Suara isak tangis terdengar ditelingaku
"De...nenek gakuat liat kamu gini..kamu harus kuat ya de"ucap ibuku dengan berderai air mata dan tubuhnya perlahan berlabuh kelantai
Karena melihat  ibuku yang mulai drop akhirnya aku dan ibu memutuskan untuk pergi ke ruang tunggu,dan Ayahku tetap disana memastikan kondisi Kafkha.
Diluar gedung  terlihat kerlap kerlip bintang,mereka mungkin sedang berbahagia namun tidak dengan didalamnya ada suara langkah kaki yang terdengar begitu cepat ,takdir berkata lain...
"Mah...Sifa...,Kafkha udah diambil sama  pemiliknya "ucap ayahku sambil berderai air matanyaÂ
"Ga mungkin ...pah de Kafkha gaboleh pergi " ucap ibuku sambil menangis dan bergegas ke ruangan dimana Kafkha ditangani
Pada saat itu aku langsung menyusul ibuku,dan ayah berusahaa untuk menenangkaan ibuku supaya bisa menerima kepergian cucunya.Tak lupa ayahku langsung menelpon suami kakaku untuk memberi tau bahwa anaknya sudah tiada.
Hati kami sangat hancur sehancur-hancurnya,pikiran kami buyar,kami harus menerima kenyataan yang sangat pahit.Semua orang ramai dengan isakan tangisnya.
Malam pun semakin larut,tubuh terasa mau patah,hati sudah sehancur-hancurnya mata kami basah tiada henti-hentinya.Sebuah sirine  ambulan semakin dekat disudut telinga,dikeramain orang-orang terdengar suara isak tangis yang memusatkan perhatianÂ
"Ya Allah nak...ini mamah,kamu gaboleh ninggalin mamah,mamah mau kamu pulang untuk mamah,  tetapi knp kamu  pulang untuk kembali ke pemilikmu"ucap kakaku dengan isakan tangisnya sambil mengusap-usap wajah anaknya
"Mamah sayang kamu nak,kamu gaboleh ninggalin mamah"isak tangisnya semakin keras ,terlihat disudut matanya sudah buyar dan tubuhnya terjatuh kehamparan lantai,kakaku pingsan dan dengan segera kami langsung membawanya kedalam rumah.