Mohon tunggu...
Sidiq Ery
Sidiq Ery Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perasaan Tak Terduga

1 Januari 2017   21:24 Diperbarui: 1 Januari 2017   22:07 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerpen berikut merupkan karya teman saya waktu SMP dulu. Ia ingin karyanya masuk internet katanya... hehe. Tapi sebelumnya, saya mohon maaf apabila dalam penulisan kalimat ada yang kurang tepat. terima kasih dan Selamat membaca...!!

Perasaan Tak Terduga

Jam menunjukkan pukul 07.00  pagi. “ah sial, gue telat bangun..!! gak usah berangkat sekolah aja ahh…lagian hari ini kan ngak ada ulangan..!!” kata Farhan dalam hati. Farhan adalah seorang murid kelas XI di SMA favorit. Dia bisa dikatakan orang yang “rusak”, karena dia suka bolos sekolah, tawuran, mabuk-mabukan, bahkan pernah menggunakan narkoba, yang lebih parah lagi ia adalah seorang pengedar narkoba. Sebenarnya Farhan termasuk orang yang ganteng, tapi kegantengan itu tertutupi oleh sifatnya yang itu. Jika sifatnya baik, rajin, pasti ia sudah menjadi orang terganteng di kelas. Karena sifatnya itulah Farhan dijauhi, bahkan dibenci oleh teman-temannya.

Lama-kelamaan Farhan mulai sadar, bahwa sifatnya itu sudah kelewatan dan ia berjanji tidak akan mengulangi semua perbuatan itu lagi. Farhan kini menjadi orang yang baik, dan rajin belajar. Prestasinya pun kini mulai meningkat. Namun, teman-temannya sudah terlanjur “mencap” Farhan sebagai orang yang selalu bikin masalah. Pada suatu hari di kelas,

 “eh Farhan,..!! lebih baik loe jangan duduk disebelah gue lagi dehh…!! Nanti lama-lama gue ikut-ikutan rusak kaya loe..!!”hardik Beni, teman sebangku Farhan.

Sebenarnya Farhan ingin membela diri dan marah kepada Beni, namun karena Farhan sudah berjanji untuk menjadi anak yang baik, ia hanya diam saja. Lagipula disana juga ada teman-teman yang lain, mana mungkin Farhan seorang diri melawan satu kelas.

“terus gue harus duduk dimana?”Tanya Farhan.

 “terserah loe..!! noh di pojok belakan aja, biar nggak ngganggu teman-teman yang lain. Nanti si Tono biar gantian duduk di sebelah gue..!!”jawab Beni dengan keras.

Akhirnya Farhan duduk pojok belakang sendirian. Hari-hari pun berlalu, kini Farhan tidak mempunyai teman lagi sampai akhirnya liburan tengah semester tiba.

Pada semester ke-2 di kelas, nampak Bu Rosa, wali kelas Farhan dating dengan seorang perempuan.

“anak-anak, hari ini kalian kedatangan teman baru, namanya Melati. Ayo Melati perkenalkan dirimu”,kata bu guru.

“baik bu, perkenalkan nama saya Melati, saya pindahan dari Jakarta. Saya pindah ke sini karena mengikuti ayah yang pindah kerja. Jadi kami sekeluarga harus ikut ke sini. Salam kenal..”kata Melati dengan lembut.

“salam kenal juga Melati…”sahut semua murid hampir bersamaan.

Semua mata tertuju pada sosok gadis muda yang cantik, anggun, putih, dan menarik perhatian, tak terkecuali Farhan. “silahkan Melati duduk di belakang disamping Farhan, anak yang duduk sendiri itu”, kata Bu Rosa sambil menunjuk ke arah Farhan. Melati pun duduk disamping Farhan.

 “hai Melati..namaku Farhan”, sambil mengulurkan tangan.

 “hai Farhan, salam kenal..”,balas Melati.

“ya ampun…kamu kok cantik banget sihhh….!!” kata Farhan lirih.

 “apa..!! kamu tadi ngomong apa?” kata Melati mengagetkan.

“eh, gak..eh..an..anuu..gak papa kok”, jawab Farhan malu.

Melati pun hanya tersenyum. Senyumannya yang manis membuat Farhan bengong.

Hari-hari pun Farhan lewati dengan penuh kegembiraan karena akhirnya ia mempunyai teman. Namun, seiring berjalannya waktu, akhirnya Melati mengetahui bahwa Farhan dijauhi teman-temannya. Sepulang sekolah, Melati pun menanyakan hal itu kepada Farhan.

 “Farhan, kamu kok kayaknya selalu sendirian aja sih..nggak ngumpul bareng temen-temen yang lain. Emang ada apa sih?” ,  tanya Melati.

“ah tidak ada apa-apa kok. Mungkin hanya perasaanmu saja..”, jawab Farhan.

“ masak nggak ada apa-apa…! Pasti ada sesuatu dong, ayolah ceritakan saja, nggak papa”, kata Melati lagi.

“ sudahlah, jangan dipikirkan lagi. Lebuh baik kita pulang saja yukk..?”jawab Farhan.

“oh..ya sudah kalau begitu. Yuk..”,jawab Melati keheranan.

Akhirnya mereka pulang kerumah masing-masing. Namun di perjalanan, Melati masih memikirkan masalah tadi. Karena penasaran, Melati menanyakannya kepada temannya yang lain. Temannya memberikan panjang lebar mengenai masalah yang dialami Farhan dengan temannya. Melati pun akhirnya mengetahui apa yang selama ini terjadi dan kasihan kepada Farhan. Ia pun ingin membantu Farhan menyelesaikan masalahnya agar dapat berkumpul lagi dengan teman-temannya. Setelah berfikir keras, Melati menemukan cara untuk membuktikan bahwa Farhan sudah benar-benar insyaf. Ia menyuruh Beni untuk menemui Farhan dan berpura-pura ingin membeli narkoba.

“ bro.. lagi ngapain lo..!! kok nglamun aja”,Tanya Beni.

“ eh nggak papa kok. Tumben kamu mau menemuiku. Emang ada apa?”,jawab Farhan.

“begini..gue sebenarnya mau beli narkoba dari lo. Punya kan?”,Tanya Beni lagi.

“maaf Ben, gue udah nggak jual barang begituan lagi. Gue mau insyaf jadi remaja yang baik”,jawab Farhan dengan tenang.

“oh..yaudah kalo begitu..!! bye..”,balas Beni.

Akhirnya Beni menceritakan semua kejadian tersebut kepada teman-temannya. Mereka pun meminta maaf kepada Farhan. Farhan pun memaafkannya dengan senang hati.

Sejak kejadian itu kini Farhan telah memiliki teman lagi. Ia pun ingin berterimakasih kepada Melati.

“makasih banyak ya Mel atas bantuanmu. Kalau nggak ada kamu pasti aku masih dimusuhi teman-temanku”,kata Farhan.

“sama-sama Han. Itulah gunanya teman”,jawab Melati.

Dua minggu kemudian kelas mereka diacak tempat duduknya. Ternyata  Farhan dan Melati harus pisah meja. Namun disaat pelajaran, Farhan selalu mencuri-curi pandang  kearah Melati. Kadang-kadang  Melati pun juga menoleh kearah Farhan. Farhan pun melemparkan senyuman kepada Melati. Melati pun membalas senyuman itu dengan manis. Mungkin senyuman tersebut menurut Melati  hanyalah sebuah senyuman biasa tanda persahabatan. Tapi tidak bagi Farhan. Ia menganggap senyuman itu adalah senyuman tanda suka kepadanya. Dan kegiatan saling curi pandang  itu mereka lakukan hampir setiap pelajaran. Anehnya Melati juga selalu melemparkan senyum kepada Farhan. Ternyata Melati juga merasakan hal yang sama kepada Farhan. Melati menyukai Farhan, bahkan sejak ia membantu menyelesaikan masalah Farhan dengan teman-temannya.

Malamnya Farhan tidak bisa tidur karena terus memikirkan Melati. “kenapa gue jadi nggak bias melupakan Melati ya. Atau jangan-jangan…ah nggak mungkin lah gue suka sama dia..!!”,kata Farhan dalam hati.

“ah ngapain juga gue mikirin dia terus. Lebih baik gue cepet tidur agar besok tidak bangun kesiangan”,tambahnya lagi.

Siang harinya sepulang sekolah, akhirnya Farhan dapat bertemu langsung dengan Melati. Ia pun ingin mengutarakan niatnya untuk menembaknya.

“ Melati, sebenarnya ada yang ingin aku katakan kepadamu…”,kata Farhan memulai pembicaraan.

“mau berkata apa? Kok kayaknya serius banget”,jawab Melati.

“sebenarnya sejak pertama kali bertemu kamu, aku sudah jatuh cinta kepadamu. Kamu mau nggak jadi pacarku?” kata Farhan dengan gugup.

“ehm..gimana ya.. sebenarnya aku juga sama. Sejak aku membantumu aku juga mulai jatuh cinta sama kamu”,jawab Melati malu-malu.

“jadi gimana jawabanmu? Mau nggak kamu jadi pendamping hidupku untuk selamanya?”,tanya Farhan dengan romantis.

“tidak…tidak mungkin aku  menolak tawaranmu  itu”, jawab Melati dengan wajah memerah.

“jadi hari kita resmi jadian dong..!!”, kata Farhan kegirangan.

“he.em.”,(menganggukkan kepala)

“terimakasih melatiku tercinta…, aku akan selalu menjaga dan membuatmu selalu bahagia, dan tidak akan membuatmu terluka. ”, gombal Farhan.

“ihh..apaan sihh..!! gombal deh..”, jawab Melati.

Sejak saat itu Farhan dan Melati telah resmi berpacaran. Hari-hari mereka lalui dengan penuh suka cita. Suka duka mereka lalui bersama. Konflik dan pertentangan pun juga pernah mereka lalui. Namun karena rasa kesetiaan yang tinggi, akhirnya rintangan tersebut  dapat mereka lalui. Mereka berpacaran sampai mereka lulus kuliah, dan akhirnya mereka menikah dengan bahagia

~TAMAT~.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun