Mohon tunggu...
Sidqon Hadi
Sidqon Hadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pendidik dan Pembelajar Politik

Seseorang yang ingin kembali menikmati proses belajar, menjadi pembelajar sepanjang hayat. Menyukai dunia pendidikan, meminati soalan sosial, budaya, politik, dan sekawannya

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Ekonomi Sulit, Sensasi Judi Online, dan Stabilitas Sosial

24 Juli 2024   18:40 Diperbarui: 24 Juli 2024   18:40 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sensasi judi online bukanlah cerita fiksi. Ia nyata, bahkan mungkin mudah ditemui di sekitar kita. Kebanyakan pelaku (atau baca saja: korban) berasal dari kelompok ekonomi pas-pasan, tetapi memelihara impian (delusi) ingin panen uang dengan bertaruh peruntungan.

Salah satunya, sebut saja Dudung. Pria menjelang paruh baya ini nyaris setiap hari pasang nomor di sebuah situs togel online Hongkong. Kadang masih ditambah dengan judi slot yang iklannya bertebaran di banyak aplikasi game dan lainnya. Maka alih-alih bisa menafkahi anak istri, gaji Dudung justru selalu buntung di tengah jalan.

Saat duit gajinya ludes, kadang Dudung bahkan harus utang sana sini. Bukan untuk makan apalagi mengirim uang untuk anak istrinya, tetapi lebih sering untuk memenuhi sensasi judi online yang jarang sekali ia menangkan.  Dudung jelas telah kecanduan judi online. Mentalnya telah terkontaminasi mindset: jalan ninja menjadi kaya. Hatori lewat ini mah.

Lain lagi dengan Dodi dan kawan-kawannya yang bekerja di sebuah instansi yang sama. Mereka pun rutin memasang nomor di situs HK untuk sekadar hiburan sambil memelihara asa: siapa tahu menang besar. Kenapa dianggap hiburan, karena mereka sendiri sudah pusing memikirkan gajinya yang nyaris habis saat diterima, karena dipotong cicilan utang.

Dua contoh kasus di atas tidaklah kasuistik. Karena di luar sana ada Dudung-Dudung lain, Dodi-Dodi lain yang juga ketagihan judi online, meski mereka sendiri menyebutnya sebagai hiburan.

Sensasi Judi Online yang Mewabah

Sensasi judi online memang telah mewabah. Namun bukan hanya banyaknya masyarakat yang terpapar dan nyandu dengan judi online, lebih dari itu juga karena layanan judi online yang menjamur di banyak platform digital. 

Karena alasan ini pula, Menkominfo Budi Arie Setiadi Kembali menegaskan Indonesia darurat judi online, akhir Mei 2024. Selama rentang 27 Juli 2023 sampai 22 Mei 2024, Kementerian Kominfo bahkan telah memutus akses 1.918.520 konten bermuatan judi online, mengajukan penutupan 555 akun e-wallet karena terindikasi jadi tempat transaksi judi online, ajukan pemblokiran 5.364 rekening bank terkait judi online, serta men-takedown  ribuan sisipan halaman judi pada situs Pendidikan hingga pemerintahan.

Banyaknya layanan judi onlone di berbagai platform digital memang ditengarai turut menyuburkan aktivitas judi online di tengah masyarakat. Mungkin banyak dari orang-orang yang ketagihan judi online ini sebelumnya justru tak ada riwayat sebagai penjudi konvensional, mereka terjerumus karena fasilitasnya menjamur dan aksesnya terbilang mudah.

Kalau dulu orang tidak mudah untuk main judi konvensional di sembarang tempat, sekarang dengan kemajuan teknologi justru setiap orang bisa berjudi online kapan dan di manapun. Akibatnya, judi online pun mewabah di masyarakat. Maka benar kata Bang Napi, kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat pelakunya, tapi juga karena ada kesempatan. Waspadalah!

Ekonomi Sulit Pemicunya?

Akhir Juni lalu, giliran Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menyampaikan data yang mengejutkan publik terkait judi onine ini. Bahwa lebih dari 1.000 orang di DPR dan DPRD yang kecanduan judi online. Jumlah transaksinya mencapai lebih dari 63.000 dengan perputaran uang mencapai ratusan miliar rupiah. Wow, fantastik bukan? Benar-benar membagongkan khalayak.

Pertanyaannya, apakah fenomena judi online benar-benar mewabah di semua lini, termasuk kelas menengah atas? 

Kalau menurut hemat penulis, fenomena judi online yang diduga menjalar di kalangan para wakil rakyat itu mungkin ibarat sebuah sisipan saja. Gejala yang sama juga bisa ditautkan dengan sejumlah selebiriti hingga influencer yang sempat diciduk polisi karena terkait dengan praktik judi online. 

Kelompok ini lebih kuat motivasinya pada mencari hiburan dan keuntungan. Bagi oknum wakil rakyat, mungkin mereka hanya mencari kesenangan dari sensasi judi online, iseng-iseng berhadiah, siapa tahu jackpot kan, hehehe. Atau bisa juga mereka memang hobi berjudi.

Sementara fenomena judi online yang coba dipotret dalam tulisan ini adalah seperti dua contoh kasus di atas. Mereka dililit kesulitan ekonomi, setiap bulan gajinya cenderung minus, karena daftar angsuran yang harus mereka tunaikan. Maka meski naga-naganya seolah mencari huburan, sebetulnya itulah cara mereka lari dari kenyataan yang pahit sambil merawat harapan. Ya meskipun harapan itu sifatnya semu, bahkan delusi. 

Ya, benang merahnya adalah kesulitan hidup, khususnya di masa ekonomi sulit yang sudah dirasakan masyarakat dalam beberapa tahun terakhir. Seperti diketahui, dua tahun masa pandemi telah membuat ekonomi banyak negara mengalami kontraksi hebat. Begitu pandemi berakhir, dunia juga dihadapkan dengan resesi global yang ditandai dengan ancaman inflasi tak terhindarkan.

Masyarakat kecil saat ini mungkin tak paham ditanya soal dampak inflasi, apalagi resesi ekonomi global. Tapi ajaklah mereka bercerita tentang nilai uang yang menurun dalam satu dua tahun terakhir, nominal yang sama tapi nilainya berkurang. Pastilah mereka akan dengan fasihnya berkisah. Duit satus ewu koyo ora ono ajine, begitu kelakar mereka menertawakan realitas pahit mereka sendiri.

Anto misalnya, seorang buruh pabrik yang gajinya sudah UMK. Dia mengeluhkan gajinya yang tak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Padahal, sekitar satu sampai dua tahun lalu, dengan gaji yang sama ia masih bisa memenuhi kebutuhan keluarga untuk satu bulan.

Akibatnya, sang istri yang sebelumnya focus mengurus rumah tangga, akhirnya berinisiatif untuk ikut bekerja demi menjaga dapur tetap ngebul.

"Sekitar satu tahun sampai 2 tahun lalu, uang 50 ribu bisa bawa pulang satu kresek besar saat ke pasar, tapi sekarang uang 100 ribu aja kreseknya gak penuh," tutur warga lainnya.

Ya, begitulah sederhananya memahami dampak inflasi yang masih tak terkendali. Jumlah uang yang sama tapi nilainya berbeda, sekarang serasa lebih rendah nilainya. 

Pemicunya tentu saja kenaikan harga komoditas pokok penting, seperti minyak goreng, beras, telur, hingga bumbu dapur yang fluktuatif. Dan untuk menyebut pemicu utamanya, adalah kenaikan harga BBM periode September 2022. 

Begitu BBM naik, maka dampaknya ke mana-mana, tinggal menunggu waktu sampai harga barang-barang pokok tahu-tahu sudah berubah.

Maka di Tengah himpitan kesulitan ekonomi, Masyarakat selalu punya cara sendiri untuk mengatasinya. Selain mencari penghasilan tambahan, sensasi online pun banyak yang menjadikannya pilihan. Sebagian lainnya bahkan terjerat pinjaman online (pinjol), semata demi memutar roda ekonomi keluarga.

Banyak dari mereka yang keranjingan judi online ini sebelumnya tak punya rekam jejak hobi berjudi. Ini menguatkan indikasi bahwa sensasi judi online adalah fenomena baru bagi mereka, mencari pelampiasan sulitnya hidup dengan hiburan yang seolah memberi harapan: siapa tahu menang!

Maka jangan heran kalau ada kerumunan bapak-bapak muda yang asyik masyuk merumuskan nomor bersama untuk mereka pasang di togel online. Mereka amat menikmati proses itu, karena mampu mengalihkan mereka dari dunia nyata yang pahit.

Fenomena ini mengingatkan penulis pada kasus Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah alias SDSB yang sempat menjamur di Indonesia pada era 1980 an sampai awal 1990 an. SDSB adalah judi yang dibungkus undian berhadiah oleh Orde Baru, dananya konon untuk membiayai olahraga. 

Di masa itu, banyak orang-orang kecil yang keranjingan pasang nomor. Tukang becak yang fokus men- gotak-gatik-gatuk empat digit nomor untuk dipasang pada malam harinya. Banyak juga yang mencari wangsit di tempat-tempat singit, angker, untuk dapat petunjuk nomor togel yang akan keluar. Bahkan, ada juga yang sengaja mencari orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) untuk sekadar ditanyakan nomor yang akan keluar nanti malam.

Saat terjadi kecelakaan mobil atau motor, di sela sibuk membantu korban, sebagian juga mencatat plat nomornya untuk diotak-atik. Mimpi sebagai bunga tidur pun sering difungsikan sebagai petunjuk untuk merumuskan nomor SDSB. 

Fenomena ini begitu masifnya, orang bercerita dan mengotak-atik nomor di warung-warung, di tempat kerja, di tongkrongan, dan lainnya. Dan sebagian besar mereka adalah orang-orang ekonomi bawah yang berjuang dengan kesulitan ekonominya.

Maka SDSB atau sering juga disebut Porkas, adalah cara mereka lari dari kenyataan hidup yang pahit. Ketika sebagian rakyat disibukkan dengan mengotak-atik nomor sambil memelihara harapan menang 4 angka, maka saat itulah stabilitas sosial-politik terjaga. Orang-orang yang mengalami ekonomi sulit ini tak punya waktu untuk membicarakan politik dan kebijakan pemerintah. 

Jadi, secara tidak langsung, SDSB saat itu memainkan peran sebagai katup pengaman sosial, yang mencegah gejolak sosial-politik di Indonesia. Ini berbeda dengan era ekonomi sulit saat krisis ekonomi 1997 sampai 1998, saat rupiah merosot tajam ke level terendah. Di Tengah sulitnya ekonomi, rakyat masih membicarakan politik dan kebijakan negara, sampai akhirnya meletuslah Gerakan reformasi 1998.

Apakah fenomena judi online saat ini bisa menjelma seperti SDSB? Wallahu a'lam, dan mudah-mudahan tidak sampai terjadi. Meski kita juga dibuat ngeri dengan beberapa dampak negatif yang kadang muncul di pemberitaan, beberapa kasus bunuh diri yang diduga dipicu masalah judi dan pinjaman online. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun