterima dari tangan Presiden UEFA, lalu diangkat tinggi-tinggi dari lantai podium, dan kemudian dibawa lari berputar mengelilingi lapangan stadion dalam victory lap, trofi juara (katakanlah) bisa langsung diarak keliling kota!
Tak disangkal, pasti lembar-lembar album di tahun 1984 dan 1998 sedang kembali dibuka oleh mereka. Lalu mereka mencoba menemukan semangat dan hasrat yang terprasasti di dalamnya untuk coba direngkuh dan coba direinkarnasikan di dada mereka.
‘Michel Platini, Zinedine Zidane, ah, dua ikon kesuksesan di dua ajang berbeda itu masih hidup. Masih bisa ditemui dan bisa dimintai petuahnya, dikopi hasrat dan semangatnya untuk dipaste-kan di dada. Apa yang tak mungkin, peluang ada dan selalu terbuka.’
‘Mereka punya Pogba, punya Giroud dan punya Benzema (jika federasi berubah pikirannya). Apa yang tak mereka bisa, mereka bermain di klub-klub juara, dengan peran vital yang tak biasa, belum lagi sederet bintang beken lainnya.’