[caption id="" align="aligncenter" width="632" caption="Ilustrasi tenaga kerja wanita (KOMPAS/HERU SRI KUMORO)"][/caption]
TKW atau Tenaga Kerja wanita lebih terkenal sebutannya daripada TKI atau Tenaga Kerja Indonesia. Mungkin karena tenaga kerja wanita lebih banyak daripada tenaga kerja laki laki, kebanyakan TKI dikirim ke negara Arab, Malaysia dan Hongkong serta Taiwan. Iran tidak termasuk negara tujuan pengiriman TKI, karena Pembantu atau Domestic Helper asing dilarang di Iran. Tetapi dalam beberapa kesempatan, saya pribadi bertemu dengan beberapa TKW di Iran. Disini saya akan menjelaskan bagaimana sejumlah TKW masuk ke negara ini; umumnya mereka bekerja secara illegal yang sebelumnya bekerja di UAE, Kuwait dan negara Timur Tengah lainnya yang kemudian dibawa majikannya ke Iran. Tetapi ada juga TKI (skilled) yang bekerja di Iran, pada sektor komunikasi, perminyakan, perawatan pesawat dan perkapalan. (Data KBRI Tehran)
Jakarta - Tehran
Ketika kita akan berkunjung ke negara Iran, maka jangan harap ada Pesawat yang langsung menghubungkan Jakarta-Tehran, tetapi anda harus transit terlebih dahulu di Dubai, Doha atau Abu Dhabi, tergantung dari pesawat terbang yang anda tumpangi. Berbeda dengan negara tetangga kita Malaysia, sejak dahulu sampai sekarang mempunyai penerbangan langsung Kuala Lumpur-Tehran. Kuala Lumpur lebih populer daripada Jakarta, padahal masyarakat Indonesia yang berada di Iran lebih banyak dibanding masyarakat Malaysia, orang orang Malaysia selalu mengikuti shalat Jumat di KBRI kita. Tentu saja, Diplomat RI lebih banyak dibanding Malaysia. Namun sebaliknya, di Malaysia terdapat banyak sekali orang orang Iran yang belajar disana, berbeda dengan orang orang Iran yang berada di Indonesia sekarang yang hanya numpang transit saja menuju Australia.
Ke depannya, semoga penerbangan langsung Jakarta Tehran begitu pun sebaliknya, segera terlaksana. Mengingat banyak sekali orang orang Indonesia yang berkunjung ke Iran. Begitu pun sebaliknya semoga orang-orang Iran dibukakan matanya lebar lebar untuk melihat Indonesia sebagai negara yang wajib dikunjungi karena keindahan dan keeksotikan alamnya yang masih alami.
Bagaimana caranya TKI bisa ke negara Iran?
Mereka yang semuanya TKW bisa masuk ke Iran seperti yang dijelaskan di atas, karena dibawa oleh majikannya, yang bertugas di Iran atau hanya sekedar berkunjung saja. Ada dua macam TKW yang berada di Iran:
1. Menetap di Iran dalam waktu yang lama;
Ada dua orang TKW yang bekerja di rumahnya Duta Besar (Dubes) Malaysia dan Brunei Darussalam. Dan mereka tinggal sampai bertahun-tahun di Iran, karena Bapak Dubesnya diperpanjang terus masa kerjanya di sini. Dan TKW ini pun tidak menutup diri, selalu bergaul dan berpartisipasi ketika ada kegiatan di KBRI. Lain lagi dengan TKW yang bekerja di Kedubes Suriah di Iran, kita tidak pernah tahu ada orang Indonesia yang bekerja di sana, sampai KBRI di Tehran ditelpon oleh pihak kedubes Suriah tentang kabar meninggalnya TKW yang bekerja di sana.
2. Menetap di Iran dalam waktu yang singkat
Beberapa TKW saya jumpai di Airport Iran, terakhir kemarin tanggal 11 April 2014 saya bertemu dengan seorang TKW di Airport Mehrabad, Tehran Iran (Airport ini khusus untuk Domestic Flights), ketika saya sedang menunggu penerbangan ke daerah yang bernama Kermanshah (Daerah sebelah Barat Iran). Saya datangi TKW tersebut yang sedang bersama majikannya berkursi roda, memakai baju hitam-hitam dan bercadar, yang terlihat hanya kedua matanya. Lain lagi dengan TKW ini yang memakai baju hitam-hitam tetapi tidak bercadar. Saya mulai menyapa TKW tersebut yang kelihatan senang bertemu saya sesama warga asli Indonesia, ditambah sama-sama orang Sunda ternyata, asli orang Bandung, dan saya orang Cianjur, saya pun menyapa majikannya, dan dia kaget saya bisa bahasa Arab, dan menanyakan pekerjaan saya di Iran, ketika saya jawab saya mahasiswa, lalu dia mendoakan saya semoga sukses. Mereka ternyata asli warga Arab Saudi yang akan berziarah ke Mashhad (tempat makam Imam Ali bin Musa al Ridha, atau terkenal dengan sebutan Imam Reza).
Muncul Sifat aslinya
Terakhir, ketika kita akan bertukar nomor handphone, saya mengeluarkan kertas dan pulpen, karena TKW tersebut tidak membawa hp, si majikannya melarang keras, dan tanpa menoleh lagi ke saya, dia terus ngomong "marah-marahin" TKW tersebut. Saya bilang ke TKW tersebut, muncul deh sifat aslinya, dan si mbak itu pun mengiyakannya. Mereka (Majikan; Orang Arab, red) sangat protektif sekali, pantas saja banyak kejadian-kejadian yang tidak diinginkan di sana.
Selanjutnya saya bertemu dengan dua orang TKW di Airport Internasional Imam Khomeini, mereka bersama majikannya dari Dubai khusus ke Tehran mau menghadiri undangan salah seorang keluarga majikannya. dan mereka tampak 'happy', ketika saya tanya bagaimana majikannya, mereka menjawab kompak, majikan kita baik. Alhamdulillah.
Terakhir, TKW yang saya temui adalah mereka yang dibawa oleh majikannya yang asli orang Iran. Mereka sengaja dibawa ke Iran dan bekerja di rumah mereka di sini. Karena pengekangan yang ketat, mereka tidak betah, dan memilih kabur, melarikan diri ke KBRI. KBRI biasanya menolong mereka untuk memulangkannya ke Indonesia.
Indonesia sebagai Pemasok TKW
Tak semua tahu bahwa Indonesia termasuk negara yang aktif mengirimkan tenaga kerjanya, terutama perempuan, atau yang terkenal dengan sebutan TKW. Hal ini menjadi kebahagiaan tersendiri bagi saya yang sedang belajar di negeri Iran. Bisa leluasa mempromosikan kekayaan dan keindahan negara tercinta tanpa ada yang mengusik dan 'menghina' bahwa negara kita penuh dengan orang miskin yang mengharuskan mereka pergi ke luar negerinya sendiri karena kebutuhan mereka yang mendesak. Tetapi ternyata sekarang tidak demikian, lambat laun, orang-orang Iran pun mengetahuibahwa Indonesia adalah negara pemasok TKW, khususnya orang-orang Iran yang suka bepergian ke negara Arab terutama, di mata mereka Indonesia merupakan negara tertinggal, miskin (walaupun kenyataannya demikian), banyak mengirimkan tenaga kerjanya. Ini berdasarkan bukti-bukti yang saya alami sebagai berikut:
1. Ketika tahun 2012 saya ke Irak, di sana saya bertemu dengan keluarga Iran yang kebetulan satu hotel dengan saya, dan mereka menghampiri saya seraya bertanya dari negara mana dan bla bla.... Ketika mereka mengetahui bahwa saya orang Indonesia yang sedang kuliah di Iran, mereka langsung meminta saya untuk dicarikan pembantu rumah tangga untuk di rumahnya di Tehran.
2. Ketika Bulan Ramadhan tahun 2013, kebetulan saya beserta ibu-ibu Dharmawanita sedang mengadakan kajian keagamaan di KBRI, ketika seorang tamu orang Iran asli datang untuk menemui ibu Dubes yang saat itu bersama kita. Usut punya usut, ketika kajian kita selesai dan dilanjutkan dengan buka puasa, Ibu Dubes bertanya kepada saya, "Sifa, di sini tidak ada kan orang Indonesia yang menjadi PRT orang Iran?" Saya jawab, Â "Tidak ada ibu." Eh orang Iran itu bertanya lagi, "Apakah KBRI tidak menyediakan PRT untuk warga di sini, saya sangat membutuhkannya, Ibu bisa bantu gak?"
Langsung saya saat itu juga merasa terhina sebagai bangsa Indonesia, dia orang Iran ke sini sengaja hanya untuk mencari pembantu orang Indonesia yang sangat terkenal itu.
3. Masih pada tahun yang sama, tahun 2013. Saya dikenalkan oleh teman di Indonesia kepada seorang pengusaha Iran, dan dia minta izin untuk memberikan no HP saya kepada pengusaha Iran tersebut, karena ada rencana pulang ke Iran dan ingin menemui saya. Ketika dia sudah sampai Tehran, kita pun bertemu. Pembaca tahu apa yang ia tawarkan kepada saya? Dia tawarkan kepada saya untuk tinggal di rumahnya menjadi babby sitter anaknya yang masih belum setahun usianya, sementara dia dan istrinya bekerja. Dia mengiming-imingi gaji yang besar serta akan membantu proses penulisan tugas akhir kuliah saya. Tentu saja saya tolak secara halus, tetapi dia terus memaksa saya, sampai dia berkata, "Kenapa kamu tidak mau? Bukankah orang Indonesia sudah biasa bekerja di rumah dan menjaga bayinya untuk orang lain." Dia sudah menggeneralisasikan orang Indonesia sebagai pembantu. Dan saya merasa harga diri saya sebagai bangsa Indonesia terkoyak-koyak.
Memang yang saya bahas di sini adalah TKI yang notabene TKW, yang bekerja sebagai PRT atau Pembantu Rumah Tangga, yang dianggap tidak mempunyai skill tertentu, oleh karena itu banyak para perempuan dengan mudah bisa berangkat ke luar negeri, apalagi didukung oleh pemerintah, dengan sebutan pahlawan devisa, karena setiap tahun bisa menghasilkan sekitar 60 triliun lebih. Namun sangat disayangkan sekali pemerintah tidak ketat dalam memilih atau menempatkan pekerjaan bagi warga negaranya di luar negeri. Saran saya pekerjaan sebagai PRT harus dihentikan pengirimannya, karena sama saja dengan menghidupkan kembali perbudakan yang telah dihapus pada tahun 1860-an.
Sejarah TKI
Pengiriman TKI ke luar negeri ternyata sudah lama terjadi, jauh sebelum Indonesia merdeka, dan masih dijajah oleh Belanda, untuk pertama kalinya Belanda mengirimkan TKI ke negara Suriname yang juga merupakan jajahan Belanda, pada tahun 1890 sampai 1939, keseluruhan TKI yang dikirim di antara tahun tersebut adalah 32.986. Mereka bekerja sebagai buruh kontrak. Sehingga wajar sampai sekarang di Suriname ada komunitas masyarakat Indonesia yang fasih berbahasa Jawa.
Ternyata setelah merdeka pun, pengiriman TKI masih berlangsung, lambat laun hal ini menjadi urusan negara, pada 3 Juli 1947 menjadi tanggal bersejarah bagi lembaga Kementerian Perburuhan dalam era kemerdekaan Indonesia. Melalui Peraturan Pemerintah No 3/1947 dibentuk lembaga yang mengurus masalah perburuhan di Indonesia dengan nama Kementerian Perburuhan. Pada masa awal Orde Baru Kementerian Perburuhan diganti dengan Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi sampai berakhirnya Kabinet Pembangunan III. Mulai Kabinet Pembangunan IV berubah menjadi Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, sementara Koperasi membentuk Kementeriannya sendiri. Selanjutnya dapat dikatakan, pada masa kemerdekaan Indonesia hingga akhir 1960-an, penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri belum melibatkan pemerintah, namun dilakukan secara orang perorang, kekerabatan, dan bersifat tradisonal. Penempatan TKI yang didasarkan pada kebijakan pemerintah Indonesia baru terjadi pada 1970 yang dilaksanakan oleh Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No 4/1970 melalui Program Antarkerja Antardaerah (AKAD) dan Antarkerja Antarnegara (AKAN), dan sejak itu pula penempatan TKI ke luar negeri melibatkan pihak swasta (perusahaan pengerah jasa TKI atau pelaksana penempatan TKI swasta). (Sumber: http://www.bnp2tki.go.id/berita-mainmenu-231/berita-foto-mainmenu-31/4054-sejarah-penempatan-tki-hingga-bnp2tki-.html) TKI Terhormat Sebenarnya tidak ada masalah, ketika Tenaga Kerja Indonesia yang dikirim mempunyai Skill atau keahlian tertentu. Tetapi untuk menjadi Pembantu Rumah Tangga (PRT) di Negara orang, saya tidak sependapat, karena pekerjaan PRT itu lebih kepada 'perbudakan', di mana seorang budak tidak punya martabat dan harga diri, sepenuhnya milik majikan yang notabene lain negara. Dan ini tidak berprikemanusiaan yang adil dan beradab. Maka wajarlah banyak kejadian kejadian yang tidak diinginkan, dan memperburuk citra negara kita. Menjadi tantangan tersendiri untuk pemerintah kita, agar terus diadakan lapangan pekerjaan untuk kita orang-orang asli Indonesia, jangan sampai orang-orang asing menempati dan menduduki tempat tempat yang sebenarnya hak dan milik warga negara Indonesia. Stop pengiriman PRT ke Luar Negeri!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H