Mohon tunggu...
Sifa Sanjurio
Sifa Sanjurio Mohon Tunggu... Dosen - Traveler

Perempuan asli Cianjur Jawa Barat Indonesia yang bercita cita ingin membahagiakan Ummi tercinta. Pernah kuliah di UIN Ciputat, UI salemba dan Tehran University. Open Minded, Cinta NKRI. Farsi in advance. sifasanjurio@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Fenomena "TKW" di Iran

28 April 2014   07:13 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:07 1710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tenaga kerja wanita (KOMPAS/HERU SRI KUMORO)

Muncul Sifat aslinya

Terakhir, ketika kita akan bertukar nomor handphone, saya mengeluarkan kertas dan pulpen, karena TKW tersebut tidak membawa hp, si majikannya melarang keras, dan tanpa menoleh lagi ke saya, dia terus ngomong "marah-marahin" TKW tersebut. Saya bilang ke TKW tersebut, muncul deh sifat aslinya, dan si mbak itu pun mengiyakannya. Mereka (Majikan; Orang Arab, red) sangat protektif sekali, pantas saja banyak kejadian-kejadian yang tidak diinginkan di sana.

Selanjutnya saya bertemu dengan dua orang TKW di Airport Internasional Imam Khomeini, mereka bersama majikannya dari Dubai khusus ke Tehran mau menghadiri undangan salah seorang keluarga majikannya. dan mereka tampak 'happy', ketika saya tanya bagaimana majikannya, mereka menjawab kompak, majikan kita baik. Alhamdulillah.

Terakhir, TKW yang saya temui adalah mereka yang dibawa oleh majikannya yang asli orang Iran. Mereka sengaja dibawa ke Iran dan bekerja di rumah mereka di sini. Karena pengekangan yang ketat, mereka tidak betah, dan memilih kabur, melarikan diri ke KBRI. KBRI biasanya menolong mereka untuk memulangkannya ke Indonesia.

Indonesia sebagai Pemasok TKW

Tak semua tahu bahwa Indonesia termasuk negara yang aktif mengirimkan tenaga kerjanya, terutama perempuan, atau yang terkenal dengan sebutan TKW. Hal ini menjadi kebahagiaan tersendiri bagi saya yang sedang belajar di negeri Iran. Bisa leluasa mempromosikan kekayaan dan keindahan negara tercinta tanpa ada yang mengusik dan 'menghina' bahwa negara kita penuh dengan orang miskin yang mengharuskan mereka pergi ke luar negerinya sendiri karena kebutuhan mereka yang mendesak. Tetapi ternyata sekarang tidak demikian, lambat laun, orang-orang Iran pun mengetahuibahwa Indonesia adalah negara pemasok TKW, khususnya orang-orang Iran yang suka bepergian ke negara Arab terutama, di mata mereka Indonesia merupakan negara tertinggal, miskin (walaupun kenyataannya demikian), banyak mengirimkan tenaga kerjanya. Ini berdasarkan bukti-bukti yang saya alami sebagai berikut:

1. Ketika tahun 2012 saya ke Irak, di sana saya bertemu dengan keluarga Iran yang kebetulan satu hotel dengan saya, dan mereka menghampiri saya seraya bertanya dari negara mana dan bla bla.... Ketika mereka mengetahui bahwa saya orang Indonesia yang sedang kuliah di Iran, mereka langsung meminta saya untuk dicarikan pembantu rumah tangga untuk di rumahnya di Tehran.

2. Ketika Bulan Ramadhan tahun 2013, kebetulan saya beserta ibu-ibu Dharmawanita sedang mengadakan kajian keagamaan di KBRI, ketika seorang tamu orang Iran asli datang untuk menemui ibu Dubes yang saat itu bersama kita. Usut punya usut, ketika kajian kita selesai dan dilanjutkan dengan buka puasa, Ibu Dubes bertanya kepada saya, "Sifa, di sini tidak ada kan orang Indonesia yang menjadi PRT orang Iran?" Saya jawab,  "Tidak ada ibu." Eh orang Iran itu bertanya lagi, "Apakah KBRI tidak menyediakan PRT untuk warga di sini, saya sangat membutuhkannya, Ibu bisa bantu gak?"

Langsung saya saat itu juga merasa terhina sebagai bangsa Indonesia, dia orang Iran ke sini sengaja hanya untuk mencari pembantu orang Indonesia yang sangat terkenal itu.

3. Masih pada tahun yang sama, tahun 2013. Saya dikenalkan oleh teman di Indonesia kepada seorang pengusaha Iran, dan dia minta izin untuk memberikan no HP saya kepada pengusaha Iran tersebut, karena ada rencana pulang ke Iran dan ingin menemui saya. Ketika dia sudah sampai Tehran, kita pun bertemu. Pembaca tahu apa yang ia tawarkan kepada saya? Dia tawarkan kepada saya untuk tinggal di rumahnya menjadi babby sitter anaknya yang masih belum setahun usianya, sementara dia dan istrinya bekerja. Dia mengiming-imingi gaji yang besar serta akan membantu proses penulisan tugas akhir kuliah saya. Tentu saja saya tolak secara halus, tetapi dia terus memaksa saya, sampai dia berkata, "Kenapa kamu tidak mau? Bukankah orang Indonesia sudah biasa bekerja di rumah dan menjaga bayinya untuk orang lain." Dia sudah menggeneralisasikan orang Indonesia sebagai pembantu. Dan saya merasa harga diri saya sebagai bangsa Indonesia terkoyak-koyak.

Memang yang saya bahas di sini adalah TKI yang notabene TKW, yang bekerja sebagai PRT atau Pembantu Rumah Tangga, yang dianggap tidak mempunyai skill tertentu, oleh karena itu banyak para perempuan dengan mudah bisa berangkat ke luar negeri, apalagi didukung oleh pemerintah, dengan sebutan pahlawan devisa, karena setiap tahun bisa menghasilkan sekitar 60 triliun lebih. Namun sangat disayangkan sekali pemerintah tidak ketat dalam memilih atau menempatkan pekerjaan bagi warga negaranya di luar negeri. Saran saya pekerjaan sebagai PRT harus dihentikan pengirimannya, karena sama saja dengan menghidupkan kembali perbudakan yang telah dihapus pada tahun 1860-an.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun