"Sonya... papa sedih..."
"S-s-sedih kenapa, paaa?"
"Semasa papa hidup, papa gak tau kalau Sonya punya mimpi untuk jadi penyanyi. Mungkin kalau papa tau dari awal, papa bisa usaha sekuat mungkin untuk buat mimpi Sonya jadi kenyataan..."
"Jangan bilang gitu pa... Liat Sonya sekarang pa. Sonya udah berhasil!! Sonya bahkan bentar lagi mau nyanyi di konser tunggal Sonya!!!"
"Sonya sayang... sadar, nak.. Ini bukan kenyataan.. Ini hanya ada di mimpi kamu..."
Sonya seketika lupa bahwa ini semua hanyalah khayalan buatannya semata. Sonya terlanjur menganggap dunia mimpinya ini adalah dunia yang sebenarnya.
"Nak, papa mohon kamu berhenti, ya? Kembali lagi menjadi Sonya yang cerdas dan ambisius di sekolah. Yang rajin bimbingan belajar. Mama kamu nungguin. Jangan buat dia khawatir..."
"Papaaa..... maafin Sonya... Sonya udah terlanjur suka kayak gini. Sonya gak mau balik jadi Sonya yang biasa-biasa aja!!!"
"Nak, siapa bilang kamu biasa-biasa saja? Sonya anak yang luar biasa. Sonya sangat cerdas sampai bisa berada di sini. Tapi Sonya harus sadar kalau ini cuman khayalan. Cuman mimpi. Ayo nak pulang. Mamamu udah nunggu."
"T-tapi.. karena Sonya kayak gini, Sonya akhirnya bisa ketemu papa!!!"
"Sonya selalu ingat papa kan? Sonya harus percaya kalau papa selalu ada di sisi Sonya. Papa gak akan pernah ninggalin Sonya. Jangan takut. Sekarang, kamu sudahi semua ini yaa. Lupakan semua mimpi ini. Kembali jadi Sonya yang ceria dan produktif. Jaga mama untuk papa yaa sayang..."